Walaupun ada media atau blog sepak bola yang vakum dan bahkan berhenti beroperasi pada tahun ini, genre football writing tetap berkembang. Bahkan bisa pula dikatakan semakin merebak dengan makin banyak bermunculan penulis sepak bola baru.
Setiap harinya ada banyak esai maupun artikel analisis yang bermunculan di berbagai media dan blog khusus sepak bola. Dari ratusan bahkan ribuan artikel sepak bola itu, kami coba memilih lima naskah sepak bola pilihan 2015.
Kami sengaja memilih naskah yang diterbitkan di berbagai media selain yang terbit di fandom.id. Untuk naskah pilihan dari Fandom, bisa dibaca di sini. Inilah kelima naskah yang kami pilih.
1. Final Sepuluh Menit
Esai ini bercerita tentang final Liga Champions 2015 antara Barcelona vs Juventus. Darmanto Simaepa tak coba menganalisis pertandingan dengan pendekatan taktikal maupun statistik yang bisa membuat sebuah tulisan menjadi kaku. Darmanto memilih bercerita tentang hal-hal lain.
Siapa yang bisa menggambarkan bahwa Lionel Messi mengalami kegugupan di final Liga Champions? Ketika mayoritas dari kita berpikir bahwa pemain sekelas Messi yang sudah terbiasa tampil di partai final bisa dengan mudah merasa rileks, Darmanto justru menangkap bahwa sang bintang pujaan itu sesungguhnya merasakan kegugupan ketika melakukan pemanasan.
Itu hanya sekelumit bangunan kisah dari artikel Final Sepuluh Menit yang bisa kami nilai sebagai tulisan terbaik yang merespon final yang akhirnya dimenangi oleh Barcelona itu. Selain esai ini, tulisan berjudul Tidak Ada Tempat Pulang Untukmu Jose juga bisa jadi salah satu bacaan nikmat untuk menyambut 2016.
Selain Darmanto, Mahfud Ikhwan adalah penulis lain di Belakang Gawang. Esai berjudul Manakala Milanisti Menciptakan Juventini ini patut disimak sebagai refleksi bagaimana kita bisa mencitai suatu klub sepak bola.
2. Maafkan Kami, Bournemouth
Yusuf Arifin atau yang akrab disapa Dalipin selalu memiliki kedekatan dengan setiap hal yang dia tulis. Pengalamannya tinggal di London sejak 1997 (hingga akhirnya kini pulang ke Indonesia) membuat setiap tulisannya kaya dengan cerita tentang Inggris maupun Eropa yang jarang kita temui di tempat lain.
Ada banyak esai yang menarik dari beliau, tapi yang menjadi favorit saya adalah Maafkan Kami, Bournemouth. Esainya berkisah tak sekadar tentang sepak bola. Hal paling utama yang saya tangkap dari esai ini bukan kiprah AFC Bournemouth melainkan mengenai istirahat.
Di tengah zaman yang serba tergesa ini kita diingatkan tentang perlunya tak mengerjakan apa-apa. Sejenak untuk memutar waktu lebih lambat, menikmati tak melakukan apa-apa seakan-akan sudah tak ada lagi yang kita kejar di dunia ini. Perilaku seperti ini bisa jadi akan membuat tubuh dan pikiran menjadi lebih segar.
Saya kemudian ingat tentang Jogja, kota untuk tetirah seperti halnya Bournemouth. Jogja yang saya kenal adalah kota yang selo. Semuanya serba santai.
Tapi, kini apa yang Anda temukan jika berwisata ke Jogja? Kemacetan, pembangunan yang dikebut, dan yang menyebalkan, adanya dorongan untuk mengunjungi tempat wisata yang tujuan utamanya bukan untuk menikmati wahananya tapi selfie untuk kemudian dipamerkan di media sosial.
Satu lagi esai yang jadi favorit saya adalah Tentang Mimpi yang Mati. Jika Anda menyukai film Green Street Hooligan, maka tulisan ini wajib Anda baca.
3. Melawan Rasialisme dengan Mimikri
Zen RS adalah jaminan mutu untuk tulisan sepak bola. Menariknya dia bisa menulis dengan berbagai gaya sama baiknya. Sesuatu yang tak banyak dimiliki oleh penulis sepak bola di negeri ini.
Dari sekian banyak tulisan sepak bolanya tahun ini, esai Melawan Rasialisme dengan Mimikri bisa dikatakan adalah yang terbaik. Tak hanya bercerita tentang tindakan Dani Alves, Zen mulai mampu memperkirakan akan ke mana perlawanan rasialisme di lapangan hijau.
Setelah kejadian Alves, dukungan pada dirinya besar tapi seperti yang kita tahu rasialisme tak benar-benar pergi dari sepak bola. Namun, setidaknya mulai ada kemenangan lain dalam pertempuran melawan rasialisme, seperti apa yang dilakukan oleh Hakan Calhanoglu, pemain Bayer Leverkusen.
Esai penting Zen RS lainnya tahun ini adalah Akuilah Kalau Sepak Bola Indonesia Memang Kelas Gurem!
4. Bermain Sepak Bola di Pulau Terpencil
Saya selalu menyukai cerita-cerita yang jarang dinarasikan. Bermain Sepak Bola di Pulau Terpencil merupakan salah satu cerita sepak bola yang paling saya sukai tahun 2015 ini. Sebuah cerita yang amat menarik tentang sepak bola dan tentunya tentang sudut lain dari Indonesia.
Esai ini bercerita tentang sepak bola di pulau Sapudi, salah satu pulau di sebelah timur pada gugusan pulau Madura. Dandy Idwal Muad mampu menggambarkan kisah ini dengan menyeluruh dan ada keterikatan emosional di dalamnya karena dirinya juga merupakan warga Sapudi.
Sebuah cerita yang kemudian juga mengingatkan kita tentang arus urbanisasi di negeri ini dan desa yang tak lagi bisa diandalkan untuk mencari penghidupan.
Ada dua naskah lagi di Panditfootball bisa menjadi favorit. Pertama, Sepak Bola Indonesia di Antara “Per” dan “PS” oleh Murhartadi Siregar. Dan yang berikutnya, Bayern Munich adalah Kesalahan. Tulisan Taufik Nur Shidiq ini perlu dibaca oleh setiap penulis sepak bola atau yang ingin mulai menulis sepak bola.
5. Pada Sebuah Kenangan Jawa Pos, Bonek, dan Persebaya
Belakangan ini senjakala media cetak ramai diperbincangkan. Media cetak mungkin cepat atau lambat akan mati, tapi setiap karya yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan punya cita rasa khas rasanya akan punya tempat tersendiri. Seperti halnya liputan Ayo Bangun Persebaya! oleh Jawa Pos.
Jawa Pos edisi spesial Persebaya ini diburu tak hanya oleh Bonek tapi juga pencinta sepak bola pada umumnya. Saya sendiri sempat tak kebagian hingga Fajar Junaedi membantu saya agar bisa menikmati suguhan liputan yang dilakukan oleh Aqwam Fiazmi Hanifan dan rekan-rekan jurnalis Jawa Pos lainnya. Sebuah karya jurnalistik yang apik dan perlu dibaca.
Aqwam kemudian mengunggah naskah ini di blognya. Dan beruntung bagi kita bisa membaca versi lengkap yang belum disentuh oleh editor serta berbagai cerita di balik layar dalam liputan ini yang tentunya tak hanya memberi cerita baru namun juga pelajaran penting bagaimana menghasilkan karya jurnalistik yang bagus.
Itulah lima naskah sepak bola pilihan tahun 2015. Subyektifitas saya dalam memilih tentunya ada, meski coba mereduksinya sedemikian rupa dengan coba membaca sebanyak mungkin naskah sepak bola yang terbit tahun ini.
Apakah Anda punya pilihan lain?