Bundesliga musim 2014/15 telah usai. Ada tawa dan suka cita yang mengalir pada spieltag 34, namun ada pula tangis pilu yang menyertai pekan pamungkas tersebut. Salah satu yang bersuka cita adalah VfB Stuttgart. Apa pasal? Tak lain dan tak bukan adalah keberhasilan tim berjuluk Die Roten menundukkan tuan rumah SC Paderborn dalam laga penentuan bagi kedua kesebelasan untuk tetap eksis di kompetisi teratas sepak bola Jerman.
Kemenangan 2-1 atas Paderborn menghindarkan Stuttgart dari jeratan degradasi dan mengirim pulang (kembali) klub asuhan Andre Breitenreiter ke Bundesliga 2, setelah pada awal musim sempat mengejutkan dengan bercokol di papan atas selama beberapa pekan. Ada dua nama yang perlu disorot dalam bertahannya Stuttgart di Bundesliga kali ini. Nama pertama adalah Huub Stevens, dan yang kedua adalah Daniel Ginczek.
Nama pertama mungkin sudah tidak perlu diurai lebih jauh lagi mengingat jam terbangnya yang sudah lebih dari cukup dalam dunia kepelatihan. Pria asal Belanda berusia 61 tahun yang sudah melatih beberapa klub di Jerman ini jugalah yang menyelamatkan Stuttgart dari degradasi musim lalu. Seperti musim lalu, Stevens datang di saat musim sudah berjalan dan mampu menunaikan misi yang diembannya dengan baik.
Sedangkan untuk nama yang kedua, barangkali masih belum banyak yang mengenalnya. Diangkut dari FC Nurnberg pada musim panas 2014, tak banyak memang yang membicarakan kiprah pesepak bola yang lahir di Arnsberg ini. Bila menelisik kiprahnya musim lalu bersama Nurnberg, pemain yang berposisi sebagai penyerang ini hanya tampil sebanyak 17 kali di liga dengan catatan tiga gol, berkarib lama dengan cedera, serta gagal menyelamatkan kesebelasannya dari lembah degradasi.
Kiranya wajar jika publik Mercedes-Benz Arena tidak menaruh ekspektasi yang tinggi kepadanya. Terlebih, di pos penyerang sudah ada nama-nama senior seperti Vedad Ibisevic dan Mohammed Abdellaoue. Keberadaan Ginczek pun hanya terasa sebagai pelengkap dan penambah persaingan di lini depan.
Perjalanan awal Ginczek di Stuttgart pun harus dilalui dengan cedera yang dibawanya sejak masih berbaju Nurnberg. Begitu pulih, ia tak segera mendapat tempat di skuat yang kala itu masih dilatih oleh Armin Veh. Malah, ia sempat dititipkan di VfB Stuttgart II yang berlaga di Bundesliga 3 (divisi tiga liga sepak bola Jerman). Sampai dengan spieltag 11, pemain yang memiliki tato di tangan kanannya ini belum juga merasakan menit bermain bersama tim senior.
Barulah di spieltag 12 kesempatan itu datang. Menjamu FC Augsburg, ia diturunkan sejak menit pertama menggantikan peran Ibisevic sebagai juru gedor utama yang saat itu sedang dibekap cedera. Akan tetapi, debutnya tidak berjalan semanis seperti yang bisa dikhayalkan. Kartu merah yang diterima oleh pemain belakang Stuttgart, Daniel Schwaab, memaksa Veh untuk menarik keluar Ginczek dan menggantikannya dengan Florian Klein yang merupakan seorang pemain bertahan. Ginczek hanya bermain selama 31 menit. Stuttgart takluk 0-1 dari Augsburg dan terlempar ke dasar klasemen. Veh pun memutuskan mundur dari jabatannya.
Sepeninggal Veh, manajemen menunjuk Hubertus “Huub” Jozef Margaretha Stevens untuk menakhodai perjalanan The Swabians hingga akhir musim. Di bawah asuhan Stevens, Ginczek mendapat kesempatan bermain yang jauh lebih banyak. Meski tidak selalu menjadi starter, setidaknya ia selalu meraih menit bermain dalam lima pertandingan awal Stevens bersama Stuttgart.
Memasuki paruh kedua liga, menit bermain pesepak bola kelahiran 13 April 1991 ini kembali tergerus menyusul pulihnya Ibisevic dan keterlibatannya (lagi) dengan cedera. Ia terdepak ke tim Stuttgart II dan melewatkan lima partai di awal paruh kedua liga begitu saja.
Namun pada spieltag 23, Ginczek kembali masuk ke dalam skuat utama Stuttgart. Ia diturunkan sejak awal laga menghadapi tuan rumah, Hannover 96 dan sejak saat itu, Ginczek selalu menjadi pilihan terdepan di lini depan dalam formasi 4-2-3-1 andalan Stevens. Ia pun akhirnya mampu menyingkirkan Ibisevic dari posisi pemain inti.
Gol perdananya bersama Stuttgart tiba pada spieltag 26. Tak tanggung-tanggung, Ginczek menyumbang dua gol dalam kemenangan 4-0 Stuttgart atas Eintracht Frankfurt. Sumbangan dua gol kembali ia persembahkan kala kesebelasannya menjamu Werder Bremen. Dalam pertarungan yang sengit itu, ia membawa Stuttgart keluar sebagai pemenang dengan skor akhir 3-2.
Makin hari, peran Ginczek makin fundamental bagi timnya. Ia kembali mencetak gol masing-masing satu saat melawan Augsburg dan SC Freiburg serta dua asis kala menghadapi Schalke 04. Namun, sumbangsihnya tersebut ternyata masih belum mampu melepaskan Stuttgart dari posisi bawah klasemen.
Menjelang spieltag 34, masih tersedia enam tim yang nasibnya belum aman untuk bertahan di Bundesliga. Hertha Berlin, Freiburg, Hannover, Stuttgart, Hamburg SV dan Paderborn akan menjalani laga hidup mati mereka pada spieltag tersebut. Misi sulit diusung armada Stevens ketika harus melawat ke Benteler Arena, markas Paderborn.
Bermain di hadapan pendukungnya, Paderborn unggul terlebih dahulu pada menit ke-4 lewat gol Marc Vucinovic. Gol tersebut menebarkan bayang-bayang degradasi ke dalam benak para pemain Stuttgart. Namun, bayang-bayang menyeramkan itu mulai tereduksi sedikit berkat gol penyama kedudukan dari Daniel Didavi pada menit ke-36. Skor 1-1 menutup laga babak pertama.
Pada babak kedua, baik Paderborn maupun Stuttgart bersikeras untuk bisa keluar sebagai pemenang dalam laga maha penting ini. Di sinilah kepahlawanan Ginczek muncul. Menerima operan dari Alexandru Maxim, bomber 24 tahun ini melaju melewati kiper Lukas Kruse dan sembari menjatuhkan diri, ia melesakkan bola ke gawang yang sudah ditinggal sang kiper dengan kaki kirinya.
Gol pada menit ke-72 itu menjadi gol terakhir yang tersaji dalam pertandingan tersebut. Gol yang juga menempatkan Stuttgart di posisi ke-14 klasemen akhir seraya memastikan keberadaan mereka di Bundesliga. Bagi Ginczek sendiri, gol tersebut menjadi gol ketujuhnya dari 18 penampilannya di Bundesliga 2014/15. Bila digabungkan juga dengan pencapaiannya bersama Stuttgart II, maka secara keseluruhan ia telah mengumpulkan 12 gol dari total 23 pertandingan yang telah dilakoninya pada musim ini.
Apa yang sudah ditorehkan oleh Ginczek mungkin ada di luar dugaan banyak orang, terutama kontribusinya dalam sembilan pertandingan terakhir bersama Stuttgart, di mana ia memberikan tujuh gol dan dua asis. Performa apik tersebut telah menerbitkan harapan baru bagi fans Stuttgart.
Mereka berharap Ginczek bisa menjaga tradisi Stuttgart sebagai penghasil bomber-bomber yang produktif. Giovane Elber, Fredi Bobic, Mario Gomez hingga Jeronimo Cacau merupakan segelintir nama-nama kenamaan yang sukses menggelontorkan banyak gol tatkala memperkuat kesebelasan yang sudah meraih lima gelar liga Jerman ini.
Ginczek juga dinilai memiliki kemiripan dengan Mario Gomez. Mereka berdua memiliki postur yang tinggi besar (Ginczek memiliki tinggi 191 cm dan berat 86 kg, sedangkan Mario Gomez memiliki tinggi 189 cm dan berat 88 kg), sama-sama mengenakan nomor 33 di Stuttgart, dan pernah mengecap pengalaman tampil di Stuttgart II.
Awal mula Ginczek berkecimpung di dunia sepak bola profesional sendiri dimulai pada tahun 2008 kala bergabung dengan kesebelasan Borussia Dortmund II atau tim cadangan Borussia Dortmund. Sebelumnya, ia bermain di tim junior Dortmund dan mencetak 26 gol dari 25 laga di liga U-17 musim 2007/08. Sempat dipromosikan ke tim utama pada tahun 2010, namun kariernya lebih banyak berkecimpung di tim Dortmund II.
Menimbang usianya yang masih cukup belia dan juga persaingan sengit di pos penyerang utama Dortmund (saat itu masih ada Robert Lewandowski dan Lucas Barrios), maka pada musim 2011/12 ia dipinjamkan ke VfL Bochum yang saat itu bermain di divisi dua liga Jerman. Dalam 29 penampilannya di liga, ia hanya mampu melesakkan lima buah gol.
Musim berikutnya, ia kembali dipinjamkan ke klub divisi dua lainnya, kali ini bersama St. Pauli. Di peminjaman keduanya ini, performanya meningkat tajam dengan koleksi 18 gol dari 31 penampilan di liga yang menempatkannya sebagai runner-up pencetak gol terbanyak liga di bawah Domi Kumbela yang memiliki jumlah satu gol lebih banyak dari dirinya.
Alih-alih mendapat kesempatan bermain di tim asuhan Jurgen Klopp sekembalinya dari St. Pauli, dirinya malah dilepas ke klub Bundesliga lain, Nurnberg, pada musim 2013/14. Kariernya di Nurnberg tidak segemilang seperti saat di St. Pauli. Memang ia sempat mencetak gol ke gawang TSG Hoffenheim pada spieltag pertama dalam debutnya di Bundesliga kala itu, tetapi bisa dibilang hanya itulah kejutan yang bisa diluncurkannya di musim tersebut. Cedera cruciate ligament rupture yang didapat saat menghadapi FC Bayern pada 8 Februari 2014 memaksanya untuk absen kurang lebih tujuh bulan lamanya dari lapangan hijau. Ia pun hanya sanggup menyaksikan rekan-rekannya berjuang menghindari ancaman degradasi.
Rekam jejaknya di Nurnberg ternyata tidak menyurutkan keyakinan manajemen Stuttgart terhadap potensi Ginczek. Fredi Bobic, selaku Direktur Olahraga Stuttgart pada saat itu berkeyakinan bahwa Ginczek memiliki segala atribut yang memang mereka cari. Ginczek memiliki kecepatan, dan merupakan pekerja keras yang tidak hanya menunggu bola di kotak penalti lawan. Ia juga memiliki penempatan posisi dan kemampuan individu yang tidak bisa dibilang biasa-biasa saja. Atribut tersebut menjadikannya sebagai penyerang ideal bagi kesebelasan yang dibelanya.
Ginczek tentunya tidak ingin berhenti sampai di sini saja. Ia pastinya ingin terus menjadi pemain andalan bagi Stuttgart pada musim-musim mendatang. Ia juga harus mampu menjaga kondisi tubuhnya untuk selalu fit, agar tidak perlu lagi berurusan dengan cedera.
Apabila ia mampu menjaga performanya dan terhindar dari cedera yang senang menghampirinya, bukan hanya Stuttgart yang akan meraih keuntungan, melainkan juga tim nasional Jerman. Sejak ditinggal pensiun Miroslav Klose, belum tampak lagi penyerang yang bisa memberikan jaminan gol demi gol bagi Die Mannschaft. Mario Gomez yang selama ini berperan sebagai pelapis Klose pun sering dipusingkan oleh cedera dan inkonsistensi permainan. Maka, kemunculan pemain potensial seperti Ginczek ini diharapkan bukan hanya sekadar pemberi asa sesaat, tetapi juga bisa menjadi jawaban yang nyata akan penantian publik sepak bola Jerman selama ini.
Biarlah Ginczek sendiri yang menjawab segala bentuk harapan tadi. Biarkan ia membuktikan segala kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, seperti yang telah ia tunjukkan pada musim ini. Kepercayaan dari manajemen, pelatih dan rekan-rekan setimnya yang telah menjadikannya sebagai pahlawan kekinian bagi Stuttgart, dan mungkin nantinya bagi tim nasional Jerman.
Nama : Harri Rahmad Fadil
Akun Twitter : @__diel
Kategori: Fitur – Profil
Tag: Daniel Ginczek, VfB Stuttgart, Bundesliga, Jerman
Summary: Pada spieltag terakhir musim kompetisi 2014/15, VfB Stuttgart berhasil memastikan diri lolos dari jeratan degradasi. Atas keberhasilan tersebut, Die Roten layak berterimakasih pada penyerang yang awalnya hanya merupakan pilihan ketiga di skuat mereka, Daniel Ginczek.