Setiap suporter sepakbola pasti memiliki klub kesayangan. Saking cintanya, dukungan itu bisa membuat suporter tersebut membela tim favoritnya mati-matian. Bahkan ketika muncul dualisme seperti yang dialami klub kebanggaan masyarakat Malang, Arema.
Ya, saat ini ada dua kesebelasan yang menggunakan nama Arema di kancah sepakbola nasional. Arema FC yang berlaga di Liga 1 serta Arema Indonesia yang bermain di Liga 3.
Teddy Krisna Putra, dirigen dari kubu yang disebut belakangan mengaku tetap setia mendukung Singo Edan kendati dualisme masih terus berlanjut. Kepada Bola Abis ia menuturkan bahwa kesetiaan itu takkan pernah luntur.
Apa arti Arema Indonesia (AI) buatmu?
Secara pribadi, Arema adalah kebanggaan. Namun untuk pandangan umum, turun mendukung AI artinya menguatkan dan membuat nyata bahwa di Malang sedang ada dua tim yang namanya sama. Sebelumnya, tiap kali kita berteriak satu, selalu ada yang mematahkan dengan menyebut Arema sudah satu.
AI memang tidak di liga manapun saat itu. Beda dengan sekarang yang sudah jelas statusnya meski ada di Liga 3 yang jauh dari sorotan dan kata glamor.
Kapan jadi dirigen AI?
Sejak dimulainya Liga 3 musim 2017.
Mengapa tetap setia mendukung AI di saat mayoritas Aremania mendukung Arema FC (AFC)?
Bila kita mundur dari minoritas ini, artinya kasus tentang dua nama Arema akan cepat terkubur. Perkara dualisme tidak akan terangkat ke media karena motor utama tim (suporter) sudah tidak ada. Kita bertahan sebisa mungkin di sini hingga masalah dualisme yang membelit Arema benar-benar diselesaikan oleh orang yang berkapasitas dalam hal ini.
Apa yang kamu lakukan dalam mendukung AI baik di dunia nyata maupun media sosial?
Kalau di media sosial pribadi saya terkesan diam. Saya tidak ingin dan tidak mau mengunggah kegiatan suporter. Hanya untuk akun-akun suporter AI yang saya pegang, saya berusaha membuat edukasi. Dengan begitu mendukung AI tidak hanya soal euforia, tetapi juga membangun karakter dan mental Aremania seperti dulu lagi.
Saat ini ada dua akun yang saya pegang. Insya Allah semuanya akun edukasi dan bisa menjadi bahan introspeksi Aremania khususnya yang ada di Gajayana.
Kira-kira, berapa persentase Aremania yang mendukung AI dibanding AFC?
Mungkin hanya 0,1% dan sisanya teman-teman AFC. Angka segitu hanya sampel. Saya tidak pernah melakukan kajian riil. Rata-rata kehadiran suporter di Gajayana hanya sekitar 2.000 orang.
Bagaimana sikapmu saat presiden baru Arema FC ingin menyatukan AFC dan AI?
Sebagai Aremania dan warga Malang tentu saya menganggap itu suatu hal yang baik. Karena munafik jika saya bilang satu Arema itu buruk.
Akan tetapi, selama ini saya perhatikan wacana itu mengambang. Hanya melempar bola panas ke media, setelah itu tidak ada kelanjutannya lagi. Itu seperti pernyataan untuk menenangkan salah satu atau kedua kubu. Kalau serius, harusnya sudah ada tatap muka antara pihak AI dan AFC semenjak wacana itu muncul.
Namun mungkin, masing-masing manajemen punya pandangan yang berbeda dengan suporter.
Apakah sering mendapat perundungan saat mendukung AI?
Kalau secara pribadi dan langsung mungkin tidak. Karena di Malang, pertemanan saya dengan teman-teman yang mendukung Arema FC masih baik-baik saja. Mungkin kalau teman-teman dan adik-adik yang ada di Gajayana banyak yang berkeluh kesah seperti itu.
Perundungan ke teman-teman seperti apa?
Mungkin verbal, ya, dan kadang hanya sebatas candaan soal hasil pertandingan atau apa. Tidak pernah ada yang serius sampai ke arah fisik dan sejenisnya. Insya Allah kalaupun ada, itu bisa diredam dan tidak meluas.
Seandainya AI naik kasta dan bertemu AFC, apakah siap mendukung AI dalam satu stadion bersama suporter AFC?
Insya Allah kemungkinan seperti itu tidak akan terjadi. Saya masih punya keyakinan bahwa masalah ini akan selesai sebelum AI naik ke Liga 1.
Jadi kamu masih ingin AI dan AFC bersatu?
Sangat ingin. Kalau tidak bisa, salah satu harus “dipaksa” tidak menggunakan nama Arema lewat jalur yang resmi. Andaikata kalah lewat jalur resmi yang ditempuh, kami akan legowo untuk tidak menggunakan nama Arema.
Apa harapanmu buat manajemen AI?
Kita suporter hanya minta tata kelola timnya diperbaiki. Prestasi itu berbanding lurus dengan tata kelola. Jika tata kelolanya baik, saya yakin tim ini bisa berbicara di level Liga 3.