Belajar Bangkit Ala Heurelho Gomes

Premier League sudah memasuki pekan krusial dengan hanya menyisakan gameweek dalam hitungan sebelah tangan saja. Salah satu pertanyaan sepele ini kiranya dapat dilontarkan: siapakah kiper terbaik Premier League sejauh ini?

Ya, banyak parameter bisa digunakan. Salah satunya adalah nilai pemain di Fantasy Premier League (FPL) yang bagi saya cukup fair karena juga menghitung dan memberi ponten alias nilai pada penyelamatan dan memberi nilai lebih pada penyelamatan tendangan penalti.

Jadi siapa kiper dengan nilai tertinggi di FPL? Lupakan nama Petr Cech, Joe Hart, atau David de Gea. Bukan pula dua nama baru gede dalam diri Kasper Schmeichel dan Jack Butland. Dan tentu saja jangan berharap nama Thibaut Courtois, apalagi Simon Mignolet muncul.

Kiper dengan ponten tertinggi di FPL adalah Heurelho Gomes. Iya, ini nggak keliru kok. Ini Heurelho Gomes yang akrab disapa sebagai Gomes. Seseorang yang di masa silam adalah master dalam hal bikin blunder.

Nama Gomes–apalagi di mata penggemar Premier League–sangat erat dengan blunder. Bahkan di YouTube itu ada video The Worst of Heurelho Gomes, yang menampilkan gagalnya Gomes menangkap bola sampai penguasaan bola yang lepas dan berujung pada pelanggaran di kotak penalti oleh Gomes.

Dan kelakuan Gomes bukan main-main, bikin blunder juga bukan sekadar di Liga Inggris. Gomes bahkan juga membuat blunder meskipun sedang mengenakan seragam dengan emblem Liga Champions di lengannya, benar-benar tiada kenal tempat dan waktu.

 

Gol-gol cenderung lucu yang bersarang di gawangnya, membuat Gomes lebih dikenang sebagai olok-olok. Blundernya yang memang tidak sedikit itu juga membuat orang abai pada penyelamatannya yang juga banyak dan tidak kalah gemilang daripada Mignolet sekalipun.

Besar di Brasil dan menjadi profesional seutuhnya di Cruzeiro, Gomes angkat nama di Eropa bersama PSV Eindhoven. Sosoknya yang menjulang dan botak memang memberi perbedaan di atas lapangan.

Kurang lebih 4 tahun di Belanda, Gomes akhirnya diangkut oleh Juande Ramos ke Tottenham Hotspur pada Juni 2008 dengan harga yang tidak bisa dibilang murah untuk ukuran kiper, 7,8 juta poundsterling. Delapan tahun berlalu dengan segala transaksi untuk posisi di bawah gawang, harga beli Gomes masih berada di nomor 30 kiper termahal sepanjang masa.

Harganya sedikit lebih murah daripada saat si kaya raya Paris Saint Germain (PSG) memboyong Kevin Trapp dari Jerman. Bekal sebagai kiper jawara Liga Belanda mungkin menunjang harganya nan mahal itu.

Lantas bagaimana musim pertama Gomes di London? Terbilang tidak buruk. Dalam 3060 menit alias 34 pertandingan, Gomes kebobolan 40 kali dengan 120 penyelamatan sepanjang musim. Tidak terlalu buruk karena memang di musim itu, Spurs agak gonjang-ganjing meski kemudian berhasil menyelesaikan musim di tangga ke-8.

BACA JUGA:  Jamie Vardy yang Ketagihan Mencetak Gol

Dalam jumlah pertandingan yang agak berkurang karena cedera, Gomes terlibat dalam salah satu musim terbaik Spurs sepanjang masa. Pada 2009/2010, Gomes ada di lapangan selama 2715 menit dengan kebobolan 26 gol saja.

Pada musim inilah dia benar-benar unjuk nama, termasuk membuat penyelamatan yang disejajarkan dengan Gordon Banks kala Spurs berhadapan dengan Portsmouth. Persis pada musim ini pula, Gomes menepis dua tendangan penalti dari Darren Bent.

Sederet penampilan gemilang Gomes berhasil menempatkan Spurs di tangga ke-4 dan meloloskan klub London itu ke Liga Champions pertama kalinya.

Sayangnya, musim berikutnya adalah neraka bagi Gomes. Deretan blunder khas Gomes memang muncul di musim 2010/2011. Kartu merah yang diterima Gomes tentunya berkontribusi pada kekalahan Spurs 3-4 dari tuan rumah Inter Milan. Ini adalah pertandingan yang bikin orang kenal dengan Gareth Bale, karena sampai bisa bikin traktor sekelas Javier Zanetti sadar diri kalau sudah uzur. Lha wong diajak balapan melulu.

Gomes juga dikenal karena gagal menangkap tendangan jarak jauh Cristiano Ronaldo dalam pertandingan yang menutup karier Spurs di Liga Champions kala itu. Dan persis ketika musim 2010/2011 berakhir, karier Gomes di Liga Inggris juga ikut berakhir.

Gomes tidak pernah lagi merumput di Liga Inggris dan pada saat kedatangan Hugo Lloris, Gomes pernah terdampar pada posisi kiper ke-4. Ya, dari seorang kiper dengan profil tinggi, Gomes meluncur dengan pasti ke dasar. Sebagai pria kelahiran 1981, Gomes baru berusia 30 tahun ketika semua itu terjadi. Sebuah usia yang seharusnya masih jadi era keemasan seorang kiper.

Uniknya, Gomes juga tidak ke mana-mana. Dia hanya kabur satu kali ke Jerman bersama Hoffenheim untuk merumput dalam 9 pertandingan. Sesudah itu, Gomes kembali lagi ke Spurs yang sudah menyelesaikan polemik kiper utama dengan menahbiskan Hugo Lloris secara paten di bawah mistar.

Medio 2014, pada usia 33 tahun, Gomes menyelesaikan pahit dan manisnya di Tottenham untuk menandatangani kontrak singkat bersama Watford. Bersama The Hornets, Gomes bak lahir kembali.

Tampil dalam 44 pertandingan, Gomes sukses membawa Watford ke Premier League. Patut diingat, dia sudah tiga musim tidak merumput di kasta itu.

Ah, jangankan merumput, duduk di bench saja tidak! Dan sejujurnya dengan penampilan moncer Courtois, posisi kiper utama Arsenal milik Petr Cech, hingga selesainya saga de Gea, saya hakul yakin tidak banyak penggemar Premier League yang ingat pada Gomes.

Yang terjadi berikutnya adalah sepenuhnya milik Gomes. Dalam lima pekan pertama, Gomes hanya kebobolan 4 gol dan clean sheet 3 kali. Sebuah prestasi menarik bagi sebuah tim promosi dan tentunya bagi seorang Gomes yang dikenang orang karena blunder-blundernya,

Hingga 34 pertandingan yang dimainkan Watford, Gomes bermain penuh di 33 pekan. Catatannya? Kebobolan 39 gol. Indeks kebobolan satu koma tentu bukan prestasi sembarangan.

BACA JUGA:  Fernando Redondo: Si Gondrong Berkaki Kidal

Apalagi jika kita kemudian tahu bahwa 11 dari 34 pekan alias sepertiga liga, Gomes berhasil melindungi gawangnya dari kebobolan sama sekali! Angka 11 clean sheet itu adalah yang terbaik dari sesama tim promosi, dan–ehm–tentu saja lebih baik dari Simon Mignolet (10 clean sheet).

Mantan pesakitan itu juga adalah kiper dengan penyelamatan terbanyak di angka 115 hingga pekan ke-34, persis di atas Butland —yang kemudian kesalip Lukasz Fabianski— dan nyaris dua kali lipat Mignolet (61 saves).

Kala dikalahkan oleh Spurs Februari silam, Gomes benar-benar bikin mantannya itu frustasi dengan 8 penyelamatan dalam 1 pertandingan. Angka yang sama juga dibukukan Gomes kala Watford ditekuk Arsenal 4-0. Lha, kalau kipernya bukan Gomes jangan-jangan bisa 8 atau 9 gol yang bersarang manja ke gawang Watford.

Semua pencapaian itu lantas berpuncak pada sesuatu yang dilakukan oleh Gomes 6 tahun silam, menepis dua penalti dalam satu pertandingan dengan cara yang identik.

Kalau dulu Gomes berhadapan dengan Darren Bent, kini dengan Saido Berahino. Dulu Gomes menepis kiri dan kanan, kini juga demikian.

Nama Gomes lantas mengemuka karena dengan dua penyelamatannya semua orang lantas tahu bahwa sesuai kata akun Twitter Premier League “No goalkeeper to have faced 20+ penalties in BPL history has a better save percentage than Gomes (32%)“. Gomes bahkan satu-satunya manusia di sejarah Premier League yang menepis dua penalti dalam dua pertandingan.

Ya, Gomes terbilang berhasil memperkenalkan dirinya kembali ke dunia melalui Premier League. Meski Gomes tidak benar-benar lepas dari blunder –seperti kala Watford dikalahkan Leicester City– namun Gomes mampu bangkit dengan gaya.

Di saat orang-orang mulai lupa setangguh apa seorang Gomes, dia muncul dengan bukti tanpa retorika sama sekali, dan sungguh nyata bahwa semuanya ternyata bisa. Gomes adalah salah satu kunci bertahannya sebuah tim kecil bernama Watford di belantara Liga Inggris nan keji itu.

Oh, sebagai penutup dan sekadar mengingatkan betapa jayanya seorang Gomes, ini ada sebuah kebetulan menarik. Dua hari sebelum menepis dua tendangan penalti Berahino, Gomes me-retweet cuitan akun @psveindhoven yang mengingatkan kita bahwa 11 tahun silam, PSV berhasil sampai ke semifinal Liga Champions setelah mengandaskan Lyon via adu tos-tosan.

Eric Abidal dan Michael Essien adalah dua oknum yang gagal menceploskan bola ke gawang. Dan pastinya kita semua tahu siapa yang dihadapi oleh Abidal dan Essien dalam jarak 12 meter itu.

Seorang pria yang kini baru saja menorehkan sejarah Premier League. Seorang pria yang memberi bukti bahwa bangkit dari keterpurukan itu bukan teori. Dia adalah Gomes.

 

Komentar
Pemiliki blog ariesadhar.com dan pengelola FPL Ngalor Ngidul yang terusir dari striker, terengah-engah kala jadi gelandang, ditipu berulang kali saat jadi bek, lantas nyaman berada di bawah mistar.