Penyerang muda Manchester United, Anthony Martial jelas jadi pusat perhatian pada pertandingan lanjutan English Premier League Minggu (20/9) malam lalu. Pemuda Prancis tersebut mencetak dua gol sekaligus membuat United berbalik unggul di St.Mary Stadium, kandang Southampton.
Dalam pertandingan yang berkesudahan 3-2 bagi kemenangan Manchester United tersebut, bukan hanya Martial saja yang unjuk gigi. Tetapi dari kubu tuan rumah ada pemain lain yang bermain mengesankan meskipun timnya harus menelan kekalahan. Sebuah berlian mentah yang siap berkilau dalam beberapa tahun ke depan.
Berbeda dengan Spanyol yang terkenal sebagai produsen gelandang tengah. Inggris sendiri memiliki jaminan mutu ketika memproduksi gelandang di posisi melebar, entah itu wide-mildfielder atau winger. Mulai dari generasi Duncan Edwards hingga generasi termutakhir yang berisikan duo Alex Oxlade-Chamberlain dan Raheem Sterling.
Dan saat ini Inggris kembali mendapatkan stok teranyar di posisi yang pada era klasik beken dengan nama wing-half ini. Dia adalah pemain muda Southampton yang disebut-sebut memiliki banyak kemiripan dengan legenda sepak bola Inggris David Beckham, James Ward-Prowse.
Dalam pertandingan minggu lalu, pada proses gol pertama Southampton yang dicetak penyerang jangkung asal Italia, Grazianno Pelle, sebelum terjadi screamage di muka gawang United, Terlihat sebuah fenomena yang biasa kita lihat ketika David Beckham masih aktif bermain yaitu sebuah umpan silang terukur dari posisi yang agak jauh dari daerah pertahanan lawan, sebuah Early Cross.
Hal ini bukan menjadi sesuatu tak lazim yang dilakukan oleh pemuda kelahiran Portsmouth, New Hampshire, sebuah daerah pelabuhan di pantai selatan Inggris 21 tahun lalu tersebut. Sejak musim terakhir Pochettino menangani Southampton, dan dilanjutkan oleh Ronald Koeman, gelandang yang akrab dipanggil Prowsie ini cukup sering posisinya digeser dari gelandang tengah ke gelandang kanan. Awalnya hal ini dimaksudkan agar gelandang Sadio Mane bisa lebih leluasa meneror jantung pertahanan lawan, akan tetapi justru karena peran Prowsie inilah yang membuat Southampton menjadi sulit untuk ditangani dengan mudah oleh lini pertahanan lawan, para pemain belakang akan sibuk menguntit pergerakan Mane, di sisi lain Prowsie yang sudah berada di posisi melebar siap bersiap memberikan umpan matang ke kotak penalti lawan. Sebuah peran yang hampir mirip terjadi di sepak bolan nasional saat gelandang Persib Bandung, Tantan bertukar tempat dengan Makan Konate yang berada di posisi tengah.
Selain kehandalan umpan silang, Ward-Prowse memliki kemampuan lain yang membuatnya benar benar disamakan dengan Beckham. Sama seperti mantan kapten tim nasional Inggris tersebut, Ward-Prowse juga merupakan spesialis bola mati, baik tendangan bebas atau pun tendangan penjuru.
Kemampuannya mengeksekusi bola mati ini sendiri lebih sering ditujukannya kala berseragam tim nasional Inggris U-21, tiga dari empat gol yang dicetak Ward-Prowse berasal dari tendangan bebas. Bahkan gol sepakan bebasnya ke gawang Brasil pada Touloun Tournamen 2014, dinobatkan sebagai gol terbaik sepanjang kejuaraan. Sebiji gol yang dicetaknya di level U-20 pun melalui sepakan bebas.
Catatan tersebut memang tidak menular di klubnya Southampton, hal ini disebabkan karena dirinya harus bersaing dengan pemain lain yang sudah lebih matang seperti Sadio Mane, Dusan Tadic, dan Steven Davies. Walaupun dalam beberapa kesempatan dirinya diberi kepercayaan untuk mengeksekusi bola mati. Satu-satunya gol yang dicetak Ward-Prowse untuk Southampton adalah melalui tendangan penalti saat berhadapan dengan Hull City musim lalu.
Sang pemain sendiri menyatakan kalau dirinya sering kali mempelajari kemampuan spesial pendahulunya tersebut melalui Youtube.
“Saya mencoba mengikuti jejak langkahnya, karena level (Beckham) adalah yang ingin saya capai, akurasi sepakan saya sendiri tidak terlalu buruk dari 10 percobaan, kira kira enam di antaranya bisa menemui sasaran.”
“Saya selalu memperhatikan gol-gol (tendangan bebas) Beckham dari Youtube, ada beberapa teknik miliknya yang saya ingin implementasikan, saya juga berpikir bahwa dia adalah Top Role Model saya.”
“Saya memang belum pernah bertemu dengannya, tapi saya akan sangat senang mendapat masukan darinya, dia sangat fantastis,” begitulah pernyataan Ward-Prowse, seperti yang dilansir dailymail.co.uk.
Bukan hanya dari segi teknik, ada kesamaan lain di antara keduanya yaitu, sama-sama pernah atau menjadi kapten tim nasional Inggris. Meskipun saat ini Ward-Prowse baru menjabat sebagai kapten tim di level U-21. Bukan tidak mungkin ke depannya Prowsie akan memimpin The The Three Lions – Julukan tim nasional Inggris.
Banyak pengamat sepak bola modern menyebutkan bahwa posisi ideal Beckham adalah Deep-Lying Playmaker, karena kemampuannya dalam mengirim umpan. Karena kemampuan inilah pelatih Sir Alex Ferguson menempatkannya di sisi lapangan, meskipun Sir Alex sangat mengetahui bahwa Beckham bukanlah pelari kilat atau pemain yang gemar meliuk-liuk mengiris pertahanan lawan. Di posisi yang mulai mengemuka pasca-Piala Dunia 2006 tersebut inilah di mana Prowsie pertama kali bermain.
Kans bermain Ward-Prowse di Southampton jelas terbuka lebar, dirinya dirasa lebih segar dan dinamis dibanding Steven Davies atau Oriol Romeu untuk bersanding dengan Viktor Wanyama di lini tengah The Saints. Yang membuat dirinya tergeser adalah apabila manajemen tim memutuskan untuk menambah pemain baru di posisi gelandang. Namun berhubung dirinya memiliki status home-grown player, maka dirinya akan terus bermain di St.Mary untuk waktu yang cukup panjang, kecuali ada tawaran dari klub yang lebih besar datang.
Namun peluang bermain untuk tim nasional Inggris tidak semudah keadaanya di Southampton. Di posisi gelandang tengah dirinya harus bersaing dengan nama-nama yang lebih senior seperti James Milner, Michael Carrick dan Jordan Henderson, atau sesama gelandang muda seperti Loftus-Check dan Will Hughes. Di posisi yang lebih melebar mungkin bisa jadi peluang besar, meskipun dirinya harus bersaing dengan Alex-Oxlade Chamberlain yang notabene satu angkatan dengan dirinya di akademi Southampton.
Prowse jelas merupakan aset berharga sepak bola Inggris secara umum, bahkan pelatih Roy Hodghson beberapa kali menyatakan niatnya memanggil pemain bertinggi badan 173cm ini ke tim senior Inggris. Harapan besarnya adalah semoga Prowsie tidak bernasib sama seperti para pendahulunya, lebih sibuk di ruang operasi atau tidak berhasil memenuhi ekspektasi, overpriced dan layu sebelum berkembang adalah fenomenan wajar yang biasanya terjadi kepada bakat-bakat Inggris.