Messi, Argentina, dan Keengganan Menjadi Keledai

Melihat kapasitasnya sebagai pesepakbola kelas wahid, Copa America 2007, 2015, dan 2016 serta Piala Dunia 2014 semestinya jadi momen kebahagiaan Lionel Messi bareng tim nasional Argentina.

Pasalnya, dalam keempat turnamen tersebut, La Albiceleste yang diperkuat Messi selalu berhasil menjejak laga final. Namun entah mengapa, gelar seolah enggan mendekat ke pelukan pria kelahiran Rosario tersebut.

Di Copa America 2007, Brasil memupus asa Messi beserta negaranya. Sementara pada edisi 2015 dan 2016, giliran Cile yang melakukannya. Terakhir, ada Jerman yang membuat air mata berlinang di pipinya selepas final Piala Dunia 2014.

Kegagalan demi kegagalan meraih trofi bersama Argentina bikin rapor Messi sebagai pesepakbola selalu terselip angka merah. Padahal, kiprahnya di level klub bareng Barcelona begitu eksepsional.

Berbagai gelar sukses ia hadiahkan pada klub asal Catalan tersebut. Baik dari kancah domestik seperti La Liga, Copa del Rey, dan Piala Super Spanyol, sampai trofi kontinental macam Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Tak main-main, jumlahnya sampai detik ini sudah mencapai 34 buah!

Dari ranah individual, aksi-aksi memikat dan pencapaian luar biasa Messi bikin ia diganjar enam trofi Ballon dOr dan enam Sepatu Emas Eropa. Fantastis, bukan?

Messi di Argentina dan Messi di Barcelona layaknya dunia kebalikan. Meski skuad La Albiceleste kala diperkuat Messi tak sementereng Barcelona, tetapi mereka selalu jadi unggulan di sebuah turnamen.

Dipandang dari sisi manapun, nama-nama semisal Sergio Aguero, Angel Di Maria, Gonzalo Higuain, Javier Mascherano, dan Sergio Romero adalah jaminan mutu di atas lapangan hijau.

Ironis, bermain dengan pemain-pemain berkualitas macam itu tak bikin Messi dan Argentina mudah mengecup trofi. Sementara bagi La Albiceleste sendiri, musim kemarau gelar yang mereka alami sejak 1993 belum jua terputus.

BACA JUGA:  Di Balik Gemerlapnya Gelar Juara Persib

Dibanding negara-negara top dunia lain seperti Italia, Jerman, Prancis, Spanyol dan sepasang rivalnya di Amerika Latin yaitu Brasil serta Uruguay, Argentina memegang rekor paling buruk soal paceklik titel.

Kini, kesempatan untuk Messi dan Argentina mengangkat trofi kembali terbuka usai lolos ke final Copa America 2021 yang diselenggarakan di Brasil.

Kubu tuan rumah yang dimotori Gabriel Jesus dan Neymar menjadi lawan mereka pada babak pamungkas. Stadion Maracana di kota Rio de Janeiro menjadi arena pertempurannya.

Pada 2014 silam, di tempat inilah tatapan Messi nanar dan kesedihan merasuki Argentina karena kesempatan meraih trofi Piala Dunia melayang begitu saja.

Maka menghapus duka tersebut dengan trofi Copa America 2021 harus menjadi alasan terbesar Messi dan rekan-rekannya untuk tampil brilian.

Sedari penyisihan grup hingga semifinal, sang kapten kesebelasan memamerkan performa yang elok. Ia sudah mencetak 4 gol dan mengukir 5 asis. Semua pihak, terutama fans La Albiceleste pasti berharap sang idola bisa meneruskan aksi ciamiknya itu sampai laga puncak.

Dilansir dari AS, mantan penggawa Argentina, Gustavo Lopez, mengingatkan bahwa tim asuhan Lionel Scaloni tak boleh kelewat Messi-sentris di final. Mereka kudu bermain secara unit alih-alih menumpukan segalanya pada pemain berusia 34 tahun tersebut.

Brasil yang diasuh Tite diyakini Lopez sudah memiliki strategi untuk mematikan Messi. Terlebih, permainan Selecao selama Copa America 2021 lebih menonjolkan kesolidan dan kolektivitasnya.

Messi adalah harapan terbesar Argentina selepas era kegemilangan yang dikomandoi mendiang Diego Armando Maradona.

Buat Messi sendiri, Copa America 2021 bisa menjadi turnamen antarnegara Amerika Latin terakhir yang diikutinya. Usia yang kian menua jadi salah satu alasannya.

Andaikat masih berkiprah di kancah internasional, barangkali Piala Dunia 2022 adalah periode terakhir Messi (saat itu usianya mencapai 35 tahun) lintang pukang di atas lapangan dengan baju Argentina. Sulit untuk membayangkan ia masih bermain di Copa America 2024 mendatang.

BACA JUGA:  Piala Dunia 2022, Sepakbola dan Hak Asasi Manusia

Dengan momentum yang hadir di depan mata, dengan Messi yang masih menghuni skuad, Copa America 2021 memang wajib dimenangkan Argentina.

Kegagalan demi kegagalan sebelumnya jadi cerita pedih yang mustahil lekang oleh waktu. Maka menghentikan kegagalan pada momen kesekian menjejak final adalah hal yang tak bisa ditawar penyerang setinggi 170 sentimeter itu maupun Argentina.

Lebih jauh, menang atas musuh bebuyutan di halaman rumahnya sendiri juga bisa menjadi motivasi tambahan untuk La Albiceleste buat tampil mati-matian. Kemenangan macam itu rasanya sangat manis dan akan dikenang sepanjang masa.

Messi dan Argentina tentu enggan menjadi keledai yang terus-terusan jatuh di lubang yang sama. Jadi, jangan sia-siakan lagi kesempatan (kelima) yang datang!

Komentar
Penggemar Barcelona yang paling sabar. Alumni perikanan tapi bercita-cita jadi wartawan. Bisa disapa di akun twitter @Alishaqiakbar.