Hari-hari bahagia untuk Leeds United dan para pendukungnya telah tiba. Klub tersebut akhirnya berhasil kembali merebut tempatnya di Liga Primer Inggris setelah 16 tahun berkutat di kasta kedua dan ketiga sepakbola Inggris.
Setelah belasan kali berganti-ganti manajer, akhirnya juru taktik ikonik asal Argentina, Marcelo Bielsa, yang berhasil mewujudkan mimpi fans Leeds selama ini. Dan dari sekian pemain yang berada di bawah asuhan El Loco, ada satu nama yang menarik, pemain dengan umur yang tak lagi muda: Pablo Hernandez.
Nama itu sebenarnya tidak asing di Inggris. Pablo mulai dikenal ketika menjadi tumpuan Swansea City. Ditebus dengan rekor nilai transfer 7 juta euro dari Valencia, ia menjadi salah satu dari tiga pemain asal Spanyol yang dibawa ke Liberty Stadium oleh Michael Laudrup pada musim 2012/2013.
Bersama dengan juru gedor sensasional, Miguel Perez Cuesta alias Michu, Pablo berhasil meraih gelar juara pertamanya di kompetisi Piala Liga Inggris seusai mencukur habis Bradford City dengan skor domina, lima gol tanpa balas.
Petualangannya di Leeds ia mulai pada musim 2016/2017. Saat itu, Pablo telah pindah dari Swansea dan terikat kontrak bersama klub asal Qatar, Al-Arabi. Proses transfer tersebut dilatarbelakangi oleh Garry Monk, manajer Leeds saat itu yang pernah bermain bersamanya di Swansea.
“Garry dan Pep (asisten manajer Garry) telah mengenalku karena aku bermain di Swansea selama dua tahun. Pada tahun pertamaku, Garry adalah rekan setim dan Pep bekerja di klub. Pada tahun kedua, mereka berdua menjadi pelatih dan mengenalku dengan baik,” ucap pemain Spanyol itu.
“Ketika Pep menghubungiku tentang tawaran bermain di Leeds, aku langsung berkata “ya” karena aku tahu Leeds adalah tim besar di Inggris dengan fans yang apik,” lanjutnya.
Januari 2017, Leeds mempermanenkan kontrak gelandang gaek itu selama enam bulan, dengan opsi perpanjangan kontrak 12 bulan di akhir musim. Opsi tersebut, akhirnya diaktifkan oleh The Peacocks karena penampilan ciamiknya di liga.
Pablo kemudaian membayar kepercayaan yang diberikan dengan pencapaian 9 gol dan 10 asis dari 43 penampilan di semua kompetisi. Ia juga meraih gelar pemain terbaik klub musim itu, mengalahkan nama-nama seperti Ezgjan Alioski, Kemar Roofe, Samuel Saiz dan Toby Nye.
“Dia adalah pemain yang komplit dari setiap sudut pandang.” puji Bielsa usai Leeds memenangkan pertandingan melawan Norwich di tahun 2018.
“Kau bisa saja memiliki pemain yang punya banyak pengalaman, tapi kurang baik dalam membuat keputusan. Pablo membaca kebutuhan tim dan dia memberi solusi untuk semua masalah tim, di setiap sektor lapangan,” jelas pelatih asal Argentina tersebut.
Usianya memang tak lagi muda dan beberapa kali juga harus memulai pertandingan dari bangku cadangan, tetapi tak mengurangi peran vital pemain berusia 35 tahun itu. Salah satunya, yang masih belum lama terjadi, adalah ketika melawat ke kota Swansea dan menjadi penentu kemenangan.
Mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan dan berselebrasi di hadapan fans yang dulu mengelu-elukannya, Pablo berhasil menjaga asa Leeds untuk merebut satu tempat promosi otomatis ke kasta teratas dan mengubur kenangan buruk di babak play-off musim sebelumnya.
Hingga hari ini, Pablo telah mencatatkan 36 gol dan 39 asis dari 158 penampilan di seluruh kompetisi bersama Leeds. Bahkan, catatan itu lebih baik daripada saat dirinya masih bermain untuk Valencia yang hanya menyentuh angka 25 gol.
Torehan tersebut masih bisa bertambah di musim depan apabila Pablo masih bertahan dan bermain di Elland Road. Namun, mengingat usianya yang tak lagi muda, beberapa nama juga telah dikaitkan dengan Leeds untuk menggantikannya.
Salah satu rumor datang dari Norwich yang baru saja dipastikan turun kasta. Salah satu pemain andalan mereka, Emiliano Buendia disebut-sebut akan diproyeksikan untuk menjadi suksesor Pablo di Leeds. Ada pula kabar dari pemain muda Argentina, Thiago Almada. Pemuda yang disebut-sebut sebagai ”The New Messi” itu menyatakan tertarik untuk dilatih Bielsa.
Meskipun pada akhirnya nanti posisi Pablo tergantikan, jasa peraih Player Of The Year bagi Leeds dalam dua musim terakhir itu akan terus terkenang dalam hati dan pikiran setiap pendukung The Peacocks. Ia akan diingat sebagai roh yang mampu membangkitkan harapan meraih mimpi yang telah lama dinantikan.