Die Akademie: Kamp “Guru Sepakbola Jerman” dari Jurgen Klopp hingga Thomas Doll

Jurgen Klopp
Jurgen Klopp

Bagaimana Jerman memproduksi banyak pelatih muda hebat? Jawabannya bisa kita temukan di Hennes-Weisweiler Akademie (HWA) atau biasa disebut sebagai Die Akademie. Jurgen Klopp memulai karier kepelatihannya bersama FSV Mainz 05 di usia 34 tahun, Julien Nagelsmann menjadi pelatih Tim U-19 Hoffenheim saat umurnya 25 tahun, dan Thomas Doll menukangi tim cadangan Hamburger SV kala berusia 36 tahun.

Ketiga pelatih tersebut merupakan sampel dari ratusan lulusan berbakat yang telah menjalani masa pendidikan di Die Akademie. Siapapun yang lulus dari 815 jam masa belajar Die Akademie akan mendapat gelar Fußball-Lehrer atau dalam Bahasa Indonesia berarti Guru Sepakbola. Secara lisensi, gelar tersebut setara dengan lisensi UEFA Pro.

Durasi masa belajar di Die Akademie memang lebih gila dari standar masa belajar akademi pelatih lain. UEFA menetapkan standar minimal masa belajar selama 240 jam. Di Inggris, pelatih hanya membutuhkan waktu selama 256 jam agar mereka mendapat lisensi UEFA Pro dari FA.

Setelah melampaui durasi kursus yang jauh di atas standar tersebut, para pelatih di Die Akademie masih harus menjalani magang di klub Bundesliga selama 8 pekan. Tak selesai sampai di situ, mereka juga harus menyusun 15 halaman makalah tentang filosofi sepakbola, mirip dengan yang terjadi di sekolah kepelatihan di Italia, Scuola Allenatori.

Berawal dari proses panjang di kamp kepelatihan Jerman tersebut, kini banyak pelatih asal Jerman mendominasi klub-klub top Eropa. Tiap tahunnya, Die Akademie hanya akan menerima 24 atau 25 orang dari ribuan pendaftar. Yang berhasil masuk pun tak melulu dari latar belakang sepakbola.

Eks pelatih PSV Eindhoven, Roger Schmidt merupakan seorang insinyur teknik di Universitas Paderborn sebelum ia masuk ke DIe Akademie. Begitu pun dengan Domenico Tedesco yang ditunjuk menukangi Schalke pada 2017 lalu, juga seorang lulusan magister manajemen inovasi.

BACA JUGA:  Berlatih Menggunakan Bentuk dan Kompleksitas Sederhana

Dengan keragaman latar belakang tak lantas membuat Die Akademie jauh dari pemahaman sepakbola. Justru, diversitas itu yang menjadi kekuatan karena memunculkan banyak sudut pandang dalam melihat permainan si kulit bulat. Maka dengan itu, para pelatih jebolan Die Akademie tak terpaku pada satu pakem dan melahirkan pemikiran revolusioner di atas lapangan hijau.

Die Akademie didirikan pada 1947. Nama Hennes-Weisweiler Academy diambil dari eks pelatih top Jerman pada masanya, yakni Hans Weisweiler. Kesuksesan Negeri Panzer mencetak pelatih-pelatih tokcer tak serta merta didapat hanya dari Die Akademie. Pasca performa buruk Der Panzer di Piala Eropa 2000, Jerman memaksa perubahan terjadi dalam sistem sepakbola mereka. Salah satunya, dengan memberikan kepercayaan kepada pelatih-pelatih muda.

 

Komentar