Cedera Tendon Achilles dan Penanganannya

Bagi para atlet, cedera merupakan hal yang sangat dihindari selama kariernya. Tak terkecuali cedera tendon achilles.

Pada pagelaran Piala Eropa 2020 kemarin, Italia yang diasuh Roberto Mancini sukses merengkuh trofi. Mereka melaju mulus dari fase grup sampai laga puncak.

Walau demikian, ada satu orang pemain Gli Azzurri yang terpaksa menyudahi aksinya lebih awal di Piala Eropa 2020. Dia adalah bel kiri andalan tim, Leonardo Spinazzola.

Spinazzola merupakan salah satu bintang utama tim yang selalu dipercaya Mancini turun sebagai starter.

Sepanjang gelaran Piala Eropa 2020, Spinazzola memang tampil memikat. Dilansir WhoScored, ia merumput 4 kali selama 380 menit seraya mengukir 1 asis, 2 umpan kunci per laga serta 1,8 giringan sukses per laga.

Bahkan, Spinazzola terpilih dua kali sebagai Star of The Match. Masing-masing saat Italia berjumpa Turki di fase grup dan Austria pada babak 16 besar.

Akan tetapi, Spinazzola dihantam cedera saat membela Italia dalam laga perempat final melawan Belgia.

Di tengah laga, ia menghentikan lari cepatnya. Mancini pun terpaksa menarik keluar Spinazzola.

Usai diperiksa tim medis, Spinazzola mengalami cedera tendon achilles.

Apa Itu Tendon Achilles?

Secara umum, tendon merupakan jaringan ikat yang menghubungkan antara otot dan tulang. Setiap otot mempunyai tendonnya masing-masing.

Begitu pun dengan tendon achilles yang mengubungkan antara otot betis (gastrocnemius dan soleus) dengan tulang tumit (calcaneus).

Secara anatomis, tendon achilles merupakan tendon yang paling panjang dan kuat di antara tendon lainnya di dalam tubuh.

Tendon ini berfungsi sebagai penopang utama tubuh ketika berdiri, berjalan, berlari ataupun melompat.

Terlepas dari kekuatannya, tendon achilles merupakan tendon yang rentan mengalami cedera.

Ada beberapa cedera yang biasanya dialami seperti peradangan, robek hingga putusnya tendon.

BACA JUGA:  Havertz, Thiago, dan Ekspektasi yang Mengikuti

Penyebab Robeknya Tendon Achilles

Robeknya tendon ini biasanya pada 2 ½ inci dari titik ia menempel pada tumit. Sebab robeknya tendon ini bervariasi, biasanya karena intensitas olahraga yang tinggi seperti sepakbola, basket ataupun olahraga lainnya.

Pasalnya jenis-jenis olahraga tersebut menonjolkan aktivitas lari, melompat dan bergerak secara cepat.

Gerakan yang terjadi biasanya terlalu berlebih pada sendi tumit sehingga membuat tendon tersebut terulur secara berlebih.

Hal ini pernah terjadi ketika David Beckham memperkuat AC Milan. Selain itu, gerakan yang mengubah arah dengan cepat seperti berlari sprint juga bisa membuat tendon ini robek. Hal inilah yang membuat Spinazzola cedera pada Piala Eropa 2020 kemarin.

Selain dari faktor tersebut, ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin, kekuatan otot maupun kegemukan.

Gejala dan Tingkatan Cedera

Seperti cedera lainnya, putusnya tendon achilles ini juga mempunyai karakteristiknya sendiri.

Ketika putus, biasa akan muncul bunyi “pop” yang keras, setelah itu akan merasakan rasa sakit yang tajam, penurunan kekuatan otot sehingga sulit untuk berdiri dengan tumpuan kaki tersebut, serta kekakuan pada area pergelangan kaki.

Putusnya tendon ini ada beberapa tingkatan yang dilihat dari celahnya. Tipe I yang artinya tidak putus secara penuh, hanya robekan. Tipe II putus dengan celah 3 sentimeter. Tipe II putus dengan celah 3-6 sentimeter dan tipe IV putus dengan celah lebih dari 6 sentimeter.

Untuk mengetahui jenis cederanya, biasanya seorang fisioterapis akan langsung melakukan pemeriksaan.

Ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan secara langsung di lapangan. Selain itu untuk mengetahui detail lebih lanjutnya bisa melakukan pemeriksaan menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Penanganan Cedera

Penanganan putusnya tendon achilles harus dilakukan di meja operasi untuk menyambungkan kembali tendon yang cedera.

BACA JUGA:  Morata Tak Boleh Diremehkan

Dengan dilakukannya pembedahan tersebut, seorang atlet paling tidak membutuhkan waktu sekitar 6 bulan bahkan lebih sebelum mendapat lampu hijau untuk beraksi kembali.

Proses rehabilitasi pasca cedera putusnya tendon ini juga akan memengaruhi karier atlet tersebut.

Mengutip dari FIFA Medical Network, penelitian yang mengidentifikasi seorang atlet profesional untuk kembali bermain pasca putusnya tendon achilles pada sepakbola, basket dan American Football.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25 persen dari atlet yang mengalami cedera tersebut tidak dapat kembali bermain.

Akan tetapi, untuk sepakbola persentase kembali bermainnya lebih tinggi dari olahraga lainnya, yaitu sebesar 94,9 persen.

Dalam proses rehabilitasi diperlukan program dari fisioterapis untuk meningkatkan kekuatan otot beserta tendonnya.

Selain itu juga diperlukan beberapa latihan seperti stabilitas dan mengembalikan fungsi tubuh sebagaimana mestinya.

Komentar
Fisioterapis yang biasa saja, pegiat Football Manager dan penggila AC Milan yang biasa saja juga, sih. Bisa disapa di akun Twitter @rifqiannafi.