“Datang dan lihatlah,” kata Paus Fransiskus dalam pesan Urbi et Orbi yang dirilis Vatican secara resmi. Datang dan lihatlah merupakan sebuah ajakan untuk melihat ke dalam diri masing-masing. Tentang cinta dan kemanusiaan yang tak bersyarat. Dan suporter Borussia Dortmund mengejawantahkan pesan kasih Hari Paskah 2017 tersebut secara paripurna.
Sebagai tuan rumah, permainan menyerang Dortmund merupakan salah satu yang dinantikan banyak pasang mata. Sementara itu, Monaco adalah salah satu klub tertajam di Eropa. Salah satu laga perempat final Liga Champions yang ditunggu. Namun, satu insiden membuat laga menarik ini dirundung kesedihan dan perasaan getir.
Tiga bom meledak dan menargetkan bus tim Dortmund yang tengah berangkat ke stadion. Ledakan di samping bus melukai Marc Bartra dan membuat laga Dortmund dan Monaco ditunda. Bartra sendiri harus menjalani operasi pergelangan tangan yang patah dan harus absen hingga empat minggu. Aksi terorisme, kembali melukai sepakbola.
Di tengah kegetiran yang terasa, aksi yang meluluhkan hati dilakukan beberapa fans Dortmund. Lantaran laga yang ditunda, banyak fans Monaco yang kesulitan menemukan hotel untuk menginap atau kekurangan dana untuk menyewa sebuah kamar untuk berteduh. Mengetahui kesulitan itu, aksi yang sungguh manis ditunjukkan fans Dortmund.
Lewat tagar #bedforawayfans, pembaca bisa menemukan bagaimana kebaikan hati akan selalu mengalahkan aksi kejahatan. Kesulitan yang disebabkan aksi terorisme, dibasuh sempurna oleh kerelaan beberapa fans Dortmund untuk berbagai atap dengan, yang notabene para suporter rival.
Dear supporters of @AS_Monaco_EN! If you need accommodation in Dortmund, please check #bedforawayfans. #bvbasm
— Borussia Dortmund (@BVB) April 11, 2017
When terrorism tries to divide, football unites. Dortmund fans are giving Monaco fans a place to stay at using #bedforawayfans ! pic.twitter.com/H37GQEVmNS
— Juan Direction (@JuanDirection58) April 11, 2017
Ketika terorisme mencoba memecah belah, kerelaan untuk berbagi mengalahkannya. Sesuai pesan Paus Fransiskus bahwa cinta dan kemanusiaan itu tak mengenal syarat. Anda boleh berbeda pandangan dengan saya, berbeda warna klub yang didukung, atau bahkan berbeda agama. Namun, kita sama-sama manusia yang pada dasarnya saling membutuhkan.
Pesan Paskah yang disampaikan oleh Paus Fransiskus sangat sederhana. Namun, di tengah kesederhanaan tersebut, terdapat sebuah obat ampuh untuk mengalahkan aksi kekerasan. Karena di tengah cinta, sebuah harapan akan mekar.
Mari kita bayangkan, apabila, para suporter yang begitu akrab dengan bentrokan fisik dan aksi caci-maki di media sosial mencontoh aksi fans Dortmund. Apakah kalian tidak lelah dengan segala permusuhan itu? Apakah kehilangan sahabat, bahkan saudara sedarah karena bentrokan suporter tak juga memuakkan kalian?
Apakah dendam tak membuat kalian lelah?
Bayangkan, apabila suporter PSIM Yogyakarta bisa berdamai dengan fans PSS Sleman, atau dengan fans Persis Solo. Bayangkan keharmonisan antara Bobotoh Persib Bandung dengan The Jak Persija Jakarta. Bayangkan potensi yang bisa kita bangun di daerah masing-masing.
Rasa aman (baca: cinta), seperti kata Paus Fransiskus, akan melahirkan harapan. Bayangkan segala kreativitas yang bisa kita rayakan bersama, tanpa memandang kamu berwarna Biru, Hijau, Oranye, atau Merah. Sepakbola tak bisa lepas dari rivalitas, namun bisa bebas dari fanatisme sempit dan kebodohan yang seperti tanpa batas.
Luka yang diderita Marc Bartra adalah luka kita semua, dan seharusnya bisa menjadi pengingat bahwa, di tengah pertikaian, semua pihak sama-sama berdarah. Yang tidak bersalah menderita karena kehilangan. Yang tersangka menderita karena hidupnya menjadi tidak tenang.
Fans Dortmund mengajarkan kita makna kehangatan di tengah keluarga, bahkan di tengah “orang asing” yang tidak kamu kenal. Pulang ke rumah, bertukar senyum dengan bapak dan ibu setelah menyaksikan laga sepakbola adalah akhir bahagia yang pasti tak ditolak semua orang.
Bayangkan apabila mereka tak bisa melihatmu pulang karena aksi kekerasan dan kebodohan yang ditunjukkan fans terbelakang. Bayangkan apabila kamu terjatuh di tengah aspal yang panas dan puluhan kaki berusaha meremukkan tulang kepalamu. Bayangkan apabila sebuah pisau dikibaskan dengan ganas di depan matamu.
Lalu, bayangkan apabila itu semua tidak terjadi. Bayangkan adu koreo dan kreativitas di tribun masing-masing. Nyanyian yang penuh gelora untuk mendukung tim, bukan cants yang penuh dengan dendam dan makian. Bayangkan kita bersaing dengan kasih menjadi landasannya.
Kamu memilih yang mana?
Mewujudkannya bukan perkara muda, namun bukan berarti tidak bisa sama sekali. Langkah pertama adalah menyadari hakikat manusia yang membutuhkan sesama. Kedua, lupakan dendam. Orang terkasihmu sudah bahagia di surga. Ketiga, berlatih mempertajam akal sehat. Keempat, gunakan logika. Saya bisa melakukannya, maka kamu, juga seharusnya bisa.
Datang dan lihatlah, saya mendukung tim dengan akah sehat, bukan permusuhan. Datang dan lihatlah, saya menikmati sepakbola dengan logika. Datang dan lihatlah, saya menikmati kehidupan, bukan merusaknya dengan kekerasan dan kebodohan.
Mari kalahkan kekerasan dengan harapan. Mari kalahkan kebodohan dengan bergandengan tangan. Damai, kita bisa.