El Pichichi: Rafael Moreno Aranzadi yang Abadi

Ferenc Puskas, Raul Gonzalez, Cristiano Ronaldo, Ronaldo Lima, dan Christian Vieri adalah beberapa pemain yang pernah meraih gelar El Pichichi, penghargaan untuk pencetak gol terbanyak di La Liga Spanyol tiap musimnya.

Dari mana istilah El Pichichi berasal?

Istilah “El Pichichi” berasal dari julukan Rafael Moreno Aranzadi, legenda Athletic Bilbao yang tidak banyak dikenal. Tulisan ini akan mengajak Anda berkenalan dengan salah satu striker terbaik yang dimiliki Spanyol.

Nama Rafael Moreno Aranzadi begitu harum di sekitar tahun 1910 dan 1920, ketika ia masih rajin membantu Bilbao membobol gawang lawan.

Meskipun bertubuh kecil, Aranzadi adalah salah satu penyerang mematikan yang pernah dimiliki Spanyol. Lantaran bertubuh kecil, pemain berambut klimis ini mendapat julukan “bebek kecil”, yang dalam Bahasa Spanyol disebut pichichi.

Karier Aranzadi yang hanya berjalan sekitar 10 tahun berakhir tragis. Ia tutup usia ketika menginjak 30 tahun. Namun, meski hanya satu dekade, Pichichi mampu menjadi salah satu pesepak bola hebat yang dimiliki Spanyol dan menjadi legenda Athletic Bilbao.

Latar belakang keluarga

Aranzadi berasal dari keluarga yang berpendidikan. Ayah dari pria yang lahir pada 23 Mei 1892 di Bilbao ini adalah walikota Bilbao. Selain ayah yang terkenal, Aranzadi juga mempunyai paman yang cukup tersohor di Basque, yaitu Miguel de Unamuno, seorang penulis dan pemikir.

Meskipun mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai, Aranzadi tidak menunjukkan minat untuk mengikuti jejak ayah dan pamannya. Sepakbola berhasil menyedot semua perhatian Aranzadi sejak masih belia.

Perawakannya yang kecil menjadi tembok pertama yang harus dilewati Aranzadi mengingat saat itu, sepakbola masih sangat mengandalkan fisik. Aranzadi mampu melompatinya dan bergabung dengan klub impiannya, Athletic Bilbao, pada 1911 saat berusia 19 tahun.

Sepak terjang bersama Athletic Bilbao

Di sinilah kali pertama Aranzadi mendapatkan julukan “Pichichi”. Dengan tinggi hanya 154 cm, Aranzadi menjadi yang terpendek di antara para pemain lainnya. Pichichi menunjukkan kemampuannya di panggung yang tepat, yaitu final Copa del Rey 1913, saat dirinya menginjak usia 21.

Sebelum La Liga dibentuk pada 1929, Copa del Rey adalah turnamen sepakbola nasional paling bergengsi di Spanyol.

Sebelum laga final, Pichichi mencetak dua gol pada kemenangan tiga gol tanpa balas Bilbao atas Madrid FC (saat ini menjadi Real Madrid) di semifinal. Dia kembali mencetak gol di laga final melawan Racing de Irun (Real Union).

Pertandingan final sendiri berakhir imbang 2-2 dan memaksa diadakannya pertandingan ulang. Sayang, Bilbao harus kalah di pertandingan ulangan dengan skor 1-0, yang berarti Pichichi gagal mencetak gol.

Pada 21 Agustus 1913, Bilbao mengundang Real Union untuk bertanding di stadion baru mereka, San Memes. Pertandingan berakhir seri 1-1, dan Pichichi menjadi pencetak gol pertama Bilbao di San Memes. Rumah baru ini menjadi saksi awal era baru bagi Bilbao, menjadi penguasa di sepakbola Spanyol.

BACA JUGA:  Apakah Semua Ini Sudah Usai Klose?

Pada Copa del Rey 1914, San Memes menunjukkan tuahnya di pertandingan semifinal leg pertama. Real Vigo dibantai 11 gol tanpa balas, dengan Aranzadi mampu mencetak empat gol. Bilbao berhasil melangkah ke partai final keduanya secara berturut-turut dengan agregat kemenangan 14-3.

Kali ini, Bilbao berhasil mengalahkan Espana FC di laga puncak dengan skor 2-1, namun Pichichi gagal mencetak gol. Keberhasilan ini berlanjut pada 1915 dan 1916, dan membuat klub kebanggaan Basque tersebut berhasil menjuarai tiga edisi Copa del Rey secara beruntun.

Pichichi berhasil menunjukkan penampilan terbaiknya pada final Copa del Rey 1915. Melawan Espanyol, Pichichi berhasil mencetak tiga gol dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 5-0. Selain itu, dominasi Bilbao ditunjukkan dengan memenangi Northern Championships, juga tiga kali secara berturut-turut berbarengan dengan Copa del Rey.

Lalu, dua gelar Vizcayan Championship (1920 dan 1921) semakin mengukuhkan Bilbao sebagai klub besar Spanyol pada waktu itu.

Profil Pichichi sebagai ujung tombak

Pichichi dikenal sebagai pemain yang sedikit egois. Tetapi, hal ini dapat dimaklumi lantaran ia berposisi sebagai ujung tombak. Namun, profesionalisme Aranzadi tidak pernah diragukan.

Soal fisiknya, Pichichi berusaha “menutupinya” dengan berlatih keras. Hasilnya, Aranzadi mempunyai senjata utama dalam hal kebugaran. Hal ini menunjang atribut lain, mulai dari kemampuan menggiring, menembak, hingga kemampuan menahan bola. Selain itu, kecepatan lari menjadikannya penyerang yang komplet.

Meski bertubuh pendek, Aranzadi sesekali mampu memenangi duel udara dan mencetak gol melalui sundulan. Ini menjelaskan ciri khas Pichichi yang mengenakan penutup kepala berwarna putih. Ciri ini membuatnya begitu mudah dikenali. Alasan Pichichi mengenakan penutup kepala adalah untuk melindungi kepalanya dari jahitan bola.

Berkat kemampuannya ini, dikutip dari buku La Roja: How Soccer Conquered Spain and How Spanish Soccer Conquered the World, jurnalis lokal menjuluki Aranzadi dengan nama el Rey Del Shoot, Raja Penyerang.

Bermain sepakbola dari 1911 hingga 1921, Pichichi hanya mencatatkan lima penampilan bersama tim nasional Spanyol. Dapat dimaklumi, pada tahun tersebut, pertandingan internasional masih sangat sedikit.

Tim nasional dan beberapa catatan

Debut bersama timnas dilakoni Pichichi pada Olimpiade Antwerp 1920 melawan Denmark. Olimpiade ini diadakan untuk menghormati penduduk Antwerp setelah penderitaan akibat Perang Dunia I.

Pada turnamen internasional pertama dan terakhir yang diikutinya bersama Spanyol, Aranzadi mampu membawa negaranya meraih medali perak. Dari lima kali penampilan, Pichichi mampu mencetak satu gol.

Satu tahun kemudian, Copa del Rey 1921 menjadi turnamen terkahir Aranzadi sebagai pemain. Setelah mendominasi Copa del Rey tahun 1914, 1915, 1916, dan 1921, Los Leones belum berhasil mengangkat trofi tersebut pada empat edisi selanjutnya

BACA JUGA:  Ego Messi, Sumber Keterpurukan Barcelona

Pada musim terakhirnya berseragam Bilbao, Aranzadi berhasil kembali membawa piala tersebut ke Basque. Walaupun dikalahkan Sevilla di semifinal, Los Leones dinyatakan berhak untuk bertanding di final setelah Sevilla didiskualifikasi karena menggunakan pemain yang tidak terdaftar.

Bermain di Stadion San Memes, Bilbao berhasil mengalahkan Atletico Madrid di laga final dengan skor 4-1.

Di tengah kemeriahan perayaan juara, Aranzadi memutuskan gantung sepatu. Setelah kritik atas sikap individual semakin besar dan merasa bahwa level permainannya sudah menurun, legenda Bilbao ini memutuskan pensiun di usia 29 tahun.

Kecintaan Aranzadi kepada sepakbola membuatnya memilih melanjutkan karier sebagai wasit. Dan, debut pertamanya sebagai wasit dilakukan di stadion yang sangat dicintainya, San Memes!

Kurang dari satu tahun setelah memenangi Copa del Rey 1921, ia memutuskan gantung sepatu, dan tiga bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-30, Pichichi harus meninggalkan dunia sepakbola selamanya.

Pichichi meninggal pada 1 Maret 1922 akibat serangan tifus yang diperkirakan karena memakan kerang yang tidak higienis. Berita kematian ini menyebar dengan cepat dan meninggalkan kesedihan di setiap penjuru Basque.

Jika sebelumnya Pichichi berhasil membawa kegembiraan dan air mata kebahagiaan untuk masyarakat Basque melalui gol-golnya, kali ini, dirinya membuat penduduk Basque berkabung dan meneteskan air mata kesedihan.

Pelukis terkenal Basque, Aurelio Arteta, membuat lukisan untuk menghormati idola Bilbao ini. Lukisan tersebut diberi judul Idilio en los Campos de Sport (Idol on the Fields of Sport). Karya ini menjadi salah satu lukisan terkenal karya Arteta.

Dibuat sesaat sebelum Pichichi pensiun, lukisan ini menggambarkan seorang pria yang sedang mengenakan seragam kebanggaan Bilbao, bersandar di pagar saat berpacaran dengan seorang wanita cantik – dimodelkan oleh istri Aranzadi, dengan latar belakang pedesaan Basque. Lukisan ini mencerminkan sisi romantis Aranzadi.

Pada tahun 1926, untuk menghormati dan mengenang jasa Pichichi, dibuatlah patung dirinya oleh Quintin de Torre dan ditempatkan di San Memes.

Selanjutnya, pada 1953, Marca, harian olahraga terkenal Spanyol membuat Trofeo Pichichi (Trofi Pichichi) untuk menghormati Aranzadi. Penghargaan ini diberikan setiap tahun kepada pencetak gol terbanyak di La Liga dan Segunda Division.

Penerima pertama dari trofi ini, yang sekarang lebih dikenal dengan nama “El Pichichi”, adalah legenda Athletic Bilbao lainnya, Telmo Zarrra.

Berbekal kemampuan sebagai penyerang yang komplet, dibalut kisah loyalitas dan kecintaan yang otentik, Athletic Bilbao memiliki legenda sejati dalam diri Aranzadi. Walaupun jalan hidupnya terlalu pendek, tetapi namanya akan abadi dalam trofi bergengsi, El Pichichi.

Rafael Moreno Aranzadi, hidup abadi dalam trofi El Pichichi.

Komentar
Mendampingi Coach Seto Nurdiyantoro juara Liga 2 musim 2018 dan promosi ke Liga 1. Terbang ke Barito Putera hingga akhir musim 2020. Kini menemani Elite Pro Academy PSS musim 2020. Bisa dihubungi melalui akun @DaniBRayoga.