Tanggal 11 Juli 2021 waktu Indonesia menjadi hari yang bersejarah bagi tim nasional Argentina. Mereka keluar sebagai jawara Copa America 2021. Dalam partai final, Lionel Messi dan kolega menekuk sang rival bebuyutan di Amerika Latin, Brasil.
Di balik kesuksesan Negeri Tango pada ajang tersebut, kehadiran Messi terasa begitu krusial. Ia menjadi kapten sekaligus bintang utama Argentina guna bertarung dengan tim-tim pesaing.
Bahkan dalam statistik kejuaraan yang dirilis pasca-turnamen, lelaki 34 tahun ini menjadi sosok tunggal yang menguasai sejumlah variabel. Mulai dari jumlah gol, jumlah asis, jumlah tembakan, sampai penciptaan peluang.
Lionel Messi produced an international tournament performance for the ages 🤯 pic.twitter.com/vpFjUAvijA
— ESPN FC (@ESPNFC) July 13, 2021
Bagi para pencinta sepakbola dalam rentang dua dasawarsa terakhir, nama Messi tidaklah asing karena ia merupakan protagonis utama.
Diakui atau tidak, pria kelahiran Rosario tersebut merupakan salah satu pesepakbola terbaik sepanjang masa.
Kepala dan kedua kakinya begitu produktif menghasilkan gol sehingga klub yang ia bela sedari belia, Barcelona, sukses memanen beraneka trofi. Baik di kancah domestik maupun kontinental.
Hampir setiap tahun, Messi mengisi lemari trofi klub yang bermarkas di Stadion Camp Nou itu dengan piala.
Performa ciamiknya di Barcelona tak berujung pada gelar kolektif semata. Dari sisi individu, sulit untuk mengingkari bahwa Messi adalah sosok fantastis di era saat ini. Tak heran kalau dirinya acap beroleh penghargaan.
Mulai dari Ballon d’Or yang sudah didapatkannya enam kali sampai trofi pencetak gol terbanyak La Liga yang masuk ke dalam koleksinya sebanyak delapan kali.
Akan tetapi, lain ceritanya kalau di level negara. Messi justru sering patah hati. Sebagai pemain andalan, selalu ada harapan yang diletakkan di pundaknya kala Argentina mengarungi sebuah turnamen.
Berulangkali, pemain berjuluk La Pulga ini sukses mengantar negaranya ke partai final alias tinggal selangkah lagi merengkuh gelar.
Final Copa America 2007, Copa America 2015, Copa America Centenario 2016 dan Piala Dunia 2014 menjadi momen di mana La Albiceleste yang diperkuat Messi punya kans menjadi juara sekaligus menghentikan kemarau gelar yang mereka alami sejak 1993.
Apes, keempat momen itu selalu berakhir dengan tangis. Argentina secara mengenaskan ditekuk Brasil, dua kali oleh Cile dan Jerman.
Akibat dari kegagalan demi kegagalan itu, Messi sering mendapat perundungan dari para haters.
Saking kesalnya dengan segala kisah pahit yang dialami, suami Antonella Rocuzzo tersebut pernah menyatakan pensiun dari timnas medio 2016 silam.
Bak petir di siang bolong, semua orang terkejut dengan keputusan Messi. Banyak figur yang kemudian membujuknya untuk kembali membela Argentina.
Mujur, sang megabintang mau mengenakan lagi baju La Albiceleste beberapa bulan kemudian.
Sampai akhirnya, dahaga itu terpuaskan di Copa America 2021. Final kelimanya bersama Argentina berbuah trofi prestisius!
Gol tunggal Angel Di Maria yang memanfaatkan umpan terukur Rodrigo De Paul dari area tengah sudah cukup untuk menyudahi perlawanan Brasil di Stadion Maracana.
Jujur saja, saya menyesal karena tidak bisa menyaksikan aksi Messi dan kawan-kawan secara penuh. Saya sempat ketiduran pada Minggu pagi (11/7).
Beruntung, setidaknya saya masih bisa menyaksikan 25 menit babak kedua plus injury time final Copa America 2021.
Pada pertandingan tersebut, Messi bekerja amat keras demi meraih salah satu hal yang ia impikan. Selain menyerang, ia juga turut membantu lini pertahanan Argentina yang terus digempur oleh Neymar dan kolega.
Messi sendiri nyaris mencetak gol tambahan dan bisa menahbiskan diri sebagai pahlawan kalau tak terpeleset di dalam kotak penalti milik Brasil saat mendapat peluang emas di menit-menit akhir laga.
Baru kali ini, saya melihat ia seperti itu. Seolah ada kegugupan yang menyeruak dari dirinya.
Wajib diakui bahwa gelaran Copa America 2021 menjadi panggung pertunjukan seorang La Pulga. Trofi juara, gelar pencetak gol terbanyak turnamen, sampai status pemain terbaik berhasil ia sabet.
Tak pelak bila alunan puja-puji membahana dari mulut para pemain Argentina maupun suporternya. Nama Messi dijadikan nyanyian oleh mereka.
Messi tertawa lebar dan lepas pada saat itu. Ada kelegaan yang terpancar. Beban yang selama ini ada di pundaknya seakan luruh.
Ledekan yang selama ini terus menghantuinya pun lamat-lamat menghilang dan bersalin rupa menjadi pujian.
Saya sebagai penggemar sepakbola, begitu riang melihat Messi memegang piala dengan senyum yang terus mengembang.
Paling tidak, ia sanggup membuktikan kapasitasnya sebagai pemain eksepsional dan berprestasi di level klub maupun timnas.
Meski harus menunggu lama, keputusan Messi untuk tetap membela Argentina adalah hal yang tepat. Ia harus berterima kasih kepada orang-orang yang membujuknya dahulu.
Kalau saja Messi bersikukuh untuk tetap pensiun, peluangnya untuk merasakan gelar mayor sudah pasti nol.
Trofi Copa America 2021 pun kemungkinan besar didapatkan oleh negara lain. Andaikata Argentina juga yang dapat, maka kompatriotnya yang menjadi pujaan publik.
Trofi Copa America 2021 yang digenggam Messi bisa melecutnya sekali lagi di masa yang akan datang saat mengenakan baju Argentina.
Ya, gelaran Piala Dunia 2022 akan hadir setahun lagi. Argentina pasti ingin berpartisipasi kembali dalam kejuaraan tersebut seraya mengincar titel ketiganya sepanjang sejarah.
Dalam benak Messi, pasti tersirat keinginan merasakan nikmatnya memeluk trofi paling prestisius dalam kancah sepakbola tersebut dan mengikuti jejak Mario Kempes serta mendiang Diego Armando Maradona.
Di usianya yang mencapai 35 tahun pada tahun depan, Piala Dunia 2022 bisa menjadi turnamen mayor terakhir sepanjang karier sepakbolanya.
Jangan kaget bila Argentina yang dibela Messi tampil prima sepanjang babak kualifikasi zona CONMEBOL demi tiket beraksi di Qatar sehingga misi menjadi juara dunia dapat diupayakan.