Spanyol datang ke Qatar dengan kepercayaan diri tinggi. Walaupun tanpa sederet pemain bintang seperti Thiago Alcantara, David de Gea, Sergio Ramos dan masih banyak lagi, Enrique tidak merubah targetnya untuk memulangkan trofi Piala Dunia ke Negeri Matador. Lantas apakah skuad Spanyol yang penuh pro dan kontra ini bisa berbicara banyak di gelaran sepakbola terbesar di dunia tahun ini?
Komposisi pemain
Luis Enrique adalah sosok yang berani. Ia memilih pemain yang sesuai dengan apa yang ia butuhkan dalam skema mainnya daripada sekedar bisa perform di klubnya masing-masing. Hal itu membuat banyak penggemar Tim Matador mengerutkan jidatnya dan pesimis Pedri dkk akan bisa berbicara banyak.
Pasalnya La Furia Roja tergabung di grup yang tidak mudah, karena harus bersaing dengan juara Piala Dunia 2014, Jerman, serta raksasa Asia, Jepang, dan kuda hitam Kosta Rika. Dengan skuad yang bisa dibilang minim pengalaman di turnamen besar wajar banyak yang meragukan Spanyol pada gelaran Piala Dunia 2022.
Praktis Busquets, Jordi Alba dan Azpilicueta lah yang menjadi tiga nama paling senior di skuad Enrique. Sisanya rata-rata masih berusia di bawah 30 tahun. Kemudian untuk pemain kunci tampaknya Enrique masih bertumpu pada seorang Pedri Gonzalez yang sudah terbukti kiprahnya baik di Barcelona dan Timnas Spanyol di ajang Euro 2020.
Sistem permainan
Dalam keterangan Enrique bersama ESPN, ia akan berusaha membuat timnya bisa mengontrol dan mendominasi pertandingan serta mampu memproduksi peluang atau gol dibandingkan dengan rival.
Mantan pelatih Barcelona ini tampaknya akan memainkan formasi pakemnya 4-3-3. Dengan dominasi penguasaan bola, build up dari bawah, mencoba bermain false nine dan pressing sangat tinggi.
Sesuai data FBref, Spanyol tidak pernah memiliki penguasaan bola di bawah 60 % dan di Euro tahun lalu, mereka memiliki rata-rata penguasaan bola tertinggi (72,7 %). Spanyol juga tipikal tim yang sabar dalam membangun serangan mereka menggunakan Busquets sebagai point-down pemain lainnya ketika memulai serangan.
Hal menarik dari Spanyol era Enrique adalah tim ini punya kemampuan pressing yang mantap. Di Euro tahun lalu La Furia Roja menjadi tim dengan keberhasilan pressing terbaik (36,6%) dan hanya memberikan lawan kesempatan melakukan operan sebanyak rata-rata 8 kali ketika Spanyol kehilangan bola.
Kelemahan
Spanyol menurut The Athletic mempunyai dua kelemahan utama yaitu kemampuan mencetak gol dan adu penalti. Spanyol tercatat hanya mencetak 15 gol non-penalti dalam kualifikasi Piala Dunia tahun ini, menjadi yang terendah dari tim Eropa mana pun yang berhasil lolos ke Qatar.
Hal itu disebabkan Spanyol tidak punya striker mematikan di depan dan acap kali skema false nine yang Enrique usung tidak berjalan sebagaimana mestinya. La Roja jika buntu justru lebih banyak menyerang dari sisi sayap dan mencoba lebih banyak melakukan umpan silang.
Dari 26 nama yang dibawa, praktis hanya Morata yang merupakan striker murni di tim ini dan punya kemampuan mengancam lewat udara yang baik. Hanya saja menurut The Athletic ia tidak cukup baik dalam mengkonversi umpan silang menjadi sebuah gol. Di ajang Nations League misalnya, Spanyol melakukan 23 umpan silang dan 19 di antaranya berhasil di sundul tapi hanya 2 yang berbuah gol.
Punya kelemahan di bagian ini, alih-alih membawa striker tajam lain ia justru memenuhi lini depannya dengan para winger seperti Dani Olmo, Ansu Fati dan Ferran Torres yang sudah pasti kurang bagus dalam duel udara.
Kemudian Spanyol juga terlihat tidak punya mental yang cukup baik ketika memasuki babak adu penalti. Tercatat sejak Piala Dunia 2018 silam, La Roja telah melakoni 3 kali babak adu penalti dan 2 kali sudah mereka gugur dalam babak ini.
Kans
Melihat peta persaingan di Grup E yang tidak bisa dibilang mudah, Spanyol bisa lolos saja sudah cukup baik. Pasalnya Jerman dan Jepang juga membawa amunisi terbaiknya dan tengah dalam perform yang positif. Ditambah Kosta Rika selalu menjadi kuda hitam yang bisa saja sewaktu-waktu tampil mengejutkan.
Dengan catatan skuad Enrique bisa memperbaiki kemampuannya dalam mencetak gol dan membenahi mentalnya, kans untuk lolos ke fase 16 atau 8 besar bisa mereka raih.