Suatu siang pada tahun 1978, arena pacuan kuda Belmont Park di New York sangat riuh usai Belmont Stakes dilangsungkan. Puluhan ribu pasang mata menjadi saksi salah satu pacuan kuda paling bersejarah.
Saat itu, kuda bernama Affirmed dengan warna chestnut yang khas berhasil memenangi lomba setelah mengungguli Alydar via jarak satu kepala kuda.
Kemenangan Affirmed di Belmont Park menahbiskan gelar Triple Crown Winner baginya. Titel ini sendiri hanya diberikan kepada kuda yang sanggup memenangi tiga pacuan bergengsi untuk kelas usia tiga tahun, yakni Kentucky Derby, Preakness Stakes, dan Belmont Stakes di tahun yang sama.
Nama Steve Cauthen dan Laz Barrera sebagai joki-pelatih Affirmed ikut melesat berkat prestasi gemilang itu. Akan tetapi, capaian hebat Affirmed sendiri takkan pernah bisa dilepaskan dari rivalitas panasnya dengan Alydar.
Sejak masih berusia dua tahun, duo kuda ini sering terlibat duel sengit di arena pacuan. Keduanya memiliki rekor bertanding sepuluh kali di pacuan yang sama dalam rentang 1977-1978 dengan Affirmed memenangi tujuh di antaranya, termasuk tiga pacuan bergengsi yang telah disebutkan di atas.
Meski kerap dikalahkan, Alydar membuktikan bahwa ialah satu-satunya kuda yang dapat menyaingi kemampuan Affirmed. Hal ini tampak di sepuluh pacuan tatkala keduanya beradu cepat satu lawan satu menuju garis finis tanpa bisa didekati kuda-kuda lain.
Glasgow Hijau dan Biru
Membahas dua kuda pacu membuat saya teringat akan kompetisi Liga Primer Skotlandia yang begitu mahsyur dengan dominasi “dua kuda Glasgow”, Celtic dan Rangers. Dua kesebelasan yang melakoni Old Firm Derby ini secara total punya koleksi 101 trofi juara liga dengan rincian Rangers 54 gelar, sedangkan Celtic 47 titel.
Ada tiga klub yang menguntit perbendaharaan gelar juara Liga Primer Skotlandia kedua tim tersebut, yaitu Aberdeen, Heart of Midlothian, dan Hibernian. Itupun dengan catatan bahwa ketiganya masing-masing cuma mengoleksi empat titel saja!
Anda bahkan harus menelusuri ruang waktu ke tiga dasawarsa yang lalu untuk menemukan jawara Skotlandia selain duo Glasgow tersebut.
Adalah musim 1984/1985 di mana tahta sebagai yang terbaik di Skotlandia berpindah ke penjuru timur, tepatnya di Aberdeen, yang saat itu dinahkodai Sir Alex Ferguson. Setelah itu, trofi juara Liga Primer Skotlandia pun kembali jadi bancakan Glasgow Hijau dan Glasgow Biru.
Hegemoni duo Glasgow ini memang sukar dipatahkan oleh kesebelasan-kesebalasan lain di Skotlandia. Hal ini bahkan sempat memunculkan wacana jika Celtic dan Rangers bakal hijrah ke kompetisi Liga Primer Inggris guna merasakan kompetisi yang lebih ketat.
Status raksasa tak serta merta membuat duo ini lepas dari masalah, terutama tim Glasgow Biru. Prahara terjadi di dalam tubuh klub yang berkandang di Stadion Ibrox ini pada tahun 2012 akibat gunungan utang dan pajak yang membuat kondisi finansial klub amburadul.
Rangers tercatat punya tanggungan kepada pihak lain sebesar 134 juta poundsterling, jumlah yang gemuk dan sulit dilunasi klub. Penjualan bintang dan aset-aset yang dimiliki nyatanya tak sanggup menyelamatkan tim ini.
Alhasil, Rangers pun harus rela dinyatakan bangkrut dan dilikuidasi, plus menerima ganjaran dengan bermain di Scottish League Two (setara divisi empat) pada musim 2012/2013.
Hal tersebut jelas mencoreng nama Rangers yang sebelumnya tak pernah terelegasi dari kasta tertinggi. Lebih jauh, untuk kali pertama sejak 1891, tak ada laga Old Firm Derby di level tertinggi persepakbolaan Skotlandia.
Ketiadaan Rangers yang tertatih-tatih dan harus memulai segala sesuatunya dari nol di kasta bawah, membuat Celtic dengan mudah “memonopoli” Liga Primer Skotlandia dengan memenangi gelar empat musim beruntun dari musim 2012/2013 hingga 2015/2016. Tak ada satu klub pun yang dapat menyaingi kedigdayaan The Bhoys.
Kesebelasan yang bermarkas di Celtic Park atau juga populer juga Parkhead ini selalu finis dengan selisih angka menembus dua digit dengan klub-klub yang bertengger di peringkat kedua klasemen akhir. Musim 2013/2014 menjadi yang paling mencolok saat Celtic menjuarai liga via keunggulan 29 angka dari peringkat kedua, Motherwell.
Dominasi selama lima musim berurutan tentu sebuah pencapaian fantastis. Namun, publik Skotlandia tentu jengah melihat kubu Glasgow Hijau layaknya pasukan perang yang sulit dibendung.
Sampai akhirnya secercah cahaya muncul juga pada musim 2016/2017. Setidaknya, “kesehatan” Liga Primer Skotlandia akan membaik setelah Old Firm Derby dipastikan muncul lagi ketika Rangers memastikan tiket promosi setelah menjuarai Divisi Championship musim kemarin.
Harapan bahwa Rangers dapat membuat kompetisi Liga Primer Skotlandia menjadi lebih semarak menyeruak. Kubu Rangers sendiri sudah menyiratkan keinginan untuk langsung menyasar titel juara walau berstatus sebagai klub promosi. Kubu Glasgow Biru tak ingin buang-buang waktu untuk mengembalikan trah sebagai tim raksasa.
“Bagaimana cara kami menantang mereka (Celtic) tentu bergantung pada seberapa kompetitif kami dalam mengarungi liga. Satu yang pasti, bahwa Rangers takkan puas dengan balik ke kasta teratas namun cuma menyelesaikan kompetisi di peringkat tiga atau empat,” papar Mark Warburton, pelatih Rangers seperti dikutip dari express.co.uk.
Pelatih tim yang pernah menjuarai Piala Winners musim 1971/1972 itu langsung bergerak cepat dengan mendatangkan beberapa penggawa anyar semisal Clint Hill, Lee Hodson, Niko Kranjcar, Jordan Rossitter, Phillippe Senderos dan si bengal, Joey Barton, demi memperkuat tim.
Langkah serupa juga ditempuh Celtic yang merogoh kocek cukup dalam guna mendaratkan Kristoffer Ajer, Moussa Dembele, Kolo Toure, dan Scott Sinclair ke Celtic Park. Tak cukup sampai di situ karena kepergian peramu taktik asal Norwegia, Ronny Deila, langsung disubstitusi dengan si jenius dari Irlandia Utara, Brendan Rodgers.
Tak butuh waktu lama bagi duo Glasgow ini untuk menunjukkan kedigdayaan mereka di Liga Primer Skotlandia musim ini.
Hingga pekan keempat, Rangers mantap berdiri di posisi kedua via delapan angka hasil dari dua kemenangan dan dua kali imbang. Sementara Celtic yang baru memainkan tiga laga, malah berada satu strip di atas sang rival sekota lewat koleksi sembilan poin.
Tanpa bermaksud mengecilkan kontestan Liga Primer Skotlandia yang lain, trofi juara memang bakal mengarah kembali ke Glasgow.
Bedanya, jika lima musim kemarin hanya Glasgow Hijau yang mengangkatnya, kini mereka harus siap menerima tantangan dari sang rival bebuyutan. Lagipula, menunggu pemenang balapan dari dua kuda pacu layaknya Affirmed versus Alydar jelas lebih mengasikkan ketimbang satu kuda pacu yang pasti juara, bukan?
Dan tepat akhir pekan ini (10/9) laga Old Firm Derby yang sudah lama hilang dari kasta teratas bakal kembali berlangsung.
Sang juara bertahan Celtic mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah. Puncak klasemen diperebutkan, sementara gengsi dipertaruhkan. Akan sangat menarik untuk mencermati hasil akhir dari laga paling panas di tanah Skotlandia ini.
Jadi, kubu Old Firm mana pilihanmu? Rangers atau Rodgers, eh Celtic?