Gelaran babak 32 besar Liga Europa baru saja rampung digelar. Keenam belas tim yang berhasil melaju ke babak selanjutnya telah diundi dan sudah mendapatkan lawan-lawannya di babak perdelapan final nanti. Namun dari 16 klub yang tersedia, hanya terdapat satu kesebelasan dari Italia yang berada di babak 16 besar ini. Kesebelasan tersebut adalah SS Lazio.
Memang bukan suatu pemandangan yang aneh menjumpai nama Lazio berada di babak 16 besar Liga Europa. Apalagi bila mengingat lawan yang mampu mereka singkirkan di babak 32 besar adalah Galatasaray, salah satu tim besar dari Turki. Yang menjadi pusat perhatian bagi penulis di sini adalah, kehadiran Lazio sebagai satu-satunya kontestan asal negeri pizza di babak 16 besar ini.
Hal tersebut bisa terjadi menyusul kegagalan Napoli dan Fiorentina melewati rintangan yang mereka hadapi di babak 32 besar. Napoli takluk dari wakil La Liga, Villarreal, sedangkan Fiorentina tak berdaya di hadapan jawara edisi perdana Piala UEFA, Tottenham Hotspur. Kegagalan duo kontingen Serie A ini sangat disayangkan bila menilik pencapaian mereka pada musim lalu yang mampu mencapai hingga semifinal Liga Europa dan hasil gemilang yang mereka tunjukkan di Liga Europa musim ini hingga babak fase grup.
Penulis sebenarnya telah memperkirakan akan potensi tersandungnya wakil Serie A bukan hanya di babak 32 besar Liga Europa, namun juga di babak 16 besar Liga Champions. Hasil undian yang relatif tak mudah karena berjumpa dengan tim-tim yang kekuatannya bisa dikatakan setara menjadi pengganjal serius bagi eksistensi wakil Serie A di kancah Eropa musim ini.
Dan benar saja, dua wakil mereka di Liga Europa telah gugur dan hanya menyisakan Lazio seorang diri di babak 16 besar. Sedangkan di Liga Champions sendiri masih harus menunggu hasil leg kedua, di mana pada leg pertama baik AS Roma maupun Juventus menuai hasil yang tidak menguntungkan. Roma dijungkalkan Real Madrid di kandang sendiri dengan skor 0-2, sedangkan Si Nyonya Tua Juventus harus puas ditahan imbang 2-2 di Juventus Stadium oleh Bayern Munchen.
Situasi menjadi semakin tidak menyenangkan karena di leg kedua nanti baik Roma dan Juventus akan menjalani partai tandang dengan modal yang mereka bawa di leg pertama tadi. Tidak menutup kemungkinan pula kedua tim ini akan tersingkir di babak 16 besar nanti dan menjadikan Lazio sebagai wakil Serie A terakhir yang tersisa di kompetisi Eropa pada musim ini.
Terlepas mampu atau tidaknya nanti Roma dan Juventus melewati hadangan di leg kedua nanti, jika kita berbicara dalam konteks Liga Europa, maka beban dan harapan kini akan disandarkan di pundak tim asal ibukota, Lazio. Menjadi satu-satunya wakil Serie A yang tersisa di Liga Europa musim ini bisa menjadi cambuk positif bagi Biancoceleste untuk berjuang mati-matian di kejuaraan ini.
Bukan hanya untuk menjaga pamor sepak bola Italia di kompetisi Eropa, tapi tentunya juga bagi kesebelasan yang bermarkas di stadion Olimpico ini. Sudah lama rasanya Lazio tidak berprestasi di kompetisi Eropa. Terakhir kali mereka mampu mengangkat trofi di kompetisi Eropa terjadi pada tahun 1999, tepatnya pada ajang Piala Super Eropa. Lazio yang saat itu berstatus sebagai juara Piala Winners 1999 dan juga merupakan kesebelasan terakhir yang menjuarai ajang yang telah tiada tersebut mampu menundukkan juara Liga Champions 1999, Manchester United.
Raihan manis tersebut tentunya dengan senang hati ingin diulang kembali oleh pasukan yang diarsiteki oleh Stefano Pioli ini. Terlebih jika kita kaitkan dengan pengalaman Lazio di kompetisi ini, saat masih bernama Piala UEFA, kesebelasan yang pernah diperkuat oleh pesepak bola Alessandro Nesta tersebut pernah mencapai hingga final pada musim 1997/1998. Sayangnya mereka harus bertekuk lutut di laga puncak oleh rekan senegaranya, Inter Milan, dengan tiga gol tanpa balas.
Kegagalan pada masa lampau tersebut setidaknya bisa menjadi pemacu semangat bagi Miroslav Klose dan kawan-kawan untuk memberikan hasil yang jauh lebih baik dari yang bisa diberikan para senior mereka terdahulu, yakni dengan mempersembahkan gelar perdana Liga Europa bagi kesebelasan yang dimiliki oleh Claudio Lotito ini. Dan langkah mereka untuk menuju ke pencapaian tersebut akan dimulai pada babak 16 besar nanti dengan menghadapi kesebelasan asal Rep. Ceska, Sparta Praha.
Lazio tidak boleh menyepelekan kesebelasan yang pernah diperkuat oleh salah satu mantan pemain mereka, Pavel Nedved itu. Meski di atas kertas Lazio boleh dibilang lebih unggul atas Sparta, namun hal tersebut bukanlah menjadi jaminan bahwa Lazio akan mampu dengan mudah mengalahkan Sparta dan melenggang mulus ke babak selanjutnya. Mereka bisa berkaca dari kegagalan Napoli menundukkan Dnipro Dnipropetrovsk di babak semifinal Liga Europa di musim yang lalu walaupun pada saat itu keadaannya di atas kertas Napoli lebih unggul ketimbang Dnipro.
Namun Lazio boleh mensyukuri dari terhindarnya bertemu kesebelasan yang jauh lebih kuat di babak ini semisal Borussia Dortmund, Liverpool maupun juara bertahan dua musim berturut-turut dan pemegang terbanyak trofi Liga Europa saat ini, Sevilla. Toh cepat atau lambat Lazio akan menjumpai kesebelasan-kesebelasan kuat lainnya bila mereka mampu lolos ke babak-babak selanjutnya.
Pada intinya, sudah sewajarnya bagi Lazio untuk memfokuskan diri pada ajang ini layaknya kompetisi di Serie A. Tidak bisa dipungkiri, bahwasanya ajang Liga Europa belum menjadi prioritas yang penting, tak seperti Liga Champions, bagi beberapa kesebelasan yang berpartisipasi, dalam hal ini bagi klub-klub Serie A. Barangkali, salah satu penyebab ketidakmampuan Napoli dan Fiorentina melewati hadangan di babak 32 besar yang lalu bukan semata-mata karena berhadapan lawan yang tangguh, namun bisa jadi karena prioritas mereka yang lebih condong ke kompetisi liga. Peluang kedua kesebelasan tersebut untuk meraih scudetto di musim ini memang masih terbuka lebar.
Peluang Lazio sendiri di Serie A bisa dikatakan sulit untuk setidaknya menempati posisi peringkat ketiga, dilihat dari jumlah poin yang mesti dikejar dan juga persaingan dengan kesebelasan lain. Performa mereka di musim ini, terutama pada awal musim memang tidak segemilang musim yang lalu. Pada musim yang lalu Lazio mampu menembus posisi tiga di klasemen akhir liga dan menjadi runner-up Coppa Italia.
Oleh karena itu, menjuarai Liga Europa menjadi peluang terakhir bagi mereka untuk mengangkat piala di musim ini setelah peluang mereka untuk menjadi juara di kompetisi domestik hampir dipastikan tertutup. Mereka juga bisa memanfaatkan peluang untuk tampil di Liga Champions musim depan dengan menjuarai Liga Europa, jika mereka pada akhirnya tidak mampu menembus posisi tiga besar di liga.
Bukan berarti mencari tiket ke Liga Champions dengan menjuarai Liga Europa akan jauh lebih mudah didapatkan ketimbang dengan menempuh jalur di liga, akan tetapi dengan sistem home-away di fase gugur peluang Lazio akan lebih terbuka dibanding harus mengejar poin yang sudah cukup banyak tertinggal dari para pesaing mereka di Serie A.
Lazio sendiri memiliki catatan yang apik dari babak grup hingga babak 32 besar. Mereka belum terkalahkan dan mampu memaksimalkan partai kandang dengan semaksimal mungkin. Ini bisa menjadi modal yang sangat penting bagi Lazio dalam perjalanan mereka menuju tangga juara.
Meski akan bertarung dan membawa panji Italia sendirian di Liga Europa, tapi mereka tidak akan benar-benar sendirian karena akan mendapat dukungan dari suporter setia mereka dan juga publik sepak bola Italia yang sudah rindu melihat wakilnya berprestasi tinggi di Eropa. Sepak bola Italia boleh berharap Lazio akan mampu meneruskan tren positif yang telah dicapai wakil mereka dalam dua musim terakhir di Liga Europa di mana kesebelasan asal Italia mampu melangkah hingga babak semifinal.
Lazio bisa mencontoh kiprah Juventus di musim yang lalu, sebagai satu-satunya wakil Serie A di babak 16 besar Liga Champions namun secara tak terduga mampu meraih tempat di final. Kondisi Lazio dan Juventus pun bisa disebut hampir mirip, di mana sama-sama menjadi satu-satunya wakil Serie A yang tersisa dan bukan menjadi unggulan.
Pencinta calcio tentunya sudah ingin menyaksikan ada kesebelasan dari ranah Italia yang mampu mengangkat trofi di kompetisi Eropa. Penulis sendiri sebagai salah satu yang menggemari sepak bola Italia sejak kecil mengharapkan ada wakil Italia yang mampu mengenyahkan dominasi klub-klub Spanyol di kompetisi Eropa dalam beberapa tahun belakangan ini.
Dan semoga saja Lazio mampu menuntaskan asa yang kini disematkan kepada mereka.