Pada Selasa dini hari (14/1), Barcelona secara resmi mendepak Ernesto Valverde dari kursi pelatih. Sebagai pengganti figur berusia 55 tahun tersebut, manajemen Los Cules menunjuk bekas entrenador Real Betis, Quique Setien.
Quique Setién will be the new manager of FC Barcelona. Welcome!
➕ INFO https://t.co/EOP9MSFFJ1 pic.twitter.com/IkhzFGyxHf
— FC Barcelona (@FCBarcelona) January 13, 2020
Bila kamu penggemar Barcelona atau menyukai La Liga Spanyol secara keseluruhan, apa yang terjadi bukanlah hal yang kelewat mengagetkan. Ada segudang alasan mengapa fans Barcelona tidak senang dengan cara main Lionel Messi dan kolega selama ditukangi Valverde. Di sisi lain, rumor tentang ketertarikan Los Cules kepada Setien pun sudah muncul sejak dua tahun silam.
Sederhana memang, kisah ini laksana balada cinta anak manusia. Rasa tak cocok yang makin menggelayuti dada bikin semuanya tak nyaman. Berpisah, jadi satu-satunya cara agar segalanya lebih baik di masa depan. Segala hal yang diambil pasti sudah dipikirkan masak-masak. Termasuk keputusan untuk mencari tambatan hati yang baru.
Seperti yang telah banyak diulas oleh para jurnalis, rekam jejak Setien sebagai pelatih tidak terlalu wah. Kesebelasan yang ditukanginya mayoritas berlabel gurem atau papan tengah. Misalnya saja Racing Santander, Logrones, tim nasional Guinea Khatulistiwa, Las Palmas, dan tentu saja Betis. Wajib diakui bahwa Barcelona adalah pengecualian.
Bahkan kalau harus menilik rapor Setien selama melatih, mungkin dirinyalah sosok paling tak rasional bagi klub sehebat Barcelona. Jika pungguk hanya bisa merindukan bulan, Setien sukses mewujudkan impiannya.
Berdasarkan statistik, rasio kemenangan yang sanggup dipetik Setien bersama tim-tim yang pernah ditanganinya cuma berkisar di angka 37%. Dibandingkan Valverde atau nama-nama lain seperti Luis Enrique, Pep Guardiola, Gerardo Martino maupun Frank Rijkaard, Setien hanyalah butiran debu.
Akan tetapi, Barcelona punya dasar kuat sehingga memilihnya sebagai nakhoda baru di pertengahan musim ini dan berani mengikatnya dengan kontrak sampai musim panas 2022 mendatang.
Walau lebih akrab melatih tim-tim semenjana, tapi Setien punya ide yang jelas soal cara main tim asuhannya. Perkara yang satu ini, pengamat malah menganggap Setien bagai pribadi yang kaku. Menahbiskan diri sebagai pengagum Johan Cruyff, Setien senang melihat para pemainnya memainkan bola secara perlahan dari kaki ke kaki, piawai memanfaatkan ruang dan melakukan permutasi posisi, serta terus menekan lawan.
Poin-poin itulah yang membuat Barcelona mau menjadikan Setien sebagai arsitek barunya. Tak sekadar membawa Messi dan kawan-kawan memetik hasil lebih baik di atas lapangan atau bahkan merengkuh piala, tapi juga menghadirkan identitas permainan yang lebih jelas untuk Los Cules. Sebuah hal yang tak kuasa ditunjukkan Valverde.
Lantas, apakah Setien penganut mazhab permainan cantik guna memetik kemenangan? Sebetulnya tidak juga karena di sejumlah kesempatan, tim-tim asuhan lelaki berumur 58 tahun itu tetap mampu mencuri angka penuh walau performa mereka secara keseluruhan kurang impresif. Satu hal yang pasti, Setien dikenal keras kepala dan akan memperjuangkan segalanya di atas lapangan dengan metode yang ia yakini.
“Sebelum aku menandatangani kontrak dengan Betis, aku mengajukan beberapa pertanyaan. Mengapa kalian menginginkanku? Apakah kalian sudah melihat bagaimana timku bermain? Apakah hal seperti itu juga yang kalian inginkan? Apakah kalian setuju dengan metodeku? Bila tidak, cari saja pelatih yang lain,” terang Setien seperti dikutip dari tbsnews.
Mujur buat Setien, di Barcelona ia punya amunisi berkelas. Jika dahulu ia berkutat dan harus membimbing pemain-pemain semisal Sergio Canales, Javi Garcia, Aissa Mandi, Roque Mesa, dan Jonathan Viera, sekarang ia memiliki Jordi Alba, Sergio Busquets, Antoine Griezmann, Gerard Pique, Luis Suarez, dan tentu saja sang dewa, Messi.
Berkaca dari keadaan tersebut, rasanya tidak sulit bagi Setien untuk menghadirkan identitas maujud dalam permainan Barcelona. Apalagi Setien pernah mengungkapkan kepada The Coaches Voice bahwa sebagai pelatih, dirinya selalu menginginkan titik temu antara cara berpikirnya dan cara berpikir para pemain.
“Penting bagi pelatih dan pemain-pemainnya untuk memiliki kesamaan visi. Tanpa hal ini, segalanya bisa rumit.”
Kariernya sebagai pelatih yang banyak dihabiskan bersama tim-tim kelas bawah atau menengah, bikin Setien tak repot beradu argumen dengan para penggawanya yang kebanyakan menghormati posisinya sebagai entrenador. Namun di Los Cules, situasi demikian belum tentu terjadi.
Salah satu kendala yang acap ditemui pelatih anyar dari sebuah klub raksasa adalah pergolakan ego yang ada di ruang ganti. Dengan status bintang dan bertabur gelar, potensi bahwa Messi dan kawan-kawan merasa lebih hebat dibanding Setien cukup besar. Tak peduli bahwa di beberapa musim pamungkas, ruang ganti Barcelona tergolong adem ayem dari konflik internal. Bagaimana ia mengendalikan ego besar para bintang Barcelona adalah kunci keberlangsungan karier Setien bareng Los Cules.
Sebelum beranjak pada hal-hal taktis, memenangkan hati para pemain adalah tugas pertama yang wajib dibereskan Setien. Bila sanggup melakukan itu, pekerjaannya di Stadion Camp Nou dapat berjalan lebih ringan dan rapornya sebagai pelatih medioker bisa berubah.
Sebaliknya, kegagalan ‘mengakuisisi’ ruang ganti akan memunculkan akibat yang fatal untuk Setien. Alih-alih menyelesaikan kontraknya sebagai pelatih di musim panas 2022 nanti, pria kelahiran Santander itu berpeluang mengulangi nasib nahas Valverde yakni ditendang lebih cepat dari kursi yang didudukinya.