Gegap gempita Piala Dunia U-17 resmi berakhir setelah Nigeria memastikan diri keluar sebagai kampiun usai menggebuk Mali dengan kedudukan akhir 2-0 di laga pamungkas bertajuk All African Final.
Bagi The Golden Eaglets, ini merupakan gelar kelima mereka sepanjang sejarah Piala Dunia U-17. Unggul dua gelar dari pesaing terdekat, Brasil. Negara yang terletak di wilayah Afrika bagian barat ini pun mematri namanya sebagai maharaja di level ini.
Kejuaraan yang dibanjiri bakat-bakat muda nan potensial ini tentunya jadi lahan favorit pengamat sepak bola atau pemandu bakat untuk melihat calon bintang masa depan.
Dan jelang bergulirnya kejuaraan ini, penulis sempat membuat daftar mengenai sepuluh wondekid yang siap mengorbitkan namanya. Meski pada kenyataannya, tak semua nama dapat bersinar di turnamen antarnegara terbesar untuk pemain-pemain junior ini.
Potensi meledak atau melempem dapat menghampiri siapa saja, tak terkecuali pemain muda yang berlaga di Piala Dunia U-17. Kali ini, penulis mencoba untuk menyaring beberapa figur yang top dan flop di kejuaraan yang dihelat di Cile.
Top
1. Victor Osimhen
Nigeria bisa saja gagal mempertahankan supremasi Piala Dunia U-17 yang mereka rebut dua tahun silam di Uni Emirat Arab jika tak memiliki sosok striker segarang Osimhen di lini depan. Menjadi andalan utama pelatih Emmanuel Amunike, kilau Osimhen menjadi yang paling terang di pagelaran kali ini.
Sebiji gol di babak final melengkapi koleksinya menjadi sepuluh buah sekaligus mengesahkan dirinya sebagai peraih sepatu emas alias pencetak gol terbanyak kejuaraan kali ini. Jumlah sepuluh gol ini sendiri merupakan rekor baru yang bisa dibuat oleh seorang top skor di ajang Piala Dunia U-17.
Mengkilapnya performa pemain yang tercatat sebagai punggawa Ultimate Strikers FC ini jelas takkan dilewatkan klub-klub besar Eropa yang siap mencomot dan mengasah bakatnya. Ya, karena bintang baru telah lahir!
2. Kelechi Nwakali
Tetsuya Kuroko versi sepak bola mungkin cukup pas disematkan kepada sosok yang satu ini. Meski peran Nwakali amat sangat sentral, namun kebintangannya kerap tertutupi cahaya terang rekan setimnya, Osimhen. Akan tetapi hal tersebut tak menghalangi Nwakali untuk memberi kontribusi maksimal bagi negaranya.
Pemain yang juga kapten tim nasional Nigeria ini tercatat berhasil mencetak tiga gol dan tiga assists. Tak dapat dipungkiri jika bocah kelahiran 5 Juni 1998 ini merupakan nyawa permainan Nigeria. Gelar Golden Ball alias pemain terbaik adalah bukti nyata perihal kemampuan mumpuni yang dimilikinya.
Pemain yang disebut Amunike sebagai hadiah dari Tuhan ini diyakini akan menjadi salah satu idola dan pemain besar di masa mendatang.
3. Samuel Diarra
Namanya tak sepopuler Luca Zidane atau Constantin Fromann yang sama-sama berposisi sebagai penjaga gawang. Akan tetapi Diarra malah sanggup menunjukkan performa yang lebih baik ketimbang dua nama di atas pada turnamen Piala Dunia U-17 kali ini.
Meski harus kecewa karena kalah di partai final, namun Diarra telah menunjukkan potensi luar biasa di dalam dirinya. Gelar Golden Gloves atau kiper terbaik pun berhak disandangnya berkat 17 penyelamatan krusial yang dibuatnya selama tujuh kali turun ke lapangan menjaga gawang Mali.
Bila berhasil menemukan pelabuhan berikut yang pas, maka tak usah terkejut apabila Diarra bisa berdiri sejajar dengan kiper-kiper asal benua hitam yang mengkilap di Eropa seperti Vincent Enyeama, Bruce Grobbelaar atau Thomas Nkono suatu saat nanti.
4. Johannes Eggestein
Pasca-pensiunnya Miroslav Klose, Jerman seolah belum menemukan figur penyerang kotak penalti nan gahar seperti eks striker Lazio tersebut. Namun secercah asa bagi Jerman muncul di Piala Dunia U-17 kali ini dalam diri Eggestein.
Pemuda jebolan akademi Werder Bremen ini adalah top skor Der Panzer di turnamen kali ini lewat torehan empat gol. Sayangnya Jerman harus angkat koper lebih cepat setelah tumbang di tangan Kroasia di babak perdelapanfinal. Jika tidak, bisa saja Eggestein bersaing ketat dengan Osimhen untuk meraih predikat pemain tersubur.
Mengingat usianya yang masih belia, maka kesempatan untuk berkembang pun terbuka sangat lebar. Jika dalam lima tahun ke depan Eggestein bisa mengenakan kostum timnas senior Jerman bernomor sembilan, maka bersiaplah menyambut kehadiran Klose baru.
5. Diego Cortes
Tampil selama 630 menit buat Meksiko dari tujuh laga menunjukkan betapa pentingnya sosok Cortes di dalam tim asuhan Mario Alberto Arteaga. Bek kanan yang bermain untuk Guadalajara junior ini juga mampu mencetak dua gol di sepanjang turnamen, salah satunya bahkan disebut-sebut sebagai yang terbaik di ajang ini.
Bagaimana tidak, Cortes sukses mengelabui beberapa pemain Nigeria dari tengah lapangan sebelum akhirnya menceploskan bola ke gawang Akpan Udoh saat kedua tim bersua di semifinal. Sialnya di laga itu Meksiko harus mengakui kedigdayaan Nigeria dengan skor 2-4 sehingga gagal menuju partai penentuan.
Selain brilian dalam menginisiasi serangan, Cortes juga andal dalam memperkuat lini pertahanan. Nilai plus lain ditunjukkan Cortes dengan tak sekalipun pernah diacungi kartu oleh wasit.
Flop
1. Ismael Azzaoui
Dirinya digadang-gadang bisa menjadi poros utama permainan Belgia di turnamen kali ini. Namun apa daya, Azzaoui malah tampil jeblok sehingga tersingkir ke bangku cadangan. Sempat diturunkan Bob Browaeys, pelatih Belgia, secara penuh di dua laga pertama, Azzaoui gagal unjuk gigi.
Hal ini kemudian berimbas pada menit bermainnya yang cuma sampai di angka 267 menit. Tak ada gol maupun assist yang berhasil dibukukan pemain Wolfsburg ini. Harapan setinggi langit yang beberapa waktu lalu meninggi, kini seakan jatuh lagi ke bumi. Belgia pada akhirnya sukses finis di tempat ketiga, namun kontribusi Azzaoui patut diperdebatkan.
2. Lee Seung Woo
Banyak media meramalkan bila Seung Woo bisa tampil menggigit di Piala Dunia U-17 tahun ini, terlebih dirinya menunjukkan performa yang cukup baik bersama klubnya saat ini, Barcelona B. Berbagai prediksi dan harapan tersebut pada faktanya menguap tanpa jejak karena Seung Woo gagal menunjukkan potensi besarnya bersama Korea Selatan.
Pemain bernomor punggung sepuluh yang jadi ujung serangan Taeguk Warriors ini tak mampu menyumbangkan sebiji gol pun untuk negaranya. Kegagalannya mengeksekusi penalti kala berjumpa Belgia di fase perdelapanfinal lalu membuat Korsel tak berdaya untuk memberikan perlawanan lebih. Nama Seung Woo pun tenggelam di perhelatan kali ini.
3. Tomas Conechny
Penyerang utama sekaligus kapten tim nasional junior Argentina ini benar-benar tampil buruk. Selalu dijadikan starter oleh sang pelatih, Miguel Angel Lemme, nyatanya tak membuat Conechny bersinar.
Hanya sebuah gol yang bisa digelontorkan kapten timnas kelahiran 30 Maret 1998 ini bagi timnasnya yaitu saat Argentina secara memalukan dibekuk Australia dengan kedudukan 1-2. Gol itu sendiri tidak tercipta melalui permainan terbuka, namun dari titik putih. Apa yang ditunjukkan Argentina dan Conechny di turnamen benar-benar selaras, buruk.
4. Chris Willock
Dalam setiap kejuaraan besar, nama Inggris selalu dipertimbangkan sebagai salah satu tim terbaik yang bisa bersaing memperebutkan gelar juara. Pun begitu dengan timnas U-17 mereka kali ini yang diperkuat sayap milik Arsenal, Chris Willock.
Namun apa lacur, winger gesit berkulit hitam ini tampil bak pedang tumpul. Tusukan-tusukan berbahayanya dari sisi lapangan hilang. Willock kesulitan mengeluarkan kemampuan terbaiknya guna menolong Inggris bertarung lebih lama di Cile. Kubu Tiga Singa muda pun harus angkat kaki lebih cepat karena rontok di babak penyisihan, kalah saing dari Korea Selatan dan Brasil.
5. Sergio Diaz
Pemain belia milik Cerro Porteno ini dianggap sebagai mutiara paling berharga yang dimiliki tim nasional Paraguay di masa depan. Akan tetapi sinarnya malah redup di kejuaraan kali ini. Tak ada gol atau assist yang diberikan Diaz sebagai pengatrol aksinya.
Dirinya seperti sosok yang hilang ditelan bumi. Nama Julio Villalba dan Jorge Morel bahkan lebih mencuat di timnas Paraguay. Jebloknya penampilan Diaz membuat La Albirroja, julukan Paraguay, mesti tersingkir secara mengenaskan di penyisihan grup karena hanya mengumpulkan tiga poin, hasil satu kemenangan dan sepasang kekalahan di tiga partai.
Patut diingat bila penilaian ini hanya berdasarkan penampilan mereka di Piala Dunia U-17 saja. Karena kesempatan mereka untuk terus tumbuh, mengumpulkan pengalaman dan meningkatkan level kemampuan masih amat panjang.
Bisa saja bintang semisal Osimhen justru meredup saat melakoni karier profesionalnya sementara Diaz malah tampil sebagai megabintang klub mapan Eropa di masa depan. Yang pasti, penulis sendiri berharap nama-nama di atas bisa menjadi pemain hebat di masa depan terlepas dari seperti apa penampilan mereka di Piala Dunia U-17 kemarin. Semoga.