Semua Sayang Christian Eriksen

Di saat penggemar sepakbola tengah diliputi euforia pagelaran Piala Eropa 2020, satu kejadian nahas dan mengagetkan menimpa Christian Eriksen saat membela negaranya, Denmark, dalam laga kontra Finlandia, pada babak penyisihan Grup B (13/6).

Beberapa menit jelang turun minum, Eriksen tiba-tiba terjatuh dan tak sadarkan diri di lapangan. Keadaan tersebut bikin para pemain Denmark dan Finlandia memberi isyarat agar tim medis segera masuk ke lapangan. Wasit Anthony Taylor pun menghentikan laga.

Simon Kjaer, kapten Denmark, berlari ke arah Eriksen dan langsung memberi pertolongan pertama dengan menarik lidah rekannya tersebut agar tidak tertelan serta memungkinkan Eriksen tetap dapat bernapas. Pemain yang membela AC Milan ini juga yang kemudian menenangkan pasangan Eriksen.

Jujur saja, pemandangan seperti itu sangat mengerikan. Tak heran bila terlihat rupa ketakutan di wajah para pemain, pelatih, ofisial, serta penonton di stadion. Para penonton yang menyaksikan laga itu via televisi pun dibuat ketar-ketir. Semuanya khawatir dengan kondisi Eriksen.

Beruntungnya, salah satu kejuaraan akbar ini tak dibuat ala kadarnya. Kesiapan pihak penyelenggara dalam segala aspek benar-benar patut diacungi jempol. Terutama tim medis yang begitu responsif.

Ahli kesehatan menyebut jika tim medis terlambat melakukan pertolongan kepada Eriksen, utamanya untuk meresusitasi jantung dan paru-parunya, nyawa gelandang berambut pirang itu bisa saja tidak terselamatkan.

Pujian juga diberikan kepada rekan para pemain yang cepat memberi aba-aba sehingga pertolongan berjalan cepat. Rekan setim Eriksen sendiri sampai membuat blokade supaya penanganan tersebut tidak mendapat gangguan dan sorotan kamera berlebih.

Tak hanya itu, ada pula fans Negeri Seribu Danau yang dipuji karena memberikan bendera negaranya kepada para pemain sehingga penanganan tim medis dapat dilakukan secara intens dan tertutup.

BACA JUGA:  Swiss Bukan Hanya Pegunungan Bersalju dan Cokelat Lezat

Tak pelak momentum itu bikin semua pihak menyadari bahwa sepakbola masih begitu humanis. Menolong mereka yang membutuhkan, lebih-lebih dalam situasi darurat, adalah keharusan.

Pertandingan yang terhenti begitu lama tak dianggap sebagai satu masalah. Semua berfokus pada Eriksen. Berdoa dan berharap agar penggawa Inter Milan tersebut sadar.

Ketika Eriksen akhirnya tersadar dan dibawa ke rumah sakit, ada raut kelegaan yang terpancar dari para pemain, pelatih, wasit, dan penonton.

Namun semuanya tak berakhir sampai di situ. Romelu Lukaku dan Achraf Hakimi yang merupakan rekan setim Eriksen di Inter, sama-sama mempersembahkan gol yang mereka buat untuk tim nasionalnya masing-masing (Belgia dan Maroko) kepada Eriksen.

Son Heung-min yang jadi rekan setim Eriksen di Tottenham Hotspur juga melakukan hal serupa. Setelah mencetak gol buat Korea Selatan, ia menghampiri kamera di tepi lapangan untuk memberi dukungan kepada pemain berusia 29 tahun tersebut.

Para pesepakbola dunia, baik yang masih aktif maupun sudah pensiun, mulai dari Cristiano Ronaldo sampai Francesco Totti, juga melontarkan dukungannya kepada eks pemain Ajax Amsterdam itu.

Tatkala Belanda melakoni laga perdananya di babak penyisihan Grup C kontra Ukraina, ada banyak fans De Oranje yang membawa poster dengan tulisan-tulisan dukungan buat Eriksen.

Semua memperlihatkan sikap suportifnya kepada lelaki kelahiran Middelfart itu. Semua sayang Eriksen.

Ketika Joel Pohjanpalo mencetak gol kemenangan Finlandia atas Denmark saat laga dilanjutkan, si pemain juga tak melakukan selebrasi kendati itu menjadi gol pertama bagi negaranya di putaran final Piala Eropa.

Lebih dari itu semua, penanganan cepat yang didapat Eriksen diyakini banyak kalangan sebagai salah satu faktor penting sehingga sang pemain selamat.

BACA JUGA:  Transformasi Menonton Laga Sepakbola

Hal inilah yang sepatutnya jadi perhatian lebih sehingga pada turnamen-turnamen sepakbola lainnya, tim medis punya akses yang cepat untuk masuk ke lapangan ketika ada situasi yang tak mengenakkan menimpa pemain, pelatih, ofisial maupun wasit.

Dengan begitu, kasus kematian terutama yang menimpa pesepakbola akibat masalah jantung bisa ditekan. Jangan ada Miklos Feher, Marc-Vivien Foe atau Piermario Morosini yang lain.

Selain itu, tes kesehatan yang dilakukan sebelum dan sesudah laga juga mesti diperketat. Apalagi dalam situasi pandemi seperti sekarang.

Kesehatan para pemain merupakan hal yang wajib diperhatikan. Bagaimanapun juga, mereka adalah manusia. Ada kalanya mereka kelelahan dan butuh waktu beristirahat.

Jadwal pertandingan yang terlalu padat tentu mengganggu kondisi fisik para pemain sehingga para penyelenggara kompetisi mesti menyusunnya dengan baik dan tak membebani para pemain.

Kini, semua berharap Eriksen segera pulih. Mengenai ia bisa melanjutkan kariernya atau tidak, biarlah waktu yang menjawab.

Saya sendiri berharap takkan ada lagi kasus-kasus seperti yang dialami Eriksen pada kancah sepakbola di masa yang akan datang.

Semoga.

Komentar
Penikmat sepakbola yang kebetulan mencoba tekun membaca. Bisa disapa di Twitter via akun @junaidi_afif.