Nikola Jokic kembali bermain impresif dalam Final NBA 2023. Ia mencetak triple-double dengan 27 poin, 14 asis, dan 10 rebounds, dalam kemenangan Denver Nuggets 93-104 Miami Heat di game pertama.
Sebelum jauh melangkah seperti sekarang, Nikola Jokic memiliki latar belakang dengan cerita-cerita yang gila.
Pertama, pola makan aneh Jokic. Ketika pertama kali datang ke Denver Nuggets, berat Jokic mencapai 295 lbs atau sekitar 133,81 kg. Usut punya usut, Jokic biasa mengonsumsi dua liter cola untuk sarapan, dan makan setengah kilogram Borek, kue gurih khas Eropa Timur, untuk camilan sepanjang hari.
Bahkan, rata-rata konsumsi cola Jokic dalam sehari bisa mencapai satu galon. Namun sejak bermain di NBA, berat badan Jokic berkurang sekitar 22 kg. Meski begitu, berat badannya masih sering fluktuatif atau berubah-ubah.
Kedua, kurangnya antusiasme saat malam Draft. Jokic bahkan sedang tidur di rumahnya yang berada di Serbia pada malam itu. Kakak laki-lakinya, Nemanja, menelpon dari New York untuk menyampaikan berita sambil mengeluarkan sebotol champagne.
“Kamu direkrut di NBA! Bagaimana kamu tidur sekarang?” ujar Nemanja, melansir dari bleacherreport.com. Jokic yang terlihat kurang antusias hanya menjawab “Ayolah, bung, saya sedang tidur..” dirinya bahkan tidak yakin apakah ingin bermain di NBA.
Ketiga, lebih bahagia dengan kuda. Kecintaannya pada kuda lebih signifikan daripada kesukaannya terhadap bola basket. Seorang asisten pelatih Nuggets bahkan menggambarkan kampung halaman Jokic bersama kudanya dengan kutipan, “Tempat Bahagia Jokic”.
Keempat, hampir menandatangani kontrak dengan Barcelona, alih-alih datang ke NBA. Menurut Misko Raznatovic, seorang agen olahraga, menyebut bahwa Jokic sudah sangat dekat untuk menandatangani kontrak dengan klub asal Spanyol itu.
Namun Jokic akhirnya memutuskan untuk datang ke Amerika, dan bermain untuk Denver. Dia memilih NBA, bergabung dengan Nuggets pada off-season 2015, dan sisanya adalah sejarah yang tercipta.
Terakhir, adalah kecerdasan yang dia miliki. Di awal kariernya, Jokic bahkan sulit untuk melakukan sekali push-up. Ditambah dengan pola makannya yang ‘ngawur’, serta sangat membenci latihan fisik.
Walau demikian, salah satu faktor terbesar yang membawa Jokic bisa mencapai titik ini adalah kecerdasannya. Sejak masih remaja, Jokic memang benar-benar memiliki otak yang sangat cemerlang.