Patah Tanduk Si Kabau Sirah

Kabau Sirah. Demikian sebutan yang diberikan kepada klub sepak bola Indonesia yang berasal dari Padang, Sumatera Barat. Julukan tersebut diberikan kepada klub yang besar dengan nama Semen Padang FC.

Tim kebanggan orang Minang itu sudah banyak mengecap berbagai rasa dalam kompetisi sepakbola tanah air. Mulai dari manisnya buah kemenangan hingga pahitnya kegagalan telah ditorehkan dalam catatan sejarah Semen Padang hingga hari ini.

Klub yang lahir pada tahun ‘80-an tersebut memulai debut pertama kali dalam kasta tertinggi Liga Indonesia pada tahun 1982. Sepuluh tahun lamanya bergelut dalam kompetisi tanpa hadirnya gelar dan prestasi.

Hingga sampai akhirnya pada 21 Juli 1992, untuk pertama kalinya, Semen padang memperoleh kemenangan dan gelar juara pada perelatan Piala Galatama.

Seiring waktu, musim demi musim. Berjibaku dalam sengitnya arena kompetisi sepakbola tanah air tidak menjadikan perjalanan Semen Padang semulus yang dikira.

Pernah menjadi juara Indonesia Premier League kala era dualisme kompetisi pada tahun 2012, hingga dua kali tersungkur dalam jurang degradasi turut mewarnai kisah Semen Padang sepanjang perjalanan mereka di lapangan hijau.

Tiga tahun belakangan, jungkir balik dirasakan klub tersebut. Pada edisi perdana Liga 1, Semen Padang gagal menunjukkan performa apik dan tersungkur di jurang degradasi. Keadaan berbalik pada musim berikutnya. Mereka cukup perkasa di Liga 2.

Semen Padang mampu mencapai final Liga 2 2018. Meskipun dihantam PS Sleman di final, Kabau Sirah mendapat satu tiket promosi. Namun, kesempatan berlaga di kasta teratas gagal dimanfaatkan. Pada 2019, mereka kembali akrab dengan zona merah.

Memang, Semen Padang juga sempat mengalami segelintir momen indah di Liga 1. sempat ditaklukkan dengan skor tipis 2-1. Bahkan, pemuncak klasemen, Bali United, juga dapat dijinakkan dengan hasil dua gol tanpa balas.

BACA JUGA:  Manuel Rui Costa: Sang Maestro dari Amadora

Akan tetapi, itu saja belum cukup. Pada laga lain, Kabau Sirah lebih kerap tertatih-tatih. Perjuangan yang begitu menguras tenaga dan emosi tersebut hanya menghasilkan 32 poin dari 34 laga. Alhasil, sekali lagi mereka harus turun kasta.

Kuatnya persaingan di Liga 1 saat ini, seakan menjadikan Semen Padang bak kerbau yang kehilangan tanduknya. Betapa tidak, klub besar yang dahulu senantiasa bertengger di 5 besar kompetisi sepakbola negeri ini, kini harus dipaksa puas dengan kebiasaan naik turun kasta.

Kembali merumput di kasta kedua bukan berarti segalanya bisa lebih gampang dalam mengarungi kompetisi. Meskipun catatan Semen Padang bisa dibilang apik di Liga 2 dua tahun lalu, tetapi melihat ketatnya kompetisi, situasi tersebut tidak dapat dipastikan akan terjadi lagi secara mudah.

Jika dibandingkan, Semen Padang saat ini seperti kehilangan wibawa sebagai klub yang dulunya disegani sebelum era Liga 1. Sekarang, Kabau Sirah justru akrab dengan hasil pertandingan yang mengecewakan kala bermain di level tertinggi.

Pergantian pelatih hingga transfer pemain naturalisasi merupakan usaha yang dilakukan merekauntuk membenahi klub yang tengah sakit. Namun, apa boleh buat, kebijakan tersebut belum mampu menjadikan Semen Padang berjaya seperti dulu lagi.

Apalagi berhembus kabar burung bahwa manajemen Kabau Sirah sendiri pelit untuk membenahi klub. Kicauan yang seolah mengambarkan bahwa tim itu tidak hanya bermasalah soal permainan saja, tetapi juga di ranah internalnya.

Terlepas benar atau tidaknya informasi tersebut, apa yang sedang di alami oleh Semen Padang saat ini jelas merupakan kemunduran. Tidak hanya satu langkah, mereka mengalami kemerosotan yang teramat besar.

Kendati demikian, Semen Padang hingga saat ini terus mendapat sokongan dari masyarakat dan suporter, khususnya orang-orang tempat kelahiran klub ini yaitu Sumatera Barat.

BACA JUGA:  Pablo Hernandez: Roh Tua Peraih Mimpi Naik Kasta

Bukan tanpa alasan. Berbagai torehan prestasi yang diukir sejauh ini telah membuat ranah Minang bangga dengan tim kesayangan mereka. Kecintaan terhadap klub yang pernah mampu berjaya di kancah nasional tentu sulit dilupakan begitu saja.

Akan tetapi, dibalik itu semua, pasti tidak sedikit rasa kecewa yang timbul dan mau tidak mau harus diterima dengan besar hati. Tak heran, para penggemar menginginkan Kabau Sirah mengambil pelajaran dari kegagalan yang telah dilalui dan kemudian berbenah diri.

Komentar
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan.