Mereka yang Kembali Bersinar di Eropa

Sepak bola sejatinya adalah olahraga yang membuat penikmatnya selalu berpikir mengenai hal-hal yang terlibat dalamnya. Secara tak sengaja pun kita selalu mencari tahu apa yang yang membuat kita penasaran dari sepak bola. Salah satunya adalah pemain.

Tentu sulit bagi kita untuk menghafal semua pemain yang tersebar di dunia ini. Hanya mereka yang memiliki popularitas, konsistensi serta eksistensi saja yang tetap diingat oleh para pencinta sepak bola. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang memiliki karir cemerlang dalam semusim lalu tenggelam begitu saja akibat banyak faktor.

Pada musim ini ada beberapa nama yang penulis anggap telah sukses menunjukkan performanya kembali. Padahal mereka sempat dianggap pemain potensial pada masa keemasannya oleh sejumlah media. Namun, pada beberapa musim terakhir bisa dibilang mereka sudah “dilupakan” lantaran mengalami penurunan performa dan sebagainya.

Lalu, siapa saja mereka yang kini kembali bersinar dan memperoleh perhatian di Eropa?

1. Lassana Diarra (Marseille)

diarra

Sungguh menarik jika berbicara mengenai pemain yang satu ini. Lass—panggilan Diarra—sempat diangap sebagai pengganti sepadan Claude Makelele di Real Madrid saat masih membela Portsmouth. Karir Diarra setelahnya tak berjalan mulus. Musim lalu ia pun terdampar di Rusia untuk membela Lokomotiv Moscow. Kita tentu lega karena tak pernah mendengar istilah Diarra Role (menyitir peran Makalele Role yang diperankan oleh Claude Makalele) sampai saat ini.

Namun, penurunan karirnya tak serta merta membuatnya luput dari pengamatan pada musim ini. Bersama Olypmpique Marseille ia sukes menunjukkan tajinya kembali. Whoscored mencatat Diarra menjadi pemain dengan rating terbaik di Marseille sampai pekan ke-10 Ligue 1.

Pemain berpostur 173cm ini sukses mencatatkan 3.9 dribble per game-nya. Rasio tackle-nya pun menyentuh angka tiga setiap pertandingan. Lebih baik dari beberapa gelandang bertahan tenar di Ligue 1 semacam Marco Verratti, Maxime Gonalons dan Jeremy Toulalan. Ia juga sudah menyumbangkan masing-masing satu gol dan satu umpan berbuah gol bagi Les Phoceens.

Berkat performanya itu ia pun kembali dipanggil ke timnas Prancis oleh Laurent Blanc kala menghadapi Armenia dan Denmark. Tapi sayang, performa bagus Diarra belum dapat diimbangi rekan-rekannya yang lain. Marseille kini tercecer di peringkat 16 klasemen Ligue 1.

BACA JUGA:  Diego Alves, Sang Pemegang Rekor Meredam Penalti

2. Heurelho Gomes (Watford)

watford

Heurelho Gomes menjadi salah satu alasan lini belakang Watford sulit dijebol hingga pekan ke-9 Liga Inggris. Jika dikomparasikan, jumlah kemasukkan mereka (10 gol) lebih sedikit daripada juara bertahan Chelsea yang telah kemasukan 17 kali dan sama dengan Liverpool (10 gol).

Mantan kiper Tottenham Hotspur ini sukses membukukan tiga clean sheet sejauh ini. Meskipun sudah berumur 34 tahun, nyatanya ia masih sigap dalam melakukan penyelamatan. Hal ini terbukti dari data yang dilansir oleh Whoscored di mana rasio saves per game-nya sebesar 3.0. Yang lebih mencengangkan ia menjadi kiper yang paling sering melakukan tinjuan menghalau bola (14 kali) di antara kiper di lima liga top Eropa musim ini.

Kebangkitan Gomes pada musim ini tak lepas dari keputusan besarnya yang memilih meninggalkan Spurs awal musim lalu. Kini tinggal menunggu seberapa niat Carlos Dunga memanggil Gomes kembali ke timnas Brasil mengingat performa Jefferson masih belum bisa diharapkan untuk menjadi pilihan utama tim Samba.

3. Hatem Ben Arfa (OGC Nice)

benarfa

Siapa yang tak kenal Hatem Ben Arfa? Pemain yang dulu digadang-gadang bakal menjadi salah satu talenta besar Prancis nyatanya sempat mengalami karir yang jeblok lantaran memiliki perilaku yang buruk sebagai pesepak bola. Selain itu faktor cedera juga menghambat perkembangan karirnya ketika berkiprah bersama Newcastle United. Banyak kalangan menganggap Ben Arfa sudah habis saat itu.

Lalu, pemain yang kerap melakukan solo goal indah ini memutuskan bergabung dengan OGC Nice. Hasilnya pun luar biasa. Tanpa diduga ia sukses mencetak tujuh gol dan satu assist dari sembilan penampilannya bersama Nice. Gol yang ia buat juga bukan gol sembarangan. Golnya ke gawang Caen dan Saint-Etienne bisa jadi bukti betapa indah gol yang ia lesakkan.

Mungkin Prancis memang tempat yang tepat bagi dirinya dalam menjalani karir sepak bola. Home sweet home. Kini pertanyaannya: Bisa konsisten sampai kapan, Ben?

BACA JUGA:  Kegagalan dan Warisan Van Gaal

4. Lorenzo Insigne (Napoli)

insigne

Musim lalu Lorenzo Insigne seolah hilang dari peradaban sepak bola Italia lantaran minim tampil karena cedera. Padahal Insigne merupakan salah satu winger berbakat yang pernah dimiliki Napoli. Meskipun cukup diberi kepercayaan oleh Rafael Benitez tapi ia gagal menunjukkan kontribusi yang besar. Perannya tertutupi oleh Gonzalo Higuain dan Jose Callejon yang lebih mengkilap musim lalu.

Di bawah asuhan Maurizio Sarri musim ini Insigne memiliki gaya aura yang berbeda. Torehan 6 golnya sampai pekan ke-8 sudah melewati rata-rata jumlah golnya di Serie A pada musim-musim sebelumnya. Kemampuan finishing-nya di musim ini juga terlihat sangat berkembang. Jadi, masih berlakukah predikat The Next Maradona bagi Insigne?

5. Nacho Monreal (Arsenal)

monreal

Sejatinya kita sudah mengenal Monreal saat pria asal Spanyol masih berseragam Malaga. Namun semenjak pindah ke Arsenal ia terlihat sulit bersaing untuk meraih satu tempat di sektor fullback kiri.

Tapi, penurunan performa Kieran Gibbs pada musim ini seakan menjadi berkah bagi Monreal. Ia menjadi salah satu pemain The Gunners yang tidak tergantikan sejak pekan pertama Liga Inggris. Sumbangsih dua assistnya juga menjadi bukti jika ia tak hanya memiliki kemampuan dalam bertahan saja.

Di laga terbaru kontra Watford Monreal diberi rating 8.8 oleh Whoscored sekaligus dinobatkan sebagai Man of The Match. Kini, mari kita nantikan apakah Monreal bisa terus konsisten baik di kancah domestik maupun di Liga Champions.

Tentu masih ada nama lain yang bersinar dan layak masuk dalam daftar namun tak sempat penulis sebutkan. Semisal Bafetimbi Gomis (Swansea City), Bruno Soriano (Villareal) atau juga Mathias Ginter (Borussia Dortmund) yang pernah dibahas di sini. Jika anda belum setuju dengan daftar di atas atau punya nama lain yang layak untuk disebut, mengapa tidak mencoba untuk menuliskan nama lain di kolom komentar?

 

Komentar
Mahasiswa jurusan Teknik Informatika. Terlahir sebagai fans Liverpool, berkat dukungan moral sang ayah.