Menerka Kampiun Serie A Musim 2016/2017

Jauh sebelum kompetisi berlabel La Liga Spanyol dan Liga Primer Inggris nongol di layar kaca Indonesia, aksi pemain-pemain yang berlaga di Serie A Italia telah lebih dulu menyita perhatian.

Kebetulan, saat itu, kompetisi nomor wahid di tanah Italia ini sedang berada pada fase puncak berkat jejalan bintang-bintang kelas dunia, persaingan yang seru, dan prestasi klub-klubnya yang mentereng.

Maka tak perlu heran bila masyarakat Indonesia banyak yang menggemari klub-klub seperti AC Milan, Internazionale Milano, Juventus FC, bahkan S.S.D. Parma, jauh sebelum La Liga dan Liga Primer menggerogoti hegemoni Serie A sepuluh tahun terakhir.

Namun sial bagi pencinta liga yang dikenal begitu taktikal ini karena hingga kompetisi musim 2016/2017 akan bergulir, belum ada tanda-tanda bahwa Serie A bakal tayang di salah satu kanal terestrial maupun berbayar Indonesia. Jan ngenes tenan.

Meski begitu, tak ada salahnya kan jika kita menerka bagaimana perjalanan musim ke-115 ini? Utamanya menerka sang calon Scudetto.

Menyebut nama Serie A sudah barang tentu menghadirkan kata Scudetto dalam benak kita. Selain trofi juara, sang juara juga berhak mengenakan lambang perisai berupa bendera tricolore Italia. Lambang prestasi dan prestise inilah yang jadi rebutan banyak klub setiap musimnya.

Saat membahas klub dengan peluang terbesar menjuarai Serie A musim 2016/2017, tentu sulit sekali untuk memalingkan pandangan dari Juventus. Suka tidak suka, mau tidak mau, nama mereka bakal ada di pole position perebutan Scudetto.

Pasalnya, kesebelasan yang bermarkas di Juventus Stadium ini merupakan juara bertahan, sekaligus peraih lima gelar Serie A di lima musim terakhir!

Kuat? Sudah pasti. Dominan? Fakta tak terbantahkan!

Kehilangan Alvaro Morata yang “dikembalikan” ke Real Madrid dan Paul Pogba yang “dipulangkan” Manchester United pada awalnya disebut akan meninggalkan lubang menganga di skuat asuhan Massimiliano Allegri musim ini.

Tapi, Miralem Pjanic dan Gonzalo Higuain sebagai pengganti keduanya jelas amat sepadan. Belum lagi gaetan lain seperti Daniel Alves dan Marko Pjaca yang semakin menegaskan ketangguhan I Bianconeri. Kehadiran mereka bisa melanggengkan cita-cita Juventus untuk menjadi tim pertama yang menggenggam enam Scudetto beruntun.

Awal musim lalu, saat mereka tampak goyah, banyak yang menyangka Juventus bakal kesulitan merebut Scudetto. Nyatanya? Mereka bangkit dengan cara yang mengesankan dan mengunci gelar saat Serie A masih menyisakan tiga pekan.

Pekerjaan rumah paling utama Juventus musim ini adalah menyeimbangkan kekuatan mereka di tiga ajang yang diikuti. Seperti yang kita ketahui bersama, I Bianconeri amat terobsesi dan berambisi merengkuh gelar Liga Champions yang sudah dua puluh tahun tak pulang ke Turin.

BACA JUGA:  Mengulas Taktik Reaktif Coach Teco

Lalu bagaimana dengan kans klub-klub lainnya?

Jika Anda seorang Interista, Milanista, Napolitano, atau Romanista, alangkah baiknya menyesap secangkir kopi dahulu sebelum melanjutkan bacaan ini. Supaya kepala tak cenut-cenut dan hati sedikit lebih tenang.

Melihat Juventus meraih scudetto berturut-turut memang sangat menyenangkan buat fans setia La Fidanzata D’Italia. Namun bagi tifosi kesebelasan lain, kesuksesan Juventus bak bencana bertubi-tubi. Tapi jangan cepat-cepat mengarahkan telunjuk sembari “menghakimi” Juventus.

Tanyakan pada diri sendiri, sudah pantaskah klub pujaan Anda bersaing dengan Si Nyonya Tua?

Mari kita mulai dengan AS Roma, klub yang beberapa musim terakhir kerap beradu pacu dalam persaingan juara. Kehilangan Pjanic yang merupakan dinamo di sektor tengah Roma jelas membuat dada Romanista sesak. Apalagi penampilan pria Bosnia ini begitu memesona musim kemarin.

Menyikapi hal tersebut, manajemen Serigala Ibu Kota pun langsung bergerak cepat di bursa transfer.

Stephan El Sharaawy, Antonio Rudiger, dan Mohamed Salah ditebus secara resmi sementara Federico Fazio, Juan Jesus, Bruno Peres, Thomas Vermaelen dan Wojciech Szczesny dipinjam guna memperkokoh skuat. Setidaknya ini bisa membuat Luciano Spalletti semringah.

Bersama sosok-sosok dengan kualitas mumpuni seperti Daniele De Rossi, Edin Dzeko, Alessandro Florenzi, Radja Nainggolan, dan Sang Pangeran Francesco Totti, Roma punya peluang untuk mempecundangi Juventus di akhir musim.

Syaratnya? Bermain konsisten hingga akhir musim! Alasannya sederhana, karena I Giallorossi justru kerap kehabisan bahan bakar saat Serie A memasuki periode krusial perebutan gelar. Bagaimana? Sanggup?

Klub kedua yang memiliki kesempatan mengganggu kedigdayaan Juventus tak lain tak bukan adalah Napoli.

Tim yang ditukangi Maurizio Sarri ini secara fantastis berhasil nangkring di peringkat kedua musim lalu lewat serangkaian performa menawan. Salah satu faktor yang membuat I Partenopei begitu mengerikan adalah Higuain yang sangat-sangat buas di depan gawang lawan.

Akan tetapi kebuasan itu kini justru menghantui Napoli karena sang pemain dibajak Juventus, yang membuat tifosi tim yang punya koleksi dua Scudetto ini marah besar. Sebagai pengganti, striker Ajax Amsterdam asal Polandia yang pada gelaran Euro 2016 tampil cukup apik, Arkadiusz Milik, diboyong ke San Paolo.

Selain Milik, Napoli menggaet beberapa pemain lainnya, yaitu Emanuele Giaccherini, Lorenzo Tonelli, dan Piotr Zielinski. Untuk memboyong ketiganya, Napoli merogoh kocek hingga 62,5 juta euro.

Apakah nominal di atas cukup untuk merebut Scudetto? Bisa jadi, meski akan sangat bergantung pada performa I Partenopei sendiri. Utamanya bagaimana Sarri meramu taktik setelah ditinggal Higuain serta daya tahan tim yang musim ini kembali mentas di tiga ajang.

BACA JUGA:  Mitos dan Klenik dalam Sepak Bola

Lalu, bagaimana dengan duo Milan yang beberapa musim terakhir lebih asik bergelut di papan tengah? Bisakah mereka muncul sebagai penantang serius Juventus?

Selagi jargon “bola itu bundar”, persis perut Alief Maulana, maka kesempatan itu tetap ada. Yang jadi masalah adalah seberapa besar peluang itu dan seberapa hebat I Nerazzurri dan I Rossoneri memanfaatkannya.

Karena seperti yang kita ketahui bersama, kedua klub ini selama beberapa bulan terakhir justru lebih sibuk dengan urusan bisnis jual beli sebelum akhirnya pelan-pelan mulai kembali ke trek sepak bola.

Internazionale yang kini telah dikuasai korporasi asal Cina bernama Suning Group sejauh ini telah mendatangkan Cristian Ansaldi, Ever Banega, Antonio Candreva, dan Caner Erkin ke Appiano Gentile.

Kehadiran mereka diharapkan mampu menambal kebocoran yang memaksa kapal I Nerazzurri oleng di pertengahan Serie A musim lalu sehingga tercecer dan mesti puas finis di tempat keempat.

Tak cuma sektor penggawa saja yang mendapat perhatian Internazionale, namun juga figur yang duduk di kursi allenatore. Dua pekan lalu, Roberto Mancini resmi dicopot lewat kesepakatan bersama untuk kemudian disubstitusi oleh eks pelatih Ajax, Frank de Boer.

Mepetnya masa adaptasi tentu membuat sang pelatih anyar butuh waktu untuk membangun tim sesuai dengan ide dan filosofinya. Interisti boleh saja menyemai mimpi bersaing memperebutkan trofi juara. Namun jangan berlebihan, karena di-PHP itu rasanya sakit dan pahit kan?

Kompak dengan sang tetangga berisik, kubu Milan yang telah dilepas Silvio Berlusconi ke investor asal Cina juga punya kesempatan bersaing memperebutkan podium tertinggi walau kecil.

Tongkat estafet kepelatihan yang di penghujung musim lalu dipegang caretaker, Christian Brocchi, kini telah digenggam Vincenzo Montella. Manajemen tentu berharap Montella dapat mengembalikan identitas klub peraih tujuh trofi Liga Champions ini ke tempat asalnya.

Namun tak seperti klub-klub rivalnya, sejauh ini Milan cenderung adem ayem di bursa transfer. Baru ada empat perekrutan yang dilakukan I Rossoneri, yaitu Gustavo Gomez, Gianluca Lapadula, Jose Sosa, dan Leonel Vangioni.

Meski pemain-pemain tersebut lumayan oke kala bermain untuk klub sebelumnya, namun Milanisti merasa bahwa itu belumlah cukup. Milan dirasa butuh perubahan ekstra bila ingin menambah titel Scudetto mereka menjadi 19.

Keuntungan Milan adalah musim ini dapat fokus sepenuhnya pada kompetisi domestik akibat gagal meraih tiket ke kompetisi Eropa musim lalu. Bisakah?

**

Akankah Juve merebut gelar keenamnya secara beruntun kala Serie A berakhir pada 28 Mei 2017 mendatang atau justru ada kesebelasan lain yang mematahkan upaya tersebut?

Tentukan pilihanmu, tifosi!

 

Komentar