Nestapa Stadion Jenderal Hoegeng Pekalongan

Nestapa Stadion Jenderal Hoegeng Pekalongan
Nestapa Stadion Jenderal Hoegeng Pekalongan

Stadion Jenderal Hoegeng terletak sekitar 700 meter di bagian utara Pantura (Kawasan pantai utawa Jawa, red.) Kota Pekalongan. Stadion terbilang sangat mudah dijangkau bagi para suporter tim yang bertandang melawan Persip Pekalongan.

Karena, selain dekat dengan Pantura, stadion ini juga dekat dengan Stasiun Pekalongan yang terletak di depan jalan menuju Stadion Jenderal Hoegeng. Bila dibandingkan dengan stadion lainnya di sekitar wilayah Pantura seperti Stadion Sarengat (Kabupaten Batang), Stadion Widya Manggala Krida (Kabupaten Pekalongan), dan Stadion Mochtar (Kabupaten Pemalang), stadion ini bisa dibilang cukup megah karena bisa menampung sekitar 20.000 penonton.

Stadion ini dibangun tahun 1986 dan direnovasi tahun 2005. Sebelumnya stadion ini bernama Stadion Kraton (diambil dari nama daerah stadion ini berada yaitu Kelurahan Kraton), lalu pada 18 Maret 2011 diubah menjadi Stadion Kota Batik dan akhirnya pada ulang tahun ke-110 Kota Pekalongan diubah menjadi Stadion Jenderal Hoegeng.

Markas tim Persip Pekalongan ini pun pernah menjadi rumah bagi beberapa pemain-pemain top di Liga Indonesia dari seorang Patricio Jimenez pemain yang pernah mengeksekusi tendangan penalti fenomenal dengan menutup mata. Lalu ada juga legenda timnas Indonesia Elie Aiboy dan beberapa pemain top nasional lainnya yang pernah bermarkas di Stadion Jenderal Hoegeng seperti gelandang timnas dan Mitra Kukar Bayu Pradana, kiper muda berbakat Awan Setho Raharjo, mantan bek Timnas Wahyu Wijiastanto, kiper Timnas Muhammad Ridho yang memang asli dari Pekalongan dan baru saja bergabung dengan Madura United.

Lalu ada juga beberapa pemain yang baru saja membantu timnya promosi dari Liga 2 yaitu Dendi Agustan bersama Kalteng Putra, Irkham Zahrul Mila bersama PSS Sleman, dan mantan pemain junior timnas Ibrahim Sanjaya bersama Semen Padang.

BACA JUGA:  Sepakbola dan Wisata Kuliner di Stadion

Ketiga pemain tersebut bersama Awan Setho pernah bermain bersama di tim Persip Pekalongan pada kompetisi ISC B 2016 dan mampu membuat Persip Pekalongan menjadi tim yang tangguh yang akhirnya membuat nama mereka juga terangkat di kancah sepakbola nasional.

Stadion ini menjadi saksi bisu tingginya antusiasme warga Kota Pekalongan terhadap sepakbola. Apalagi saat Persip Pekalongan berada di Divisi Utama, stadion ini selalu ramai didatangi para suporter yang tidak hanya berasal dari wilayah Kota Pekalongan, namun hingga yang berasal dari wilayah Kabupaten Pemalang.

Namun antusiasme tersebut terlihat surut setelah performa Persip Pekalongan yang menurun. Selama beberapa musim terakhir stadion tak pernah lagiĀ full house, terakhir kali penonton membludak adalah saat laga Persip Pekalongan melawan Persibat Batang pada 29 Juli 2017 yang berakhir dengan skor kacamata.

Stadion ini pernah menjadi sorotan publik sepakbola nasional pada tahun 2017, karena keadaan lapangan yang sangat buruk hingga membuat rumput stadion terlihat kemerahan bila dilihat dari layar kaca dan akhirnya membuat stadion ini mendapat julukan Santiago Berdebu.

Dan secara tidak langsung hal seperti ini mau tidak mau membuat nama sepakbola Pekalongan menjadi tercoreng di kancah nasional. Keadaan ini semakin diperkeruh setelah sisi utara tribun timur ambles pada 1 Maret 2018. Imbasnya, selama tahun 2018 tribun timur akhirnya ditutup demi alasan keamanan.

Melihat kondisi yang miris seperti ini akhirnya membuat pihak pengelola stadion turun tangan membenahi stadion. Meskipun tindakan yang dilakuan bisa dianggap telat karena stadion baru ditangani setelah kompetisi tahun 2018 hampir berakhir, setidaknya masih ada niatan untuk membenahi katedral sepakbola bagi warga sekitar Kota Pekalongan ini.

Mulai dari perawatan rumput hingga pembenahan tribun semua sudah dilakukan dan hasilnya pun sudah terlihat. Rumput kembali hijau dan tribun pun sudah kokoh berdiri tegak kembali.

BACA JUGA:  Karena Sepak Bola Adalah Budaya Populer yang Paling Populer

Stadion ini sampai sekarang masih tetap digunakan meskipun Persip Pekalongan belum berlaga lagi. Biasanya stadion dimanfaatkan untuk menjalankan kompetisi sepakbola lokal yang dikelola oleh Askot PSSI Kota Pekalongan, kompetisi sepakbola antar pelajar dan juga menjadi tempat latihan bagi para atlet-atlet olahraga lainnya selain sepakbola seperti atletik, beladiri, hingga tinju.

Kini stadion sudah kembali seperti sediakala, sekarang hanya tinggal menunggu tim Persip Pekalongan kembali menjadi tim yang disegani lagi bagi para lawan-lawannya.

Komentar
Penulis bisa dihubungi melalui akun Twitter @dvcxxschariev