Nostalgia Euro 1996 Sebagai Tantangan Bagi Inggris

Di Euro 2016 ini, Inggris menjadi salah satu favorit untuk menjadi juara. Alasannya jelas: performa meyakinkan di kualifikasi Euro dan nama besar negara ini sendiri yang mengklaim diri memiliki liga terbaik dunia. Apalagi dalam beberapa partai persahabatan terakhir, mereka juga tampil cukup baik. Yang salah satunya mengalahkan tim sebesar Jerman.

Namun di luar itu semua, deretan pemain yang mengisi skuat terkini, menjadi yang paling besar pengaruhnya. Dele Alli, Jamie Vardy, dan Harry Kane, tampil begitu menonjol di level klub. Hal ini diharapkan dapat menular di level timnas.

***

Kembali ke 20 tahun yang lalu, Inggris terpilih untuk menjadi tuan rumah ajang Euro. Ini menjadi kesempatan pertama kalinya bagi Inggris menjadi tuan rumah di ajang empat tahunan ini.

Selain itu, ini adalah label tuan rumah kedua Inggris di ajang akbar setelah yang pertama pada tahun 1966 di ajang Piala Dunia, dimana saat itu mereka berhasil menjadi jawara.

Inggris sendiri mengawali laga di putaran final Euro 1996 melawan Swiss. Di partai pertama ini, anak asuhan Terry Venables begitu kesulitan untuk memenangkan pertandingan. Hingga pada akhirnya peluit panjang berbunyi dan skor akhir adalah 1-1 untuk kedua tim. Bukan start yang gemilang bagi tuan rumah.

Namun, pertandingan itu seperti menjadi kunci perjalanan Inggris saat itu. Selepas hasil imbang tersebut, mereka sukses menang atas Skotlandia dengan skor 2-0. Salah satu gol yang dicetak bahkan masih diingat hingga sekarang.

Adalah Paul Gascoigne yang sukses membuat gol lewat tendangan voli indah. Hebatnya, gol ini terjadi setelah beberapa menit sebelumnya David Seaman menyelamatkan gawang Inggris dari tendangan penalti Gary McAllister.

BACA JUGA:  Spanyol dan Usaha Memutus Paceklik Gelar

Di pertandingan terakhir grup, mereka semakin menggila. Belanda dibuat bungkam dengan terjangan empat gol yang hanya mampu dibalas satu gol. Dengan kemenangan ini, Inggris dipastikan lolos ke babak perempat final dan bertemu dengan Spanyol.

Takdir seperti tak berpihak lagi bagi kubu Inggris. Mereka terlena penampilan apik di babak grup. Permainan melawan Spanyol begitu buruk. Banyak yang mengatakan mereka beruntung. Dua gol dari La Furia Roja dianulir oleh wasit. Hingga akhirnya skor 0-0 bertahan.

Akan tetapi, Dewi Fortuna rupanya masih merestui. Pada akhirnya, Inggris lolos lewat adu penalti. Empat algojo mereka sukses mencetak gol. Sementara dua dari empat penendang milik Spanyol, gagal. Keduanya adalah Fernando Hierro dan Migel Angel Nadal. Tak ayal euforia menyelimuti tuan rumah.

Menjejak kaki di semifinal di ajang ini sekaligus mengulang apa yang terjadi saat World Cup 1990. Takdir sama persis semakin nyata tatkala Jerman kembali hadir menjadi lawan mereka. Persis seperti saat di Italia enam tahun sebelumnya.

Didukung penuh ribuan suporternya di Wembley, jelas membuat Inggris bermain begitu bergairah. Alan Shearer sukses membayar dukungan penuh suporter hanya dalam tempo tiga menit. Ia mencetak gol pertama ke gawang Jerman. Namun, di menit ke-16, Stefan Kuntz dari kubu lawan, sukses menyamakan kedudukan.

Disamakan skor, bukan berarti Inggris menyerah. Mereka hampir saja unggul dalam dua kali. Pertama lewat Darren Anderton dan yang kedua lewat Gascoigne. Hanya saja keduanya gagal mengeksekusi peluang dengan baik. Dan pertandingan pun harus berlanjut ke adu penalti.

Di babak ini, lima penendang kedua tim sukses. Dan tibalah Gareth Southgate sebagai penendang keenam Inggris. Sial bagi Inggris, penendang keenam Jerman berhasil, Southgate gagal menguasai diri dan tendangannya dapat dimentahkan kiper Jerman dengan baik.

BACA JUGA:  Persaingan Penyerang Elite di Tanah Inggris

Jerman melangkah ke final dan kemudian menjadi jawara setelah mengandaskan perlawanan Republik Ceko. Sementara Inggris, gagal untuk kali kesekian merengkuh trofi Piala Eropa untuk pertama kalinya.

***

Inggris memang gagal menjadi jawara pada tahun 1996. Namun, jejaknya masih terkenang hingga kini. Meskipun “hanya” sampai semifinal, capaian tersebut belum pernah lagi dicapai timnas setelahnya.

Dengan berlabel sebagai salah satu favorit turnamen, prestasi itu jelas harus menjadi cambuk bagi generasi sekarang. Wayne Rooney dan kawan-kawan harus terlebih dahulu melewati capaian semifinal Euro 1996 sebelum menahbiskan diri menjadi juara.

Selain itu, prestasi tersebut juga menjadi tembok besar yang menghalangi pandangan mata. Mereka harus merusak atau bahkan merobohkannya. Karena, tembok itu adalah salah satu jalan menuju prestasi lebih baik.

Jadi dengan kata lain, Euro 1996 adalah cambuk sekaligus tantangan tersendiri bagi Inggris.

 

Komentar
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS dan sempat magang di Harian Bola.