Dalam turnamen pra-musim Piala Menpora yang lalu, langkah Persebaya mesti terhenti di babak delapan besar.
Anak asuh Aji Santoso kalah 2-3 di tangan Persib yang kemudian menjejak final.
Walau rontok lebih cepat, banyak pihak, terutama Bonek, yang mengapresiasi performa The Green Force.
Pasalnya, di turnamen kali ini, mereka mengandalkan skuad lokal yang dihuni sejumlah pemain senior dan banyak dijejali penggawa muda.
Pada babak penyisihan grup, Persebaya tergabung dengan Madura United, Persela, Persik, dan PS Sleman. Tim-tim tersebut punya kekuatan yang cukup teruji.
Namun racikan Aji sukses membawa timnya lolos usai finis sebagai runner up grup di bawah PSS lewat koleksi tujuh angka. Sama dengan milik PSS tetapi Persebaya kalah head to head.
Mereka menang atas Persik lewat comeback fantastis lantaran bermain dengan 10 orang sejak pertengahan babak pertama usai Rizky Ridho dikeluarkan wasit akibat dua kartu kuning.
Pada laga berikutnya melawan Madura United yang bertajuk Derbi Suramadu, The Green Force menang dengan skor 2-1 juga.
Laga ketiga Persebaya di penyisihan grup Piala Menpora mengharuskan mereka berduel dengan Persela.
Sayangnya, di laga ini Rendi Irwan dan kawan-kawan mesti puas dengan hasil seri.
Terakhir, saat jumpa PSS, tim asal Surabaya ini kudu menyerah lewat skor tipis 0-1. Kekalahan inilah yang bikin Persebaya lolos dengan status runner up grup.
Di babak 8 Besar, Persebaya dinanti oleh tim bertabur bintang, Persib. Partai ini sendiri berlangsung cukup ketat sedari sepak mula.
Sang Pangeran Biru membawa pulang kemenangan 3-2 sekaligus mengantongi tiket lolos ke babak selanjutnya.
Sementara Persebaya yang tumbang kudu mengemasi kopernya lebih cepat untuk pulang ke kota asalnya.
Kendati begitu, aksi para pemain muda The Green Force sepanjang turnamen dinilai sangat menjanjikan oleh banyak kalangan.
Pemain-pemain itu sendiri diyakini bisa menjadi tumpuan tim pada masa yang akan datang.
“Jujur saya bangga dengan pemain yang ada. Jadi nanti saat persiapan kompetisi kami tinggal menambahkan pemain asing. Kalau nanti kami dapatkan yang berkualitas, mungkin saya akan bisa berbicara banyak. Saya puas dengan pemain walaupun kami kalah,” kata Aji dalam sebuah wawancara yang dikutip dari Kompas.
Mengutip wawancara Aji dengan Tempo di lain kesempatan, target Persebaya saat bermain di Piala Menpora bukanlah menjadi juara.
Klub yang berdiri tahun 1927 ini lebih suka menempa para pemain mudanya dalam turnamen tersebut.
“Dengan pemain muda kami bisa berbuat banyak. Saat ini ataupun nanti. Yang terpenting adalah saya bisa memberi kesempatan bagi mereka untuk menambah jam terbang”, terang Aji.
Presiden Persebaya, Azrul Ananda, melalui laman blognya mengungkapkan bahwa dalam empat tahun terakhir timnya telah melakukan investasi besar-besaran untuk program pembinaan pemain muda.
Ajang pra-musim kali ini menjadi kesempatan emas untuk menempa pemain-pemain muda tersebut.
“Mereka harus dilempar ke tengah bara api!”, tulisnya.
Azrul merasa bahwa para pemain muda itu akan menjadi fondasi The Green Force untuk empat sampai lima tahun mendatang.
Artinya, Persebaya bakal memiliki banyak opsi untuk meramj kekuatan, memperkuat strategi dan menambal bagian-bagian yang kurang melalui program pembinaan.
Ketika Persebaya finis di peringkat dua Liga 1 musim 2019 lalu, kontribusi para legiun asing seperti David da Silva memang sangat kentara.
Klub dengan kostum kebesaran berwarna hijau ini begitu kompetitif meski sempat terseok-seok di awal.
Manajemen sadar bahwa pemain asing sangat mereka butuhkan dalam kompetisi. Namun hal itu tak bikin Persebaya lupa akan pembinaan pemain muda.
Keinginan untuk memiliki sumber daya pemain yang melimpah dan berupa talenta lokal coba diwujudkan lewat keseriusan menggarap tim muda.
Asyiknya lagi, para pemain belia itu tak mengecewakan saat diturunkan di tim utama. Hal ini terlihat di Piala Menpora.
Para penggawa muda bermain ngeyel layaknya ciri khas Arek Suroboyo.
Dari total 5 pertandingan, 4 laga Persebaya mampu mendominasi permainan dengan penguasaan bola di atas 50%.
Hanya saat menghadapi Madura United saja Rendi dan kolega kalah dalam statistik penguasaan bola.
Menurut data statistik yang dihimpun dari Statoskop, rata-rata akurasi umpan Persebaya dalam setiap pertandingan adalah 83.2%.
Statistik tersebut menunjukkan bahwa talenta lokal yang dimiliki The Green Force tidak kalah kualitas dibanding tim-tim lain yang dihuni gelandang impor.
Khusus pada pertandingan melawan Madura United, Ruang Taktik membuat video analisis yang menyebutkan kunci kemenangan Persebaya adalah keunggulan stamina pemain lokal, set up bertahan yang solid, dan strategi serangan balik yang efektif.
Sayangnya, penguasaan bola yang cukup prima itu tidak diimbangi dengan penyelesaian peluang yang efektif.
Dari enam gol yang mereka bukukan, hanya satu yang berasal dari situasi open play.
Meski begitu, hal ini juga menunjukkan bahwa mereka piawai memanfaatkan situasi bola mati.
Data statistik yang dihimpun Statoskop menunjukkan bahwa rata-rata akurasi tendangan Persebaya pada setiap pertandingan hanya 39,4%.
Samsul Arif dan Rivaldi Bawuo yang diproyeksikan menjadi mesin gol tim tampaknya belum bisa memamerkan keganasannya.
Kerangka tim di Piala Menpora 2021 dibangun dari jebolam Persebaya U-20 yang menjadi kampiun Liga 1 U-20 2019 silam.
Mereka adalah Akbar Firmansyah, Ernando Ari, Kemaluddin, Koko Ari Araya, Rizky Ridho dan Supriadi.
Ditambah satu lagi pemain muda The Green Force yang mencuri perhatian dengan penampilan apiknya, Marselino Ferdinan.
Marselino sendiri merupakan jebolan Persebaya U-16 yang jadi semifinalis Elite Academy Pro (EPA) Liga 1 U-16 2019.
Ajang Piala Menpora lalu menjadi momentum yang sempurna bagi Persebaya untuk membangun tim guna menyongsong Liga 1 musim 2021 dan bahkan musim-musim selanjutnya.
Perpaduan pemain muda yang menjanjikan dengan pemain senior kenyang pengalaman berpotensi membawa mereka jadi kesebelasan pilih tanding. Baik saat ini atau beberapa tahun mendatang.
Salam Satu Nyali, Wani!