Gojek Traveloka Liga 1 telah resmi bergulir. Namun, masih banyak masalah yg dihadapi operator kompetisi dalam hal ini PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) terutama soal regulasi pergantian pemain 5 kali dalam 1 pertandingan yg masih menjadi isu hangat. Bahkan hingga artikel ini ditulis, belum ada izin resmi dari FIFA terkait regulasi pergantian pemain tersebut.
Masalah lain adalah soal jadwal pertandingan. Ketidakpastian atau masih adanya kemungkinan otak atik jadwal ketika liga sudah mulai berjalan ini tentu bisa menimbulkan persoalan sewaktu-waktu.
Perubahan Jadwal Kick Off Match Day ke Dua Madura United FC Gojek Treveloka Liga 1. pic.twitter.com/UhRrAVdok6
— Madura United FC (@MaduraUnitedFC) April 18, 2017
Saya sendiri sudah sedikit mengulas masalah jadwal Liga 1 ini di IDFM League Magazine vol. 1, tapi di sini saya akan mencoba menjabarkan secara luas mengenai permasalah jadwal ini.
Liga baru rasa Ligina
Dalam manager meeting beberapa waktu lalu,yg mempertemukan antara PT LIB, PSSI, dan manager tim Liga 1 disebutkan pertandingan akan berlangsung pada weekend saja yakni Jumat-Senin. Tapi, akhirnya ada pertandingan di luar akhir pekan.
Pada mulanya nampak ada pertandingan di tengah pekan (midweek), tapi yang terjadi malah pertandingan tampak bergulir setiap hari. Bahkan di bulan Agustus, terdapat 2 pertandingan yakni di pekan 20 dan 21 bermain dalam 1 hari, yakni Jumat (18/8). Aneh.
Memang harus diakui, menyusun jadwal pertandingan tidak semudah yg dibayangkan, apalagi jika bersinggungan dengan hak siar TV, pasti akan ada pihak yg merasa dirugikan. Tapi bukankah, orang-orang di PT LIB sudah berpengalaman dalam mengusrusi hal semacam ini?
Pertandingan yg berjalan hampir setiap hari tentu mengingatkan kita pada kompetisi era Ligina yang telah lalu, di mana setiap Senin-Minggu rutin terdapat sebuah pertandingan.
Tidak salah, tapi di zaman sepakbola modern dan industri ini, jadwal pertandingan yg rapi dapat menjadi barometer kualitasnya sebuah kompetisi. Bayangkan jika pertandingan berlangsung pada periode weekend saja. Para supporter yg bekerja bisa fokus mencari rejeki tanpa harus memikirkan apakah akan izin dari pekerjaannya atau tidak jika pertandingan berlangsung pada jam kerja.
Operator liga pun punya slot waktu, jika kedepannya ada pertandingan yg terpaksa ditunda. Itulah mengapa FA tak mengalami kesulitan, ketika ada pertandingan di Liga Primer Inggris yg terpaksa ditunda.
Sisi poistif yg lain adalah para pemain mempunyai banyak waktu yakni 5-6 hari untuk recovery. Bandingkan dengan jadwal di Liga 1. Sudah bermain 2 kali dalam rentang waktu 3-4 hari layaknya era Ligina.
Dua pertandingan tersebut berlangsung kandang dan kandang dengan rute panjang khas Indonesia. Tak bisa dibayangkan bagaimana kondisi stamina para pemain di Liga 1.
Selalu semrawut jika menyusun jadwal midweek
Menyusun jadwal yg seminggu sekali saja tidak pernah beres, apalagi menyusun pertandingan di periode midweek. Ya itulah yg terjadi pada PT LIB. Tahun lalu, saat PT GTS menggelar Indonesia Soccer Championship (ISC) pun sudah tampak tidak mampu menyusunnya.
Seperti yg sudah dijelaskan pada poin di atas, pertandingan yg rencananya disusun tengah pekan malah tampak bergulir setiap hari. Hal tersebut dapat dilihat di pertandingan di pekan ke-3 yg dimulai Jumat 28 April s/d Senin 1 Mei, kemudian di pekan selanjutnya yakni pekan ke-4 sudah dimulai satu hari setelahnya, Selasa 2 Mei s/d Jumat 5 Mei.
Jika ditelaah lebih lanjut sampai pekan ke-6, jadwal kosong hanya pada Sabtu 6 Mei dan Kamis 11 Mei. Sebuah jadwal yg seakan dibuat secara tidak professional dan terkesan kejar setoran.
Memang tak bisa dipungkiri, jadwal “acak-acakan” tersebut tidak lepas dari adanya hak siar TV. Apalagi di Indonesia, jadwal TV yg tidak bisa menyesuaikan dengan jadwal kompetisi semakin menambahkan status “kuasa” pihak TV kepada kompetisi itu sendiri. Hal ini berimbas dengan jadwal pertandingan yg tampak semrawut.
Contoh nyatanya adalah pertandingan antara Bhayangkara FC vs Perseru Serui di pekan 1. Pertandingan tersebut dijadwalkan akan bertanding pada Kamis 20 Mei tanpa disiarkan oleh TV sekaligus menjadi pertandingan terakhir di pekan ke-1.
Pertanyaannya jika tidak disiarkan TV, mengapa pertandingan Bhayangkara FC vs Perseru dimainkan di hari terakhir, di mana pertandingan pekan ke-1 yg lainnya bergulir di hari Sabtu-Selasa? Apakah ada faedah yg mau diambil oleh PT LIB dalam kasus ini?
Sudah tidak mendapatkan prize dari hak siar, ditambah potensi pendapatan tiket akan menurun karena bertanding di periode tengah pekan.
Jika alasannya karena masa tenang sebelum pilkada DKI putaran 2, kenapa Bhayangkara FC tidak bermain tandang terlebih dahulu? Apalagi,jadwal pilkada DKI putaran 2 sudah jauh-jauh hari diumumkan yakni 19 April.
Sebuah hal yg tidak akan kita temui di Liga Primer Inggris ataupun Serie A yg bermain pada senin malam, karena di sana bermain di luar waktu weekend pasti akan disiarkan oleh TV.
Mepetnya waktu pertandingan di bulan Ramadan
Kompetisi liga Indonesia sudah tidak asing dengan bulan Ramadan. Dalam beberapa musim, bulan Ramadan selalu hadir ditengah-tengah kompetisi liga Indonesia. Akan tetapi perdebatan mengenai waktu pertandingan yg tepat di bulan Ramadan ini, selalu menguak tiap musimnya.
Tak sedikit pihak yg memprotes jadwal yang bertepatan dengan waktu ibadah sholat Tarawih. Belum lagi, waktu kick off yang terlalu malam sehingga menyebabkan selesainya pertandingan hingga dini hari, juga ditentang beberapa pihak, tak terkecuali para suporter.
Di ISC musim lalu contohnya. Ada 2 pertandingan yg berjalan di bulan Ramadan, yakni di jam 19.00/19.30 WIB dan 21.00/21.30 WIB, memantik protes para supporter di Indonesia. Mereka berharap, hal semacam ini bisa dibenahi agar waktu ibadah mereka tidak terganggu. Lalu apa yg terjadi?
Dari draft jadwal laga Liga 1, pertandingan saat bulan puasa akan dimulai jam 19.30 s/d 20.30 WIB. Hal ini seakan mengulang kejadian di musim-musim sebelumnya. Waktu pertandingan akan kembali bentrok dengan pelaksanaan sholat Tarawih.
Selain itu rentang pertandingan satu ke pertandingan yang lain juga terlalu mepet yakni 4-5 hari. Bahkan Persegres Gresik mendapatkan jadwal yang amat “luar biasa”.
Mereka akan bermain 2 kali dalam 2 hari, yakini saat menjamu PSM Makassar pada tgl 31 Mei di pekan 8 lalu bertandang ke markas Madura United pada tgl 1 Juni di pekan 9. Sangat luar biasa bukan?
Pertanyaannya jika di bulan normal saja, stamina para pemain sering habis, bagaimana jika pertandingan dilaksanakan di bulan Ramadan, yang notabene 13 jam di hari tersebut tanpa ada cairan dan makanan yang masuk ke tubuh para pemain?
Memang, bulan Ramadan dan puasa, jangan dijadikan alasan untuk mengeluh. Tapi alangkah baiknya, jika pertandingan saat Ramadan tersebut dibuat sedikit longgar, menjadi satu minggu sekali mungkin?
Dengan dibuat sedikit longgar, para pemain mempunyai waktu untuk recovery dan charging energy untuk pertandingan selanjutnya, mengingat rute perjalanan tiap klub sangat jauh. Apalagi di bulan Ramadan waktu dan pola istirahat juga tentu berkurang dan mengalami perubahan yang tentu berpengaruh pada kondisi para pemain
Masih tidak peduli international break
International break tampaknya kembali jadi salah satu masalah utama yang dihadapi oleh operator liga. Kita masih ingat ketika tahun lalu timnas Indonesia hanya diperkuat oleh maksimal 2 pemain dari satu klub yang sama lantaran jadwal ISC bentrok dengan laga internasional dan pemusatan latihan timnas.
Walaupun timnas bisa melangkah ke final, tapi banyak yang menyayangkan timnas Garuda tak bisa maksimal karena aturan pembatasan pemain tersebut.
Angin segar tampaknya berhembus di musim ini. Mengusung jargon #LigaBaruSemangatBaru, jadwal liga akan disesuaikan dengan agenda timnas. Hal ini diperkuat pernyataan Wakil Ketua PSSI, Joko Driyono yang sekarang juga menjabat sebagai plt Sekretaris Jenderal PSSI, berujar pertandingan Liga 1 2017 ini dijamin tidak akan mengganggu agenda timnas diajang Internasioal.
Sayang seribu kali sayang. Ketika draft jadwal dirilis, semua tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seakan déjà vu, jadwal pertandingan bersamaan dengan periode international break.
Tercatat matchday FIFA pada tanggal 28 Agustus-5 September, Liga 1 memainkan pekan 22 dan 23. Sementara pertandingan FIFA pada tanggal 2-8 Oktober, bersamaan dengan pelaksanaan Liga 1 pekan 28 dan yg terakhir periode matchday FIFA pada tanggal 6-14 November akan bentrok dengan jadwal pekan 34.
Data tersebut belum ditambah periode matchday FIFA di bulan Juni, di mana di bulan tersebut timnas Indonesia berencana akan bertanding melawan Argentina.
Entah PT LIB sudah memikirkan sampai hal ini atau belum, tapi yang jelas masalah ini seakan membuat PSSI khususnya operator liga tidak mau belajar dari kesalahan masa lalu.
PSSI dan operator liga akan dihadapkan pada pilihan mendahulukan kepentingan tim nasional atau memilih tidak memanfaatkan jeda internasional demi kepentingan kelangsungan liga.
Jargon #LigaBaruSemangatBaru sejauh ini masih sekadar jargon belaka. Jadwal pertandingan yang sejak dulu menjadi masalah belum bisa diatasi pada tahun ini.