Sesi konferensi pers Persija jadi daya tarik tersendiri bagi para penikmat sepakbola dalam sebulan ke belakang. Pasca ditangani Thomas Doll, publik dibuat terlibat dan memahami perkembangan Persija dari berbagai sudut pandang. Tak banyak pelatih di Liga Indonesia yang lugas, jujur, dan terbuka seperti dirinya.
Konferensi pers jadi sesi krusial untuk menyampaikan kondisi tim kepada publik saat pra dan pasca pertandingan. Tak jarang, momen tersebut juga digunakan sebagai ajang psywar dengan klub rival, klarifikasi atas yang terjadi di lapangan, atau sebagai ajang untuk memotivasi tim dan suporter di tiap pertandingan.
Sikap Thomas Doll saat sesi wawancara mungkin mengingatkan kita terhadap sosok juru taktik asal Jerman lainnya. Beberapa nama seperti Klopp, Tuchel, Rangnick, hingga Nagelsmann memiliki gaya bicara serupa saat sesi di depan kamera berlangsung. Masih ingat saat Klopp mengkritik secara terbuka jadwal jeda internasional? Atau saat Rangnick membuka tabir bobroknya skuad MU kala dirinya menjadi pelatih Setan Merah?
Selain sama-sama berasal dari Jerman, kelimanya juga merupakan jebolan Die Akademie, tempat Jerman melahirkan para pelatih berkualitas. Maka tak heran bila secara sikap di dalam dan di luar lapangan, mereka berbeda dari pelatih kebanyakan.
Thomas Doll memberikan penjelasan taktis dan teknis secara sederhana, saat pelatih lain melontarkan hal klise seperti kalimat “kami sudah bekerja keras”. Secara terbuka, ia juga melontarkan kritik pedas bila penyelenggara tidak profesional dalam penyediaan fasilitas. Kekurangan pada skuad juga tak luput dari perhatian Doll kala tim Macan Kemayoran juga masih banyak kekurangan.
Sikap dan gaya bicara serupa mungkin juga pernah kita lihat pada beberapa sosok lain di level sepakbola nasional. Sebut saja nama-nama seperti Shin Tae-Yong, Jacksen F. Tiago, Rahmad Darmawan, dan pelatih-pelatih lainnya yang cenderung to the point dan berbicara terang-terangan.
Gimana? Lebih suka pelatih yang blak-blakan atau yang klise?