Polemik Stadion Gelora Joko Samudro

Jpeg

Kurang lebih 2 minggu lagi, stadion Gelora Joko Samudro akan resmi menjadi salah satu maskot dari Gresik. Stadion yang digembar-gemborkan memiliki standar internasional ini, menurut rencana akan diresmikan pada 22 September 2015. Kurang lebih tiga bulan menjelang pemilihan kepala daerah di Gresik dan hampir di seluruh Indonesia.

Stadion ini berada di daerah bersejarah, gunung Lengis Segoromadu. Daerah menurut warga sekitar adalah daerah perjuangan arek Gresik pada masa lampau. Bahkan di daerah ini juga ada sebuah monumen untuk mengenang sejarah masa lampau tersebut. Monumen tersebut saat ini telah dipindahkan dan ditempatkan di depan stadion. Rencananya pula akan dibangun tiga monumen lain yang akan menemani monumen gunung Lengis.

Stadion bagi sebuah kota atau daerah adalah hal yang penting. Selain karena fungsi stadion yang bisa digunakan untuk tim sepak bola bertanding, stadion juga bisa dijadikan produk yang bisa dibanggakan suatu daerah. Apalagi, stadion ini akan berstandar internasional. Meskipun tak sedikit pula stadion di dunia apalagi di Indonesia yang “mangkrak” karena tidak digunakan secara maksimal.

Sebut saja stadion Palaran di Kalimantan Timur yang digunakan untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) kini sepi dari kegiatan setelah Persisam Putra Samarinda kemudian Pusamania Borneo FC tak memilihnya sebagai lokasi untuk menggelar laga kandang. Juga Stadion Utama Riau yang digunakan untuk PON 2012 dan penyisihan Piala Asia U-22 2012 kini sepi dari kegiatan dan tak terawat.

Sebagai arek Gresik asli yang mencintai sepak bola dan Gresik secara penuh, pembangunan stadion adalah hal yang menggembirakan. Setidaknya penulis merasakan itu. Apalagi stadion yang awalnya akan dijadikan salah satu host untuk Asian Games 2018 ini akan menggunakan standar internasional. Gresik akan mampu menyaingi daerah lain yang sudah memiliki stadion bertaraf internasional. Seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Palembang, dan Pekanbaru. Dan ingat, daerah yang sebutkan di atas adalah daerah atau kota-kota besar. Beda dengan Gresik yang hanya sebuah kabupaten kota. Rasa bangga bagi warganya jelas semakin membumbung tinggi ke angkasa.

Mungkin hanya di sektor gaji buruh dan sepak bola lah, Gresik bisa membanggakan dirinya. Ya, gaji buruh di Gresik termasuk yang tertinggi di Jawa Timur. Silakan datang ke Gresik dan nikmatilah gaji yang tinggi di sini. Untuk urusan sepak bola, siapa yang tidak mengenal Petrokimia Putra Gresik. Klub kebanggan arek Gresik yang sukses meraih gelar juara dekade silam. Saat itu, Nabilah JKT48 masih berseragam putih merah.

BACA JUGA:  Keputusan Kontroversial Wasit Anulir Gol Kedua Sananta

Tapi, rasa bangga saya kepada stadion itu mulai terkikis. Setelah saya mengetahui bahwa stadion itu berdiri dengan mengemban banyak permasalahan. Baik masalah yang terjadi sebelum, ketika, dan nanti seteleh stadion ini berdiri megah.

Seperti yang penulis tulis di awal, bahwa stadion ini berada di daerah yang dianggap sakral. Selain di sana adalah tempat perjuangan arek-arek Gresik dalam mengusir penjajah. Selain itu, daerah tersebut juga daerah padat penduduk.

Berbagai permasalahan yang melingkupi Gelora Joko Samudro

Warga Gresik sempat melakukan aksi demonstrasi menolak pembangunan stadion yang awalnya dinamakan dengan Stadion Gunung Lengis itu. Forkot (Forum Kota) mengatakan bahwa pembangunan stadion sebaiknya dilakukan di daerah yang lain yang secara luas tanah memungkinkan untuk dilakukan.

Luas tanah yang kurang mencukupi disinyalir akan membuat semakin banyak warga yang digusur. Apalagi di belakang stadion, terdapat tanah pemakaman warga setempat. Padahal, jarak antara tanah pemakaman dengan stadion hanya berkisar 10-12 meter saja. Yang di khawatirkan adalah pembangunan stadion ini nantinya akan merusak tanah pemakaman. Hingga menimbulkan cerita misteri di kemudian hari.

Di sekitar stadion terdapat pabrik-pabrik. Dan terdapat pula menara sutet yang bisa membahayakan penonton di dalam stadion. Seperti yang diketahui. Bahwa suporter sepak bola khususnya di Indonesia sering menyalakan petasan di akhir laga, akan sangat bahaya kalau terjadi di bawah kabel-kabel sutet.

Belum lagi permasalahan jarak. Stadion ini berjarak sangat dekat dengan kota Surabaya dan stadion Gelora Bung Tomo. Yang dikhawatirkan adalah adanya gesekan yang bisa saja terjadi, meskipun Ultras Gresik dan Bonek tidak ada riwayat buruk. Khusus untuk Ultras daerah Selatan (Cerme, Driyorejo, Kedamean, dll) ditakutkan mereka akan melewati daerah Surabaya (Benowo) yang makan waktu lebih cepat dibanding harus lewat ke tengah kota Gresik.

BACA JUGA:  Teka-Teki Penerus Messi di Adidas: Apakah Jude Bellingham?

Letak Stadion ini yang berada di jalan nasional, dikhawatirkan menimbulkan kemacetan parah. Tanpa stadion pun, jalan Veteran tempat stadion ini berdiri sudah sangat rawan macet. Apalagi dengan stadion. Sedangkan pemkab Gresik tidak ada kewenangan untuk mengubah jalan Veteran yang merupakan jalan nasional. Apalagi, Stadion ini sangat dekat dengan pintu tol Romo Kalisari.

Permasalahan yang sangat pelik mengiringi pembangunan stadion ini. Tapi, permasalahan itu tidak mengurungkan niat Pemerintah Daerah membangun mega proyek ini.

Yang penulis khawatirkan adalah stadion ini mangkrak dan tidak terpakai karena stadion ini kurang memenuhi standar. Ratusan milyar uang rakyat terbuang percuma.

[Best_Wordpress_Gallery id=”1″ gal_title=”Stadion Gelora Joko Samudro”]

Proyek lambat dan terus dihantui masalah

Peresmian stadion tinggal menghitung hari. Tapi stadion belum siap sepenuhnya. Banyak sisi yang belum selesai. Bahkan pagar untuk membatasi tribun dan lapangan saja belum terpasang. Tempat parkir belum siap. Akses menuju stadion belum selesai. Pemda berdalih bahwa stadion nantinya akan dilanjutkan ke tahap kedua. Artinya ada dua tahap. Tapi, mengapa harus diresmikan ketika kedua tahapan belum dilaksanakan. Mengapa harus buru-buru meresmikan stadion yang baru setengah jadi?

Penulis enggan berspekulasi. Yang pasti, duet pimpinan daerah Gresik akan mencalonkan kembali dalam Pilkada serentak Desember nanti. Dan stadion belum selesai setidaknya sampai penulis menulis artikel ini.

Tudingan miring bahwa stadion hanya dijadikan alat politik pun terdengar nyaring di Gresik. Setidaknya itu di sekitaran pencinta sepak bola Gresik. Yang ditakutkan nanti adalah kalau misalnya situasi terburuk terjadi, bagaimana nasib stadion yang menghabiskan ratusan miliar dana rakyat ini. Penulis berusaha berbaik sangka dan menganggap pembangunan stadion sepenuhnya niat baik dari pemerintah untuk membangun Gresik lebih baik lagi. Ya semoga Stadion Gelora Joko Samudro ini tidak menjadi stadion Palaran atau Riau Jilid II yang mangkrak. Semoga.

 

Komentar
Penulis adalah seorang mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya. Mencintai sepakbola seperti mencintaimu. Penikmat Sepak bola Indonesia dan Italia. Dikontrak seumur hidup oleh Gresik United dan AS Roma dengan kepimilikan bersama atau co-ownership. Yang mau diskusi tentang sepak bola ataupun curhat tentang cinta, bisa ditemui di akun twitter @alipjanic .