Luka Modrić: Taktis, Kreatif, Visioner

Gol pertama Real Madrid pada laga El Clasico April 2016 merupakan sebuah rangkaian aksi-reaksi yang mampu merangkum Luka Modrić dalam tiga kata: taktis, kreatif, visioner.

Segera setelah menerima umpan Casemiro, Modrić melakukan kombinasi 1-2 yang cepat dengan Toni Kroos dan Karim Benzema. Sebuah sodoran manis kepada Marcelo pada akhirnya bermuara pada gol penyama kedudukan oleh Benzema.

Selain lincah, Modrić juga seorang “pekerja keras” berteknik aduhai. Namun, yang lebih penting, sejatinya, naluri playmaker­-lah yang membuat segala aksi menyerangnya terlihat estetis.

 

Video di atas berisi 2 aksi. Aksi pertama merupakan proses gol Real Madrid ke gawang Barcelona. Aksi kedua merupakan contoh gerakan sederhana yang dapat menjamin lancarnya sirkulasi.

Pada aksi kedua di video tersebut, pressing Deportivo La Coruna berusaha memblok akses langsung ke area tengah. Akibatnya, Pepe memutuskan mengumpan ke Daniel Carvajal, bek kanan Real Madrid.

Struktur blok Deportivo La Coruna bereaksi dengan bergeser secara kolektif ke sisi kiri. Saat itu juga, gelandang kiri Deportivo La Coruna memberikan pressure kepada Carvajal. Pressure yang memaksa Carvajal mengumpan balik kepada Pepe.

Dari Pepe, bola diberikan kepada Modrić. Melihat ini, Faycal Fajr segera memberikan tekanan frontal kepada Modrić, sekaligus menutup akses ke depan. Pressure Fajr sukses “meniadakan” opsi progres “aman”. Modrić mengambil tindakan dengan mengumpan kembali kepada Carvajal (sayap).

Dengan Modrić melepaskan umpan ke sayap, pemain yang mem-press dirinya akan melonggarkan tekanan frontal. Seperti yang bisa Anda lihat, Fajr memutuskan kembali ke pos no. 8 saat Modrić mengirimkan bola kepada Carvajal.

Efek positif selanjutnya, ketika Carvajal mengumpan balik kepada Modrić, ruang gerak pemain Kroasia tersebut menjadi lebih luas, karena Fajr berhasil dijauhkan, yang dimanfaatkan untuk segera melakukan perpindahan ke sisi yang lain.

Tidak berhenti sampai di situ, ketika bola berada di sayap kiri, Modrić, yang tadinya mengisi sayap kanan, pun telah masuk ke area kiri. Perhatikan posisi dari mana ia (lagi-lagi) melakukan perpindahan. Modrić menerima bola di half-space kiri dan melepaskan umpan jarak medium kepada Carvajal yang berada di sisi kanan.

**

Aksi brilian dalam waktu dan ruang yang sempit.

Alarm Modrić mengidentifikasi datangnya bahaya (pressure) dari dua arah. Bagi pemain yang bermain aman, sangat mungkin ia akan melakukan umpan ke belakang.

Tidak dengan Modrić. Visi dan kreativitasnya berkata lain. Ia memutuskan melakukan satu sentuhan kecil yang bukan hanya melepaskannya dari jebakan pressing tetapi sekaligus membuat Los Galacticos tetap mampu berprogres ke area lawan.

Modrić melakukan shoulder-check (menoleh beberapa kali untuk memastikan situasi).

Anda lihat berapa kali Modrić menoleh saat ia berdekatan dengan Cristiano Ronaldo? Anda lihat ke mana ia menoleh? Dengan terus menoleh (dan berpikir), Modrić sedang mengamati ruang, ke mana, serta bagaimana ia akan menggerakan serangan. Ini yang disebut dengan visi.

Dribbling dan Umpan Modrić

Dribbling taktis ditambah daya jelajah, membuat Modrić menjelma menjadi gelandang box-to-box mumpuni. Ia menjemput bola di sepertiga awal atau terlibat dalam pertahanan blok rendah untuk kemudian maju ke depan masuk ke sepertiga akhir.

Begitu mengidentifikasi celah di antara 5 pemain Sevilla, Modrić melakukan dribbling sejauh lebih dari 25 meter yang memaksa Juan Antonio Reyes melanggarnya di dalam kotak 16. Penalti!

Kompilasi

Poin penting dari 2 video di atas adalah aksi-aksi Modrić menghasilkan packing-rate bernilai rata-rata +2 atau lebih (kalau saya tidak salah menginterpretasi). Untuk lebih jelas apa itu packing-rate, bisa Anda pelajari di sini.

Hal lain dari Modrić yang bisa kita pelajari adalah pemahamannya akan ruang. Kesadaran spasial.

Sepakbola adalah tentang ruang, serta bagaimana mengeksplorasinya. Menciptakan ruang itu penting, tetapi bagaimana mengeksplorasinya juga merupakan bagian krusial, terutama, terkait mempertahankan permainan yang berkualitas.

Modrić dan bentuk 3 pemain belakang.

Dalam sebuah build-up, Modrić berinisiatif turun ke half-back kanan. Selain sebagai usaha menyediakan opsi bagi Raphael Varane yang menguasai bola, pergerakannya ini, sekaligus, menjauhkannya dari penjagaan yang dilakukan oleh Neymar.

BACA JUGA:  Vinicius Jadi Sasaran Rasisme Dalam Pertandingan Real Madrid vs Sevilla

Pada menit 23:51, El Barca sukses merebut bola dan segera berprogres. Situasi 3v3 tercipta antara Modrić dan 2 bek versus Andres Iniesta, Luis Suarez, dan Neymar Jr. Ketika Iniesta masuk ke zona 5, Modrić menahan posisinya antara menjaga Neymar serta mengawasi area tengah kotak penalti.

Beruntung bagi Real Madrid, Modrić berada di ruang yang tepat. Kebingungan Sergio Ramos dan Marcelo dimanfaatkan Sergi Roberto untuk masuk ke zona 2. Perhatikan bagiamana Modrić yang mengendus pergerakan Sergi Roberto. Ia segera mengejar dan menutup ruang tembak.

Konektor horisontal dan akses vertikal.

Memanfaatkan half-space di masing-masing sisi, Modrić menempatkan diri sebagai konektor antarkoridor. Dari half-space kiri, ia bergerak ke kanan. Tiba di half-space kanan, Modrić menerima umpan Danilo dan dengan segera menggiring bola ke depan untuk kemudian melepaskan umpan kepada Cristiano Ronaldo. #Mobilitas.

Pentingnya pergerakan tanpa bola.

mengisi-ruang-menciptakn-ruang-1

Modrić mengisi ruang. Modrić menciptakan ruang.
Modrić mengisi ruang. Modrić menciptakan ruang.

 

Sudah? Tunggu dulu, gan.

Luka Modrić bermain dan besar di era modern.  Sebuah era di mana seorang pemain menyerang tidak hanya dinilai berdasarkan kemampuannya mengolah bola, tetapi juga sejauh mana ia cukup cerdas dalam permainan bertahan.

Kita mulai dari fase transisi bertahan.

Transisi bertahan merupakan sebuah fase ketika tim menyerang kehilangan penguasaan bola, sebelum nantinya (bila diperlukan) masuk ke fase bertahan. Saat ini, semakin banyak ditemui tim yang berusaha segera merebut kembali penguasaan sesaat setelah kehilangan bola. Strategi ini kita kenal sebagai gegen(counter)pressing.

Modrić dalam transisi bertahan.

Penjelasan dari video di atas:

Aksi 1. Ronaldo mengontrol bola liar di sisi kanan. Melihat ini, Modrić menggeser posisinya ke half-space kanan berjaga-jaga untuk meng-cover Ronaldo yang dikepung 3 pemain lawan. Perhatikan betapa cepat gerakan Luka Modrić saat ia sukses memblok Gabi Fernandez. Padahal, posisi Gabi lebih dekat ke bola.

Aksi 2. Gerard Pique merebut bola dari kaki Ronaldo. Duo no. 8 Real segera bereaksi. Kroos menempatkan dirinya di depan Pique, sekaligus menutup jalur umpan menuju Dani Alves dan Ivan Rakitic. Modrić sendiri mengambil posisi yang sangat bagus, di mana ia berdiri di belakang Iniesta, Rakiric, dan Dani Alves.

Mengapa bagus? Karena ia segera dapat mengawasi Iniesta, Rakitic, dan Dani Alves dalam jarak yang ideal dari blind area (punggung) ketiganya. Tanpa menyentuh bola, kombinasi pressing Kroos dan Modrić berperan membuat Pique melambungkan bola langsung ke depan kepada Suarez.

Aksi 3. Real kehilangan bola akibat Josuha Guilavogui memotong bola Ronaldo. Saat itu, struktur posisional pemain-pemain Real Madrid membentuk sebuah formasi ideal untuk melakukan gegenpressing.

Modrić masuk ke sepertiga akhir dan mengambil posisi di samping Julian Draxler, pemain Wolfsburg bernomor punggung 10. Pengambilan posisi yang dilakukannya menutup kemungkinan pemain Wolfsburg untuk berprogres lewat tengah (Draxler).

Bila sejak awal Modrić berada terlalu dalam, di sepertiga tengah, misalnya, ada jalur umpan terbuka bagi Wolfsburg untuk berprogres lewat Draxler. Modrić memang tidak menyentuh bola, tetapi positioning-nya menjamin kestabilan transisi bertahan Real Madrid.

Sejatinya, Zinedine Zidane tidak banyak mendayagunakan gegen(counter)pressing dalam transisi bertahannya. Sistem pertahanan terlihat lebih terfokus pada fase bertahan yang dalam pressing-nya, zonal marking Zidane mempraktikkan varian man oriented zonal marking, yaitu zonal marking yang penjagaannya berorientasi pada pemain lawan.

Di final Liga Champions 2016 menghadapi Atletico Madrid, Koke, gelandang kiri Atletico, sering ditemukan masuk ke tengah atau half-space kanan Real Madrid, yang pada default-nya merupakan “wilayah Modrić”. Sehingga, dalam banyak kesempatan, ketika El Real sedang dalam fase bertahan, Modrić-lah yang mengawasi Koke.

Saat Stefan Savic menguasai bola, Koke berinisiatif untuk turun demi menjadi akses vertikal.

BACA JUGA:  Mengenal Daniel Ginczek, Pahlawan Terbaru Stuttgart

Modrić menyadari maksud Koke, ia segera mengikuti gelandang Atletico tersebut dari belakang. Melihat pergerakan Modrić, Savic urung mengumpan kepada Koke. Bek tengah Atletico tersebut mengubah keputusannya dengan melepaskan umpan lateral kepada Felipe Luis di sayap kiri.

Modrić tidak menyentuh bola, tetapi pergerakan tanpa bola dan pengambilan posisinya membatalkan progres serangan lawan.

Salah satu penampilan terbaik Luka Modrić, adalah ketika El Real era Carlo Ancelotti menghancurkan Bayern Munchen di semifinal Liga Champions 2014.

Berperan sebagai hibrida no. 6 dan 8, Modrić bermain luar biasa. Nyaris selalu berada di area yang tepat; transisi perpindahan posisi yang pas; interception, tackling, dan recovery-nya banyak terjadi di area-area krusial.

 

 

Volkan Sen, pemain Turki, menjemput bola di sepertiga tengah. Posisi tubuh Sen yang membelakangi gawang Kroasia dimanfaatkan Modrić. Dari arah punggung lawan, Modrić berlari untuk kemudian memotong bola dan melakukan serangan balik.

Tiga pemain Turki di area tengah yang menghadap ke kanan mengindikasikan ketiganya menduga Modrić akan bergerak atau mengumpan ke sisi kanan. Dengan bahasa tubuh yang menipu, Modrić melepaskan umpan tak terduga ke sisi kiri lawan.

Baru-baru ini, Qo’id Naufal, pelatih masa depan kelahiran Jombang, pernah menyebut Modrić sebagai alien. Bila Anda menganggap opini tersebut berlebihan, ada baiknya Anda mengamati Modrić dalam pertandingan Bayern Munchen 0-4 Real Madrid.

Modrić ergo football

Kelemahan

Dari banyak kelebihan yang dimilikinya, kemampuan memenangi duel udara merupakan salah satu kelemahan alami Modrić. Selain bawaan fisik, kemungkinan besar ia (sangat) tidak berfokus untuk memperbaiki kemampuan di area ini.

 

Kekurangan lain bisa Anda temukan dalam fase bertahan, terutama Real Madrid era Rafael Benitez dan Zidane. Di banyak pertandingan, pengambilan posisi Modrić, yang disebabkan oleh tanggung jawabnya dalam sistem pressing, melemahkan kompaksi pertahanan.

Namun, bila dievaluasi lebih lanjut, mengatakan hal ini merupakan kelemahan individual (semata) menjadi tidak adil bagi Luka Modrić. Kenapa? Karena, kelemahan-kelemahan yang identik tidak akan (sangat minim) untuk dapat Anda temukan di era Don Carlo Ancelotti, misalnya.

Perbedaan antara man orientation zonal marking sebelum dan sesudah (Benitez dan Zidane) era Ancelotti terletak pada tanggung jawab individual. Di era sesudah Don Carlo, unsur man to man marking terlihat memainkan peran lebih besar.

Pada masa Ancelotti, penambahan unsur man to man marking hanya dipakai pada momen-momen spesifik. Ketimbang Benitez dan Zidane, porsi penggunaan posisi sebagai orientasi (position orientation) lebih banyak dipraktikkan Ancelotti.

Dibandingkan man to man marking atau man orientation, position orientation zonal marking lebih mampu meminimalisasi kemungkinan individu terpancing keluar dari posisi seharusnya. Alasannya, tanggung jawab individu untuk melakukan penjagaan yang terpaku pada pemain lawan tertentu lebih kecil.

Untuk sedikit gambaran, berikut beberapa aksi Modrić dalam pressing versi Benitez dan Zidane.

Real Madrid 0-4 Barcelona.
Real Madrid 0-4 Barcelona.

3 detik kemudian…

Contoh lain..

Barcelona 1-2 Real Madrid.

 

Melihat Saul Niguez mengecoh Toni Kroos, Luka Modrić menempel Antoine Griezmann dari arah punggung lawan. Tetapi, pengambilan posisinya malah seakan-akan mampersilakan Saul untuk melaju ke depan.

Posisi Modrić terlalu ke kiri, yang mana di saat bersamaan sudah ada Marcelo serta Kroos di dekat Saul serta Casemiro yang mengokupansi half-space dan sayap kiri.

Penutup

Luka Modrić merupakan pesepak bola lengkap. Taktis, memiliki daya cipta, dan mampu mengidentifikasi opsi-opsi strategis. Selain seorang box-to-box mumpuni, ia juga paham bermain sebagai no. 6 yang berkonsentrasi di sekitar dua lini awal.

Dalam diri Modrić, Anda akan menemukan pemain dengan wawasan pertandingan ciamik, teknik berkelas, dan stamina prima. Sebuah perpaduan yang menjadikannya sebagai salah satu pemain terbaik Real Madrid, Kroasia, dan dunia. SEPANJANG MASA.

Kredit khusus kepada:

Chuki HipHop (BE)  pemilik beat download. Musik instrumental dalam video menggunakan 4 lagu dari link beat download.

 

Komentar