“Bro, nomor sepuluh jawabannya apa?”
“Entahlah…”
“Bro, kantin yok!”
“Gasssss”.
Dialog di atas merupakan contoh sederhana komunikasi interpersonal manusia di sekolah.
Manusia-manusia muda bergelar siswa yang akrab dengan tugas, cita, cinta, dan sebagainya. Bagaimanapun, setiap siswa pasti memiliki kegemaran tersendiri.
Mereka yang mulia pastinya gemar mengejar beasiswa. Selain yang mulia, tentu ada yang lainnya.
Misal, sebagian siswa menggemari siswi, sebagian lagi menggemari sepakbola. Belum lagi yang gemar memadukan keduanya.
Bahkan mungkin ada siswa yang cita sekaligus cintanya bernama sepakbola. Lebih dari sekedar gemar. Seperti itulah premisnya, beragam.
Lantas, adakah wadah untuk siswa semacam itu di sekolah? Jawabannya ada. Meski tak banyak, dan tak selalu. Salah satu wadah yang paling bergengsi ialah Liga OSIS.
Arti dari liga mungkin tidak perlu dijelaskan lagi. Karena para penggemar sepakbola, khususnya di Nusantara jelas kelewat akrab dengan kata liga, apalagi liga yang sering ditunda.
Organisasi Siswa Intra Sekolah, itulah kepanjangan dari OSIS. Mungkin, ada sebagian dari kita yang sudah lupa.
OSIS adalah organisasi tingkat sekolah di Indonesia yang memiliki jalinan erat dengan siswa maupun siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat.
Dilansir dari laman Quipper, OSIS lahir pada periode 1970-1972 berkat bimbingan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Disebutkan pula jika OSIS dibentuk guna meredam perselisihan antarorganisasi, baik di dalam atau di luar sekolah.
Layaknya organisasi lainnya, OSIS juga memiliki struktur yang lazim. Dipimpin oleh ketua dan disesaki oleh seksi-seksi.
Konon tugas OSIS adalah untuk menuntun para pelajar ke arah yang lebih bermanfaat. Kemungkinan dari situlah OSIS rajin mengadakan banyak kegiatan, salah satunya Liga OSIS.
Lumrahnya, Liga OSIS merupakan sebutan untuk turnamen sepakbola yang melibatkan seluruh kelas dan pelajar di suatu sekolah (biasanya khusus untuk siswa). Kompetisi ini sering pula disebut Ligos oleh para pelajar masa kini.
Meski berlabel liga, pihak OSIS pada umumnya tidak menyelenggarakan liga dengan sistem kompetisi penuh. Kebanyakan kompetisinya dijalankan dengan sistem setengah kompetisi.
Setiap kelas atau tim diundi sembari mencermati tingkatannya, contoh tingkatan SMA (Kelas X, XI, dan XII). Selanjutnya, tim akan masuk ke dalam beberapa grup. Tiap tim dalam grup hanya berjumpa satu kali.
Singkatnya, sistem kompetisi di Liga OSIS lebih menyerupai Piala Dunia, bukan seperti Bundesliga atau Liga 1.
Namun perlu digarisbawahi karena masing-masing Liga OSIS punya kebijakan dan sistem tersendiri. Hal tersebut bersandar pada inisiatif OSIS itu sendiri atau dari pihak sekolah.
Perihal menarik lainnya dari Liga OSIS adalah tentang waktu pelaksanaannya. Kapan mereka menggulirkan liga bisa dibilang tidak menentu tiap tahunnya.
Misalnya di bulan ini, setelah ujian ini, dan ini-ini yang lain. Namun itulah bagian dari esensi dan sensasi sepakbola versi pelajar.
Kembali membahas tentang Liga OSIS yang melibatkan seluruh pelajar, tentu pantas-pantas saja menyebut Liga OSIS sebagai turnamen akbar. Khususnya bagi para siswa penggemar sepakbola.
Adu talenta akan dihiasi dengan adu gengsi. Siswa-siswa yang telah duduk di kelas tiga mungkin akan jemawa mengamati adik kelasnya dengan sebelah mata.
Sementara adik kelasnya akan berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa senioritas bukan segalanya dalam sepakbola. Selain karena bola itu bulat, tekad juga bulat.
Para siswa yang memang diberkati bakat olah bola akan tersanjung atas bergulirnya Liga OSIS. Karena setidaknya ada arena internal untuk memperlihatkan kelihaiannya.
Tidak menutup kemungkinan, kabar tentang bakatnya akan memikat para pencari bakat. Kemudian, lawan akan segan, guru akan terharu, dan bahkan bisa mencuri hati para siswi.
Sedangkan siswa yang tidak jago-jago amat juga setidak-tidaknya masih dapat terlibat. Demikian juga bagi siswa yang kurang minat pada jagat sepakbola, minimal ia berperan dalam memanjatkan doa.
Lebih jauh, semarak Liga OSIS juga akan berfaedah untuk insan-insan di luar sekolah. Contohnya para pengusaha perlengkapan olahraga, jersey printing, dan sebagaianya.
Kaitannya sangat nyata karena pada hakikatnya tiap kelas atau tim yang mentas perlu sebuah identitas.
Contoh lain yang turut terciprat kabar baik dari Liga OSIS ialah pedagang asongan. Karena selain melibatkan pemain, suatu pertandingan juga melibatkan penonton, dan penonton membutuhkan camilan atau air minum.
Sejatinya, kompetisi antarsiswa ini telah berjasa dalam gemerlap pagelaran pendidikan dan sepakbola di Indonesia. Kehadirannya di ranah sekolah ibarat oase di padang gersang.
Hadir di hadapan para siswa guna menjauhkan dahaga, membasuh resah gelisah serta menumbuhkan bibit unggul, utamanya di bidang olahraga.
Semoga, tujuan utama para siswa bukanlah jumlah hadiah, melainkan untuk memaksimalkan kesempatan. Kesempatan untuk memainkan peran di luar mata pelajaran.