Jalan Mundur Karier Bojan Krkic

La Masia adalah salah satu akademi pencetak pemain sepakbola hebat di dunia. Banyak nama besar telah dihasilkan dari dapur akademi Barcelona tersebut. Dari Pep Guardiola, Luis Milla, hingga Andres Iniesta, Xavi Hernandez, Carles Puyol, dan Lionel Messi.

Tetapi tidak semua alumni bisa mencapai level “hebat”. Ada beberapa nama “gagal” dari La Masia. Mereka yang gagal adalah pemain-pemain yang sempat bersinar di tim utama walau akhirnya meredup karena gagal menjawab ekspektasi tinggi sebagai lulusan La Masia. Dan salah satu nama yang dahulu dikenal sebagai wonderkid adalah Bojan Krkic.

Bojan Krkic Perez, lahir dari ayah berkebangsaan Serbia dan ibu Catalunya. Ayahnya, Bojan Krkic Sr. adalah mantan pemain sepakbola profesional di Serbia dan menjadi pencari bakat Barcelona dari tahun 1997 hingga 2011.

Bojan mempunyai seluruh alasan untuk menjadi pemain kelas dunia. Teknik menggiring bola yang baik, tajam, punya visi, dan teknik umpan yang bagus. Namanya sudah dikenal sejak tim junior setelah mampu mencetak hingga 850 gol di akademi. Bojan pun sudah menjadi andalan timnas Spanyol di berbagai jenjang usia.

Bakatnya yang spesial membuat Frank Rijkaard, pelatih Barcelona saat itu memberikan debut di tim utama saat Bojan masih berusia 17 tahun 19 hari, sekaligus memecahkan rekor debut Lionel Messi.

Musim pertamanya dilewati dengan baik. Dari 42 pertandingan, ia mampu mencatatkan 12 gol dan lima asis. Tak ada perubahan signifikan di musim kedua dengan 42 pertandingan, 10 gol, dan enam asis.

Seiring banyaknya kesempatan bermain di tim utama, atensi terhadap Bojan semakin besar. Baik saat ia bermain maupun di kehidupan sosialnya. Sayangnya, Bojan gagal mengatasi tekanan yang datang. Ia pun mengeluh saat kehidupan masa mudanya terasa begitu berbeda dengan pemuda sebayanya.

Bahkan untuk bersenang-senang bersama teman-temanya ia kesulitan. Menjadi seorang bintang di umur 17 tahun memang tidak pernah mudah.

Akhir musim 2009 menjadi memori yang buruk untuk Barcelona bersama Rijkaard. Musim itu ditutup dengan raihan nirgelar. Tak ada tempat bagi kegagalan seperti itu di klub sebesar Barcelona. Konsekuensinya, pelatih asal Belanda tersebut harus meninggalkan posisinya sebagai pelatih.

Lengsernya Rijkaard mengubah jalan karir pemain berkebangsaan Spanyol ini. Rijkaard adalah salah satu pelatih yang mengangumi bakat Bojan, berbanding terbalik dengan Pep Guardiola.

BACA JUGA:  Armando Picchi, Libero Andal yang Terlupakan

Masalah semakin meruncing ketika Guardiola meminta Bojan “turun level” ke Barcelona B untuk sementara waktu. Bojan merasa ia sudah cukup bermain di level kedua dan siap untuk terus bermain di tim utama. Sikapnya membuat Pep tak berkenan dan kesempatan bermain semakin terbatas. Apalagi, trio Messi, David Villa, dan Pedro sangat moncer.

Pada akhirnya, perjalanan sang wonderkid berakhir di musim panas 2011. Selama empat tahun bermain untuk Barcelona, Bojan membukukan 41 gol dari 164 pertandingan. Rusaknya hubungan dengan Pep pula menjadi alasan Bojan mesti berkelana ke Italia untuk membela AS Roma yang saat itu dilatih Luis Enrique, sosok yang pernah melatih Barcelona B.

Visi Enrique bersama Roma pun menjadi alasan tersendiri bagi Bojan untuk mau hengkang ke Serie A.

Sayangnya, Bojan gagal beradaptasi dengan perubahan suasana. Ia gagal mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan bakat besarnya tak berkembang. Serie A terbukti bukan liga yang bersahabat untuk dirinya. Setelah gagal bersama Barcelona, Bojan sudah lima kali berganti kostum.

Tanggal 22 Juli 2014, nasib mempertemukan Bojan dengan Stoke City. Kedatangannya disambut dengan gegap gempita suporter The Potters. Sebagai mantan pemain Barcelona, kedatangannya  membawa harapan dan ekspektasi tinggi. Penampilannya pun cukup moncer di awal-awal kedatangannya.

Sayangnya, perjalanan Bojan di Liga Primer Inggris kerap diganggu cedera. Musim 2014/2015, Bojan harus rela melewati 36 pertandingan bersama Stoke City setelah mengalami cedera Cruciate Ligament Rupture.

Berbeda dengan klub-klub sebelumnya yang hanya bertahan satu musim, Bojan melewati 2,5 tahun bersama Stoke City dan telah diikat dengan kontrak baru hingga tahun 2020.

Bojan kini telah berusia 26 tahun, usia matang bagi seorang pesepakbola. Dan pada transfer musim dingin musim ini, Bojan sedikit “dipaksa” melewati lembaran baru bersama FSV Mainz 05 dengan status pinjaman.

Peminjaman Bojan ke salah satu klub di Jerman tersebut bertujuan untuk menambah menit bermain si pemain. Tujuan yang sebenarnya positif. Namun, menjadi satu penegasan bahwa jalan karier mantan wonderkid tersebut tak berjalan maju.

Beberapa tahun sebelumnya, Bojan dikenal sebagai “Spanish Messi”. Walau pada kenyataannya, hari ini, Bojan “hanya” bermain di FSV Mainz 05 dan bukan menjadi bagian Barcelona.

BACA JUGA:  Mengayuh Sepeda, Demi Persija

Memang, Iniesta, Xavi, dan Messi seperti menetapkan standar yang begitu tinggi untuk para lulusan La Masia. Fakta tersebut, mau tak mau, akan selalu menjadi perbandingan bagi siapa saja yang mentas dari kawah candradimuka akademi Eropa tersebut. Gagal berkembang seperti Bojan, bisa jadi selamanya, si pemain akan mendapatkan label “gagal”.

Tekanan di luar lapangan yang susah payah dilawan Bojan semakin berat ketika ia didera kritikan yang begitu deras. Kritik pedas tersebut berawal ketika ia menolak panggilan Luis Aragones untuk memperkuat Spanyol di ajang Euro 2008.

Banyak media dan mantan pemain yang menyayangkan sikap Bojan. Di usianya yang baru 17 tahun, Bojan dianggap harusnya bersyukur lantaran mendapatkan kesempatan istimewa untuk tampil di ajang bergengsi. Namun, Bojan punya alasannya sendiri.

Bojan merasa ia tak sanggup untuk membela Spanyol di ajang Euro 2008 lantaran kelelahan. Di usia 17 tahun, Bojan sudah mengikuti beberapa turnamen level junior. Mulai dari Piala Eropa dan Piala Dunia U-17. Setelah itu, Bojan juga beberapa kali bermain untuk timnas Spanyol U-21. Banyaknya jumlah laga yang ia jalani memang tak ideal untuk pemain di bawah usia 20 tahun.

Kritikan tersebut tak membantu perkembangannya. Apalagi, Guardiola tak terlalu berkenan dengan dirinya. Meski dahulu menyandang predikat sebagai wonderkid, jika tak berkembang, maka mereka hanya “pemain biasa” yang mencapai usia emas.

Perlu diingat, selain Bojan, masih ada beberapa nama yang gagal berkembang dan menembus tim utama raksasa Catalan. Masih ingat dengan Marc Muniesa? Salah satu bek yang dahulu sempat disebut punya peluang besar menembus tim utama Barcelona?

Selain tak berkembang, Barcelona sendiri memiliki andil dengan sulitnya para pemain muda menembus tim utama. Tuntutan untuk selalu berprestasi, membuat pelatih memilih opsi membeli pemain matang. Baik ketika harus menambal kepergian Dani Alves atau ketika harus menambah kedalaman bek tengah.

Terlepas dari itu semua, bakat besar tak selalu menjamin masa depan seorang pesepakbola. Kerja keras, kekuatan mental, dan kesadaran akan tanggung jawab menjadi kunci.

Bagi pemain yang namanya berarti ‘seorang petarung’ di Bahasa Slavik, karier Bojan memang sungguh disayangkan. Sekali lagi, ingat, bakat saja tak cukup untuk bertahan hidup.

Komentar
Pencinta sepakbola.