Salah satu hal yang membanggakan dari Jawa Barat adalah adanya beberapa stadion berstandar internasional. Meskipun persebaran stadion tersebut hanya berkutat di wilayah Bandung, Bogor, dan Bekasi, tetapi itu sudah menunjukkan betapa apiknya infrastruktur di wilayah tersebut.
Sadar dengan hal itu, dalam persiapannya menghadapi ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX tahun 2016 lalu, pemerintah provinsi berusaha mengambangkan sarana sepakbola di kota dan kabupaten lain.
Cirebon merupakan salah satu wilayah yang mendapatkan tuah. Inisiasi pembangunan stadion dan infrastruktur olahraga untuk ajang tersebut mulai dilakukan. Kelak, stadion itu akan dikenal dengan nama Watubelah.
Sedianya stadion itu akan menjadi salah satu venue cabor sepakbola, bersanding dengan Stadion Si Jalak Harupat di Kabupaten Bandung, Stadion Wibawa Mukti di Kabupaten Bekasi, Stadion Pakansari di Kabupaten Bogor, dan Stadion Patriot Chandrabaga di Kota Bekasi.
Proyek pendiriannya dimulai pada pertengahan tehun 2012 dan ditargetkan selesai tiga tahun berselang. Namun, sejak awal 2013, pembangunan stadion yang rencananya berkapasitas 40 ribu penonton itu terhenti.
Pemasangan rumput sintetis dan pembangunan tribun bagian utara serta selatan sempat dilanjutkan, tetapi kemudian mangkrak kembali. Alhasil, pembangunan stadion anyar itu gagal memenuhi target untuk PON dan digantikan oleh Stadion Arcamanik, Kota Bandung.
Desain awal Stadion Watubelah berbentuk seperti stadion konvensional pada umumnya yang mengacu pada venue olimpiade, berbentuk oval dengan jalur lari di sekeliling lapangan. Penampakan rancangan lebih detailnya lebih mirip dengan Stadion Si Jalak Harupat.
Dari fasilitas yang dipunyai, Stadion Watubelah tentunya tidak hanya akan difungsikan untuk menggelar pertandingan sepakbola saja. Seperti stadion untuk PON lainnya, cabang olahraga lain akan digelar pula di kawasan yang sama, mulai dari atletik hingga balap motor.
Penamaan Stadion Watubelah sendiri sebenarnya tidaklah resmi. Kata itu dipakai karena merujuk pada lokasi stadion yang berada di Kelurahan Watubelah. Rencananya, setelah bangunan itu berdiri, barulah Pemerintah Kabupaten Cirebon akan menentukan nama resminya.
Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat beberapa perubahan dalam desain bangunan tersebut. Salah satu alasannya adalah pembangunan lapangan tembak dan gelanggang olahraga di sebelah selatan stadion.
Watubelah tak hanya akan menjadi nama stadion, tetapi berkembang menjadi sport center. Lahan seluas 9,8 hektar disiapkan dengan sekitar seperlima diantaranya berupa bangunan, termasuk di dalamnya terdapat .
Single seat di setiap bagian tribun juga termasuk dalam rencana teranyar. Tak ayal, kapasitasnya tereduksi sekitar 24 ribu. Setelah pemasangan kursi tunggal, Stadion Watubelah hanya akan sanggup menampung 16 ribu penonton. Cukup kecil memang.
Mencontoh Stadion Wibawa Mukti, pada setiap tribun diputuskan akan diberi atap. Tak lupa ornamen khas Cirebon juga ditonjolkan. Contohnya saja motif mega mendung yang menghias sudut-sudut stadion.
Sepanjang tahun 2019, pekerjaan yang dilakukan difokuskan untuk pembangunan sarana pendukung stadion. Lapangan parkir, akses masuk menuju stadion, tempat penjualan tiket, pemasangan pagar, hingga instalasi lampu menjadi beberapa diantaranya.
Secara fisik stadion itu baru tampak sekitar 70 persen. Meski begitu, keberadaannya mudah dikenali dari jauh. Sayangnya harapan untuk segera melihat bangunan itu rampung masih sebatas merindu. Pembangunannya masih teratih-tatih akibat tidak mendapat cukup kucuran dana.
Biaya yang dibutuhkan sampai mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan tidaklah sedikit. Diperkirakan masih membutuhkan sekitar 600 miliar lagi hingga mencapai penyelesaian tahap terakhir.
Sebenarnya, sudah mulai terbayang angan-angan andai stadion tersebut telah tuntas. Bangunan itu akan menjadi satu-satunya stadion megah di wilayah timur Jawa Barat, khususnya di kawasan Ciayumajakunung (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan).
Harapan selanjutnya tentu saja tidak ingin Stadion Watubelah berakhir terbengkalai, seperti stadion-stadion yang pembangunannya hanya untuk PON semata. Pada tahap itu, menghidupi stadion tersebut dengan penyelenggaraan sepakbola adalah kewajiban.
Memang, klub asal Cirebon sendiri belum bisa berbicara banyak di lapangan hijau. Namun, keberadaan stadion yang representatif di tempat strategis bisa menjadi opsi homebase bagi tim dengan kasta yang lebih tinggi, terutama untuk klub yang kandangnya gagal lolos verifikasi.
Hingga mimpi itu terwujud, warga Cirebon hanya bisa menikmati apa yang saat ini sudah bisa berdiri. Walaupun belum bisa digunakan untuk menggelar perhelatan sepakbola, setidaknya bangunan itu kini sudah bisa diambil manfaatnya.
Cirebon yang sempat menjadi zona merah kala pandemi Corona menghantam beberapa waktu lalu, membuat Stadion Watubelah disulap sementara menjadi pusat penanganan di daerah itu. Bahkan, fungsi dadakan itu masih tetap dijalankan hingga kini.