Jendela transfer pertengahan musim Liga 1 2021/2022 telah ditutup dan putaran kedua kompetisi resmi dihelat kembali.
Kini, 18 klub partisipan sangat bergantung dengan komposisi skuadnya sekarang karena mereka tidak bisa lagi mendatangkan atau sembarangan mendepak pemain.
Pada bursa transfer tersebut, situasi setiap tim berbeda-beda. Ada yang nyaris mengganti semua penggawa asingnya, ada pula yang tidak.
Ada yang hanya mendatangkan satu pemain, ada yang sampai sepuluh pemain. Ada yang hanya mencoret satu pemain, kemudian ada juga yang mendepak 12 pemainnya.
Satu yang pasti, seluruh partisipan melakukan pergerakan pada jendela transfer kali ini demi memperkuat diri. Semua bergerak sesuai porsi dan kebutuhannya masing-masing.
Para pemain baru yang didatangkan, pada dasarnya juga belum pasti jadi pemain inti. Namun setidaknya mereka didatangkan sebagai pelapis yang sepadan atau sudah siap jika sewaktu-waktu dimainkan sebagai pemain inti.
Itu menandakan bursa transfer selalu menjadi momen untuk membenahi kedalaman skuad. Artinya, pemain cadangan atau lapis kedua tim sama pentingnya dengan sebelas pertama terbaik yang dimiliki sebuah kesebelasan.
Mari tengok geliat lima tim papan atas sepanjang bursa transfer kemarin. Walau tidak begitu banyak transfer, mereka sadar pentingnya kedalaman skuad menyambut putaran kedua.
Rekapannyakurang lebih seperti ini, Arema FC (empat masuk, satu keluar), Bhayangkara FC (dua masuk, satu keluar), Persebaya (satu masuk, dua keluar), Persib (dua masuk, dua keluar), dan Bali United (lima masuk, tiga keluar).
Arema sempat kehilangan banyak pemainnya dalam pertandingan terakhir seri keempat melawan PSIS (16/1). Kala itu, seluruh penggawa asing Singo Edan dilarang tampil karena konon terjangkit Covid-19.
Sayangnya, tidak ada rilis resmi klub terkait kabar tersebut meski banyak pihak yang menunggu kebenarannya, terutama Aremania.
Lihat juga Bali United. Dengan skuad yang mentereng dan selengkap itu saja, mereka masih harus mengontrak lima pemain baru.
Meski tiga di antaranya untuk menggantikan tiga pemain yang keluar, tetapi dua pemain lain berposisi sebagai bek kanan dan bek kiri.
Praktis, melansir Transfermarkt, Serdadu Tridatu masing-masing punya empat pemain di pos bek kanan dan kiri. Kedalaman yang sungguh aduhai.
Bhayangkara FC pun sama. The Guardians tidak punya pelapis yang cukup sepadan untuk ujung tombaknya, Ezechiel N’Douassel.
Dendy Sulistyawan hanya mampu menyarangkan dua gol dari 20 pertandingan, terpaut jauh dari koleksi sembilan gol dari 15 pertandingan milik Ezechiel.
Maka, keputusan mendatangkan Herman Dzumafo yang sebelumnya bermain di Dewa United pun bisa dimaklumi.
Pada Liga 2 musim 2021 lalu, Dzumafo mencetak empat gol dari 14 pertandingan bersama klub yang kabarnya ingin memainkan laga kandang di Tangerang itu.
Selain tiga klub di atas, Persebaya dan Persib juga mengontrak pemain baru untuk menggantikan posisi pemain yang sudah keluar.
Sikap Bajol Ijo dan Maung Bandung yang tak banyak membongkar pasang skuad menunjukkan bahwa kedalaman armada tempur mereka merata dan mencukupi sejak awal musim.
Sementara 13 klub lain memiliki aktivitas yang lebih sibuk. Baik untuk urusan mendatangkan maupun mendepak pemain.
Keputusan itu mesti dipahami sebagai upaya manajemen dan pelatih membenahi kualitas tim untuk putaran kedua.
Lantas pertanyaan terbesarnya, apakah transfer yang dilakukan mereka mampu merenovasi skuadnya sehingga punya kedalaman yang lebih baik? Karena jika tidak, posisi di klasemen menjadi pertaruhannya.
Jakmania mungkin tahu betul rasanya melihat tim kebanggaannya acap tampil tidak dengan pemain-pemain yang sudah teruji.
Skuad cadangan Persija mayoritas bermaterikan pemain muda. Alhasil, rotasi yang dilakukan, khususnya di lini belakang dan tengah kerap timpang kualitasnya.
Persiraja juga paham betul rasanya kehilangan sosok Paulo Henrique di lini depan. Peran si pencetak enam dari total 11 gol Laskar Rencong pada musim ini tidak ada yang bisa menggantikan.
PSS dan PSM juga berbenah besar-besaran, mengingat performa mereka jauh dari yang diharapkan penggemar dan manajemen pada awal musim.
Pemain cadangan di sepakbola memang sangat diperlukan, meski ini adalah olahraga sebelas lawan sebelas. Tak peduli bahwa jam bermain mereka lebih sedikit daripada pemain inti.
Kehadiran pemain lapis kedua yang berkualitas mampu memaksa pemain inti terus menjaga atau malah meningkatkan kualitas yang mereka miliki.
Pasalnya, mereka enggan kehilangan posisi inti. Persaingan sehat ini sendiri berdampak pada performa tim di setiap pertandingan.
Sementara bagi pelatih, kedalaman skuad dengan kualitas yang nyaris sama dengan pemain inti memudahkan mereka melakukan rotasi dan perubahan strategi. Dengan begitu, mengganti pemain bukan berarti mengurangi kualitas.
Bayangkan saja, sudah capek-capek diajak lari Privat Mbarga selama satu jam, lalu yang masuk menggantikannya Irfan Jaya.
Sudah setengah mati mencegah David da Silva supaya tidak mencetak gol, yang menggantikannya juga sekaliber Ezra Walian.
Kedalaman skuad yang mumpuni memberi rasa aman bagi pelatih ketika sewaktu-waktu pemain intinya cedera dalam waktu yang cukup lama atau terkena akumulasi di pertandingan penting.
Belum lagi soal seringnya pihak klub kehilangan satu-dua figur intinya sebab dipanggil Timnas.
Putaran kedua Liga 1 2021/2022 merupakan ajang pembuktian. Klub manakah yang bisa memanfaatkan momen transfer lalu secara cerdik dan klub manakah yang menggali kuburannya sendiri.
Mereka yang kelak menjadi juara adalah kubu yang pemain-pemain serta manajemennya layak diacungi jempol karena piawai memanfaatkan situasi yang ada.