Empat Fase Menjadi Fans Sepakbola

Di planet Bumi, sepakbola merupakan cabang olahraga yang paling populer. Sekurangnya ada 3,5 milyar orang yang tergila-gila akan sepakbola. Silakan tengok betapa riuhnya fans Barcelona atau Liverpool saban kali klub kesayangannya mentas di kandang sendiri. Pun begitu dengan suporter tim-tim asal Indonesia semisal Persib, Persija atau Persebaya.

Sepakbola layaknya candu bagi mayoritas orang, baik laki-laki atau perempuan. Walau tak selalu membahagiakan, tapi tanpa sepakbola, seolah ada energi besar yang hilang. Tak percaya? Tanyakan bagaimana perasaan fans sepakbola nyaris di seluruh dunia melihat banyak kompetisi sepakbola level wahid yang dihentikan karena sebaran virus Corona?

Satu hal yang pasti, menjadi fans sepakbola bukannya tanpa proses. Ada banyak fase dan cerita yang kemudian membentuk kecintaan dan karakter insan penggemar sepakbola sehingga mereka bisa mencintai kesebelasan atau pemain tertentu. Di bawah ini, saya akan jelaskan fase-fase tersebut:

1) Fase Anak-Anak (Usia 5-7 tahun)

Pada fase ini seorang anak tidak langsung menjadi fans sebuah klub tertentu. Ada banyak permulaan sehingga ia tertarik dan lantas menyukai sepakbola. Misalnya saja perkenalan dengan sebuah tim karena ajakan atau dorongan orang tua. Terlepas dari segala macam doktrin yang biasanya dituturkan orang tua, khususnya Ayah, dari situlah mereka menilai apakah tim tersebut memang sesuai dengan selera mereka atau tidak.

Andai tak selera, mereka akan terus mencari tim mana yang bakal didukung dan apa alasan mendukung tim tersebut. Namun jangan kaget bila pilihan anak-anak akan jatuh kepada tim yang sering menang dan dominan.

2) Fase Menuju Remaja (Usia 8-13 tahun)

Jika di fase sebelumnya fans sepakbola masih sering terombang-ambing perihal klub idola, semuanya akan terganti saat kedewasaan mereka cukup.

BACA JUGA:  Persepsi Publik terhadap Fanatisme Suporter Indonesia

Pada fase ini seseorang akan mulai menetapkan pilihan pada satu klub dan mulai berikrar setia. Perasaan cinta yang hadir acap ditemani oleh rasa ingin tahu lebih banyak mengenai klub tersebut, utamanya sejarah masa silam, mulai dari tahun berdirinya klub, filosofi pendirian klub, prestasi dan legenda yang pernah bermain di sana.

Kendati demikian, di fase ini pula seseorang dapat mengganti klub kesayangannya hanya karena sesuatu yang sifatnya absurd. Misalnya saja karena pemain idola hengkang ke klub lain seperti yang terjadi pada fans Manchester United saat megabintang asal Portugal, Cristiano Ronaldo, merapat ke Real Madrid.

3) Fase Remaja (14-18 tahun)

Pada fase ini, seseorang akan mulai mencintai klub kesayangannya secara lebih dalam, bahkan fanatik karena dalam pikirannya, tidak ada klub lain yang lebih baik dibanding klub kesayangannya. Hal ini tidak melulu tentang gelar yang didapat sebuah klub atau semacamnya, tapi karena rasa mencintai dan nyaman memang sudah tumbuh subur di dalam dada.

Di momen ini juga, seseorang mulai gemar meledek tim lain atau membela klub kesayangannya mati-matian saat kalah. Pun ketika meraih trofi juara. Keadaan itu pula yang kemudian memantik perkelahian. Tak ada hal yang lebih menonjol dibanding ego sendiri. Mungkin, label fans kardus yang dipopulerkan salah seorang pengamat sepakbola Indonesia, Justinus Lhaksana, merujuk pada mereka yang ada di rentang usia ini.

4) Fase Mulai Dewasa (19-25 tahun)

Umumnya, di fase ini seseorang makin sibuk dengan hidupnya. Baik diakibatkan oleh pendidikan atau karier. Intensitas menonton sepakbola agak sedikit menurun walau keinginan untuk mengikuti perkembangan tim kesayangan masih amat tinggi.

Sebagai akibat dari hal tersebut, fans sepakbola mulai rajin membaca sehingga menambah pengetahuan mereka. Mulai dari sejarah, tata kelola, analisis taktik hingga berbagai literatur lain mengenai tim kesayangan atau sepakbola pada umumnya. Hal ini sendiri membuat ego yang dahulunya meledak-ledak, mulai terkikis sehingga objektivitas dalam menilai sesuatu makin meningkat.

BACA JUGA:  Menjadi Milanisti dengan Jersey Biru-Hitam

Para fans mulai mengerti bahwa siklus di dunia sepakbola itu ada. Di satu waktu, timnya akan bermain baik. Namun di waktu yang lain justru terpuruk. Mereka akan mencari tahu lebih jauh kenapa hal itu dapat terjadi. Walau demikian, perasaan cinta dan setia yang kadung tertanam membuat mereka enggan mengganti klub kesayangan. Fanatisme yang ada pun tak seekstrem dahulu.

Mungkin, ada perbedaan yang muncul dari setiap orang terkait fase-fase menjadi fans sepakbola. Khususnya mengenai rasa cinta, fanatisme dan kedewasaannya. Namun yang pasti, selalu ada proses yang terjadi dan membentuk karakter seseorang di jenjang usia tertentu dan umumnya, pada empat fase usia itulah kita semakin tahu bagaimana diri kita sebagai fans sepakbola.

Komentar