Bonek Disaster Response Team: Ada karena Peduli

Tukang rusuh, gemar menjarah, pembuat onar, maling gorengan dan berbagai label negatif lain seringkali dialamatkan publik kepada Bonek, kelompok suporter kesebelasan asal Surabaya, Persebaya. Citra itu pula yang acap dilambungkan media-media nasional. Akibatnya, Bonek menjadi pihak yang dihindari dan ditakuti.

Masyarakat memang punya alasan sehingga punya penilaian seperti itu. Bonek memang salah satu faksi suporter yang dalam sejarahnya sering melakukan aksi negatif. Rasa trauma yang timbul di dalam benak masyarakat atas ulah Bonek inilah yang kemudian memunculkan penolakan atas kedatangan mereka ke suatu daerah.

Andai diizinkan datang dan mendapat pengawalan ketat Polisi, masyarakat yang tinggal di dekat area stadion, utamanya mereka yang berdagang, memilih untuk menutup usahanya sementara waktu guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Akan tetapi, seiring waktu hal tersebut juga kian jarang terjadi. Banyak Bonek yang semakin dewasa dan ingin mengubah stigma yang lama melekat terhadap mereka.

Hal ini terlihat jelas sejak Persebaya kembali berkompetisi di kancah sepakbola nasional pada tahun 2017 lalu usai vakum beberapa tahun lantaran ‘dimatikan‘ oleh sejumlah orang yang duduk dan punya kepentingan di federasi.

Bonek yang dulu kerap bikin onar dan merusuh, kini jadi lebih tertib serta terkoordinasi. Mereka memang tak memiliki struktur organisasi layaknya kelompok suporter lain semisal Brajamusti, The Jak atau Pasoepati, tetapi sanggup bergerak secara rapi, khususnya saat mendukung tim kesayangannya.

Beberapa contoh nyata yang kini telah dibuktikan Bonek adalah tertib dalam membeli tiket kala hadir di stadion buat menyaksikan laga Bajol Ijo.

Berbeda dengan dahulu, di mana banyak sekali Bonek yang memilih untuk masuk ke stadion dengan cara membobol pintu stadion atau memanjat tembok agar tak perlu mengeluarkan uang. Pun demikian ketika bertandang, mereka terkoordinasi untuk bersama-sama membeli tiket pertandingan serta tiket perjalanan sehingga dapat sampai ke kota tujuan.

Ketika datang ke Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), kandang tim saat berlaga, kita bisa menjumpai bahwa Bonek telah sudah terkoordinasi di masing-masing tribun. Apalagi setiap tribun (Tribun Timur, Tribun Kidul (selatan), Green Nord 27 (tribun utara), dan Gate 21) memiliki aturannya masing-masing dalam mendukung Rendi Irwan dan kolega.

Pada setiap tribun tersebut, ada berbagai komunitas yang bernaung. Lebih asyiknya lagi, berbagai kultur yang dianut oleh setiap tribun bermuara pada hal yang sama yakni dukungan penuh untuk Persebaya.

Setiap tribun tersebut juga memiliki divisi dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Contohnya Green Nord 27 yang mempunyai divisi kreatif dan bertugas dalam proses pembuatan koreo, koordinasi lapangan, perkusi, dan perlengkapan. Mereka bahkan memiliki divisi medis serta kemanusiaan.

BACA JUGA:  Menyoal Pilihan Cristiano Ronaldo

Khusus yang disebut terakhir, mungkin terdengar asing bagi kita sebagai seorang suporter. Bahkan cenderung bertanya-tanya apa kegunaan divisi tersebut bagi suporter. Terlebih, sejauh ini belum banyak, atau mungkin belum ada, kelompok suporter di Indonesia yang ambil bagian dalam aspek medis dan kemanusiaan.

Bisa dikatakan, Bonek adalah pelopor dari kemunculan divisi yang satu ini. Pada umumnya, ketika suporter datang ke stadion, tujuan mereka adalah menonton tim kebanggaan berlaga. Namun tidak demikian dengan divisi yang satu ini karena mereka punya misi mulia ketika datang ke stadiona pada laga-laga yang dilakoni Persebaya.

Bonek Disaster Response Team atau disingkat BDRT merupakan sebuah divisi di bawah naungan Green Nord 27.

Kelahiran BDRT didasari oleh keprihatinan melihat banyaknya korban dari pihak suporter saat terjadi kerusuhan di dalam stadion dan tidak dapat ditangani oleh satuan kesehatan yang disiapkan di stadion. BDRT berinisiatif untuk membantu sesama. Namun lingkupnya pun tak sebatas di stadion saja.

Bermula pada tahun 2018 di mana saat itu terjadi gempa bumi serta tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. Green Nord 27 berinisiatif untuk menjalankan misi kemanusiaan dalam membantu para korban yang terdampak bencana. BDRT berangkat secara langsung ke lokasi guna menyalurkan bantuan. Saat Banten dihantam tsunami pada tahun yang sama, BDRT juga mendatangi wilayah terdampak.

Berbagai hal dilakukan oleh BDRT ketika terjun ke lokasi dalam membantu para korban bencana. Seperti membagikan berbagai kebutuhan pokok, obat-obatan, maupun baju layak pakai. Juga menghibur dan memberikan pembelajaran kepada para anak-anak korban.

Seluruh operasional dalam misi kemanusiaan ini berasal dari sumbangan anggota komunitas yang ada di bawah naungan Green Nord 27.

Dalam beberapa kesempatan, BDRT juga memberikan sosialisasi kepada Bonek berupa gerakan “Zero Accident”. Gerakan ini bertujuan menyadarkan para Bonek agar selalu menerapkan keselamatan ketika mendukung Persebaya berlaga, baik saat laga kandang maupun tandang. Gerakan ini lahir atas banyaknya kasus kematian yang dialami Bonek saat melakukan perjalanan demi mendukung Bajol Ijo.

Beberapa pesan yang termuat seperti selalu menggunakan helm saat berkendara, mematuhi peraturan dan rambu lalu lintas, menghindari perilaku nggandol (menaiki kendaraan seperti truk dan lain-lain), dan senantiasa menghargai para pengguna jalan lain saat berkendara.

Di sisi lain, BDRT juga kerap memberikan penyuluhan melalui pelatihan keselamatan seperti Basic Life Support dan pertolongan pertama (Medical First Respons) saat menangani korban. Bekerja sama dengan Tim Search and Rescue (SAR) Surabaya, BDRT berharap dapat meningkatkan kemampuan mereka ketika menangani suporter yang menjadi korban saat terjadi kerusuhan di stadion.

BACA JUGA:  Ihwal Cinta untuk Persebaya dan PSS

BDRT sendiri memegang teguh pedoman “kemanusiaan di atas segalanya” yakni membangun sebuah pola pikir terhadap Bonek untuk senantiasa mengutamakan keselamatan ketika mendukung Persebaya sehingga mereka merasa nyaman ketika datang ke stadion dan masyarakat pun tak merasa terganggu.

Lewat BDRT juga Bonek ingin menciptakan rivalitas yang sehat dengan suporter kesebelasan lawan yaitu tak menghilangkan nyawa sesama suporter sehingga menekan terjadinya kematian akibat sepakbola di tanah air.

Para penggemar sepakbola Indonesia tentu paham bahwa kasus kematian suporter gara-gara rivalitas begitu sering terjadi. Sudah waktunya, hal negatif seperti itu ditanggalkan demi iklim sepakbola yang lebih baik dan sehat.

Sejauh ini, BDRT selalu ada di GBT setiap kali Persebaya berlaga. Mereka mendirikan pos kesehatan di sisi utara tribun stadion. Mereka juga menempatkan beberapa anggotanya di lorong-lorong pintu masuk bagian utara tribun GBT yang siap siaga menangani dan membantu para suporter yang mengalami gangguan kesehatan maupun terlibat insiden selama pertandingan berlangsung.

Terbaru, BRDT berusaha mengumpulkan donasi dari Bonek untuk memiliki sebuah ambulans sendiri. Sebuah misi yang mungkin belum pernah dilakukan oleh para suporter yang ada di Indonesia. Ambulans tersebut rencananya dipergunakan sebagai alat operasional dari BDRT untuk membawa para korban ke rumah sakit.

Mereka melihat bahwa keberadaan ambulans milik petugas kesehatan yang ada di stadion belum efektif untuk menangani para korban atas segala insiden yang terjadi. Ambulans kesehatan yang ada di stadion lebih diutamakan bagi para pemain, ofisial klub atau perangkat pertandingan.

Padahal, suporter sebagai salah satu elemen yang ada di stadion juga punya hak untuk mendapat pertolongan secepatnya ketika terjadi insiden. Dengan memiliki ambulans sendiri, BDRT dapat membantu suporter yang menjadi korban secara cepat.

Keberadaan BDRT menjadi sebuah pembelajaran bagi kita sebagai suporter agar tidak melupakan kemanusiaan dan keselamatan nyawa saat mendukung klub kebanggaan. Pada akhirnya, rivalitas yang sehat dapat diwujudkan tanpa adanya fans yang meregang nyawa di stadion gara-gara bentrokan.

BDRT selalu membuka pintu bagi siapapun yang ingin bergabung bersama mereka. Para pembaca dapat melihat seluruh aktivitas mereka via akun Instagram @bdrt.27. BDRT memiliki slogan “Hal yang lebih penting dari sepakbola adalah kemanusiaan”.

Maka sudah sepatutnya kita menjadi suporter yang cerdas dalam bertindak dan memiliki kepedulian terhadap sesama. Ada banyak hal yang dilahirkan sepakbola, tetapi kebencian bukanlah yang utama. Masih ada sejuta hal positif lain yang sepantasnya didahulukan.

Komentar
Alumnus Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya. Saat ini sedang akan menempuh studi Magister di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dapat dihubungi melalui akun Twitter @macak_congok.