Narasi football is coming home atau football is coming to Rome yang dalam bahasa Indonesia bermakna sepakbola pulang ke rumah atau sepakbola pulang ke kota Roma menjadi tajuk pertemuan Inggris dan Italia pada final Piala Eropa 2020 dini hari tadi (12/7).
Inggris bermimpi untuk meraih titel Eropa perdananya sepanjang sejarah. Kans makin terbuka lebar sebab laga puncak dimainkan di Stadion Wembley, kandang The Three Lions.
Sedangkan Italia memburu trofi Henri Delaunay kedua mereka setelah terakhir kali mengangkatnya pada 1968 silam kala Gli Azzurri menekuk Yugoslavia via skor 2-0 dalam laga ulang pasca-main imbang 1-1 di final pertama.
Harapan masyarakat Inggris buat menyaksikan negaranya berpesta meletup kala Luke Shaw bikin gol cepat.
Hanya dua menit usai sepak mula, bek kiri milik Manchester United itu menjebol gawang Gianluigi Donnarumma.
Berhasil unggul cepat tak lantas bikin anak asuh Gareth Southgate menurunkan intensitas permainannya. Mereka terus menyerbu lini belakang Italia guna mencari gol tambahan.
Italia sendiri tak tinggal diam. Mereka terus berusaha keras membongkar lini belakang sang lawan demi menjaringkan gol penyama kedudukan.
Nahas, pada babak pertama usaha tersebut nirhasil karena sampai wasit Bjorn Kuipers mengakhirinya, Inggris tetap unggul 1-0.
Sadar bila timnya kudu membuat perubahan, Roberto Mancini selaku arsitek Gli Azzurri melakukan sejumlah perubahan. Mulai dari strategi maupun pemain.
Keputusan tersebut rupanya berbuah manis karena Italia pada akhirnya sanggup keluar dari tekanan Inggris.
Beberapa kali usaha Jorginho dan kawan-kawan membahayakan gawang Jordan Pickford. Sayangnya, tak ada satu peluang bersih yang sanggup mereka bukukan.
Dengan strategi yang disesuaikan guna mereduksi keunggulan Inggris, Italia akhirnya berhasil mencetak gol penyeimbang lewat kaki Leonardo Bonucci pada pertengahan babak kedua.
Meski akhirnya gagal mencetak gol pembalik keadaan, gol bek tengah kepunyaan Juventus tersebut memperpanjang napas Gli Azzurri. Rupanya, momen inilah yang dicari Mancini.
Skor 1-1 bertahan hingga dua kali perpanjangan waktu. Laga pun mesti dituntaskan dengan adu penalti.
Bagi Italia, ini adalah tos-tosan kedua mereka sepanjang turnamen. Sementara Inggris baru pertama kali menjalaninya.
Gianluigi Donnarumma jadi pahlawan pada fase ini usai menepis tembakan dari dua eksekutor The Three Lions, Jadon Sancho dan Bukayo Saka.
Sebetulnya kiper Inggris, Jordan Pickford, juga melakukan hal yang sama tatkala Andrea Belotti dan Jorginho maju sebagai algojo.
Akan tetapi, Donnarumma yang tenang juga dinaungi keberuntungan lebih banyak sebab Marcus Rashford gagal karena bola sepakannya cuma mencium tiang gawang.
Papan skor menunjukkan angka 3-2 selepas adu penalti. Italia pun sah menjadi kampiun Piala Eropa 2020 dan menambah koleksi trofinya dari ajang ini menjadi dua buah.
Alih-alih coming home, ternyata trofi Piala Eropa lebih suka coming to Rome buat menikmati sebotol anggur dan sepiring spaghetti.
Tak hanya itu, ia juga dapat merasakan keabadian yang menenangkan di sana. London? Ah, mustahil kota ini bisa menghadirkan atmosfer seperti itu.
Kompetisi Piala Eropa 2020 diawali di Stadion Olimpico yang ada di kota Roma pada 12 Juni 2021 lalu. Laga pembuka mempertemukan Italia dan Turki. Gli Azzurri unggul dengan skor telak 3-0 dalam laga itu.
Perjalanan Giorgio Chiellini dan kawan-kawan lantas berlanjut di kota yang berdiri pada tahun 753 sebelum Masehi itu guna melakoni laga kedua dan ketiga babak penyisihan grup. Semuanya berhasil mereka menangkan.
Ketika masuk fase 16 besar, Italia terbang ke London guna bersua Austria. Lewat permainan memikat, Gli Azzurri menang 2-1 dan menyegel tempat di perempatfinal.
Kota Munchen jadi destinasi lanjutan anak buah Mancini saat bertemu salah satu favorit juara, Belgia. Lagi-lagi, Italia sukses keluar dari lubang jarum setelah unggul 2-1.
Dari Munchen, mereka kembali menuju London buat melakoni partai semifinal melawan Spanyol.
Laga berlangsung sangat alot karena La Furia Roja tampil luar biasa. Skor 1-1 menghiasi waktu normal dan dua kali perpanjangan waktu.
Hingga akhirnya kemenangan mesti ditentukan lewat adu penalti. Beruntung, di fase mendebarkan ini Italia berhasil menekuk Spanyol dengan kedudukan 4-2 sehingga berhak mentas di final.
Dari Roma lalu ke London, kemudian ke Munchen dan melanjutkan perjuangan sampai akhir di London, nyatanya tak bikin Gli Azzurri kepayahan.
Maka wajar bila kebahagiaan merasuk di dada seluruh pemain manakala gelar Piala Eropa 2020 sah mereka genggam.
Italia ingin memperlihatkan bahwa Roma adalah sebaik-baik tempat untuk trofi Henri Delaunay pulang. Terlebih, ia diperebutkan pertama kali di kota ini pada pertengahan bulan lalu. Bukan di London yang katanya rumah sepakbola itu.
Ibu kota Inggris tersebut tak lebih dari tempat transit trofi seberat 8 kilogram dan berwarna perak itu.
Italia menjadi kampiun Piala Eropa 2020 dengan rekor ciamik, tak terkalahkan dalam tujuh laga yang mereka lakoni. Rinciannya adalah lima kemenangan dan dua hasil seri (pada semifinal dan final).
It’s our time again. 🏆#VivoAzzurro #EURO2020 #ITA #ITAENG pic.twitter.com/YKV7tiBXWP
— Italy ⭐️⭐️⭐️⭐️ (@azzurri) July 11, 2021
Lebih dari itu, tren positif Gli Azzurri besutan Mancini pun berlanjut sampai ke angka 34 pertandingan. Ya, Chiellini dan kolega tak tersentuh hasil minor dalam seluruh laga tersebut. Sebuah mahakarya hebat dari pelatih berusia 56 tahun yang terikat kontrak sampai Juni 2026 itu.
Selamat datang kembali di rumah, trofi Henri Delaunay. Roma adalah sebenar-benarnya rumahmu.