Tentang Ekspektasi kepada Penggawa Muda Persebaya

Saat memastikan partisipasinya di turnamen pra-musim Piala Menpora 2021, manajemen Persebaya memutuskan untuk tidak menggunakan pemain asing dan hanya merekrut dua pemain lokal dengan nama mentereng, Satria Tama dan Syamsul Arif.

Padahal mereka juga ditinggalkan sejumlah pilar andalan seperti Hansamu Yama yang menyeberang ke Bhayangkara Solo FC dan Irfan Jaya yang merapat ke PS Sleman.

Klub yang dikomandoi Azrul Ananda tersebut memilih untuk mendayagunakan para penggawa mudanya seperti Koko Ari Araya, Muhammad Kemaluddin, Muhammad Supriadi, dan Rachmat Irianto, plus beberapa penggawa senior seperti Abu Rizal Maulana, Muhammad Hidayat, dan Syamsul Arif.

Mengingat Piala Menpora 2021 hanyalah turnamen pra-musim, manajemen Persebaya ingin mengasah dan menyeleksi kemampuan para penggawa mudanya sebelum terjun di ajang Liga 1 musim 2021 nanti.

Melihat dua pertandingan yang sudah dilakoni kubu Bajol Ijo di babak penyisihan grup Piala Menpora, angin segar mulai terasa. Secara keseluruhan, penampilan tim memang belum optimal, tetapi aksi dari para pemain muda pilihan pelatih Aji Santoso terihat menjanjikan.

Mereka tampil spartan, ulet, dan pantang menyerah. Benar-benar khas arek-arek Suroboyo. Tak heran kalau akhirnya Bonek merasa gembira sekaligus tenang.

Pada pertandingan melawan Persik (23/3), penggawa belia yang diturunkan sempat terlihat canggung dalam memainkan bola. Hal ini berujung pada kesalahan-kesalahan yang membuat Persebaya sempat tertekan oleh lawan.

Apalagi ketika Rizky Ridho harus menerima kartu kuning kedua sehingga tim harus bermain dengan sepuluh orang. Namun perlahan, tim berupaya bangkit dan memecahkan kebuntuan.

Pada babak kedua, kombinasi pemain senior dan muda yang ada di lapangan tampil lebih beringas dan akhirnya sukses memetik kemenangan lewat gol-gol penalti yang didapat.

Kemudian di pertandingan melawan Madura United (28/3), pemain-pemain muda Bajol Ijo seakan membayar utang-utang mereka pada laga sebelumnya.

BACA JUGA:  Andri Syahputra dan Bakat Sepakbola Anak-Anak Aceh

Sejak awal pertandingan bertajuk Derbi Suramadu, para pemain muda bermain dengan penuh semangat dan spartan. Aksi-aksi mereka bahkan membuat kubu Madura United kepayahan untuk memberi perlawanan.

Berkat penampilan apik skuad mudanya, Persebaya memetik kemenangan 2-1 dari sang tetangga yang skuadnya dihuni banyak pemain bintang.

Mesti diakui bahwa penampilan jebolan tim junior semisal Kemaluddin, Koko, Rian dan Supriadi sungguh menjanjikan. Wajar bila kemudian Bonek mulai memasang ekspektasi terhadap mereka, baik di ajang Piala Menpora kali ini atau nanti di Liga 1.

Keinginan melihat Persebaya tampil bagus di seluruh laga, melenggang ke final dan akhirnya jadi kampiun turnamen pra-musim mulai menyeruak pelan-pelan.

Akan tetapi, ada baiknya hal itu tak buru-buru dilakukan suporter. Pasalnya, bisa saja itu justru membebani, khususnya bagi para pemain muda saat beraksi di lapangan.

Bukankah manajemen dan pelatih menyatakan bahwa kesempatan yang diberikan kepada pemain muda di Piala Menpora adalah untuk mengasah kemampuan mereka?

Ekspektasi Bonek kepada para pemain belia itu sepatutnya berada di koridor yang wajar dan tidak berlebihan. Toh, di usia mereka yang masih berada pada kisaran 20 tahun membuat kesemuanya masih bisa mengembangkan kemampuan fisik, teknik dan kekuatan psikisnya sampai maksimal.

Menurut Hurlock, usia 20-an tahun merupakan masa-masa dewasa awal seseorang. Masa ini merupakan masa penyesuaian dari remaja menuju dewasa.

Mereka biasanya lebih fokus pada tugas untuk menyesuaikan peran mereka dengan lingkungan. Kadang mereka akan mengalami ketakutan apabila tidak mampu mencapai target yang telah ditentukan dan kadang juga terbawa emosi seperti ketika masa remaja.

Adaptasi di tim senior usai dipromosikan dari tim junior adalah masa-masa perkembangan para pesepakbola muda jadi lebih dewasa. Perubahan tanggung jawab yang lebih besar akan membuat mereka berusaha berkerja dengan lebih efisien.

BACA JUGA:  Tren Bisnis Sepakbola Indonesia Berubah, PSSI Tidak

Ketika berada dalam tim senior yang beranggotakan pemain dengan usia yang rentangnya jauh berbeda, para pemain junior akan belajar bagaimana cara menerima kritik dan saran dari pemain yang lebih berpengalaman.

Di sisi lain, suporter memiliki peran penting terkait tuntutan yang diberikan kepada pemain muda. Di satu sisi, tekanan agar mereka berkembang adalah keharusan.

Namun di sisi satu lagi, tuntutan itu harus sesuai kadarnya sehingga pemain muda tidak merasa terbebani dan dapat tampil lepas di lapangan guna memamerkan kebolehannya.

Terlebih, para pesepakbola pada umumnya, baik senior maupun junior, bisa menemui momen naik-turun performa kapan saja. Jika ekspektasi kita sebagai fans berlebih, saat pemain muda tadi tampil tidak maksimal, kita malah menghujatnya.

Percayalah, tim sudah mempersiapkan program untuk mengembangkan kompetensi para pemain muda seperti cara mengatur emosi ketika di lapangan, membuat keputusan ketika berada di bawah tekanan, tetap fokus bermain selama 90 menit walau kelelahan mulai mendera, dan tentang bagaimana mereka dapat menurunkan ego agar dapat bekerja sebagai satu unit utuh.

Dalam sejarahnya, Persebaya punya kemampuan ciamik untuk urusan yang satu ini. Faktanya, ada banyak pemain muda jebolan tim junior yang kemampuannya diakui dan bahkan jadi andalan tim nasional Indonesia.

Biarkan anak-anak muda ini bermain dengan asyik dan nyaman di laga-laga lanjutan Persebaya pada Piala Menpora.

Dalam jangka 2-5 tahun ke depan, mereka yang saat ini kita lihat bermain di Piala Menpora bersama Persebaya, bukan tak mungkin akan jadi pilar timnas Garuda.

Mereka adalah aset Bajol Ijo yang harus terus dijaga dan dirawat. Persis seperti tanaman yang mesti diberi pupuk dan disiram agar dapat tumbuh, subur serta berbuah.

Salam Satu Nyali. Wani!

Komentar
Penggila sepakbola asal Gresik yang lihai memasak makanan enak. Bisa dihubungi melalui akun Twitter @s11emak.