Persita dan Harapan Baru di Tangerang

Tanggal 1 Maret 2020 kemarin jadi momen yang amat bersejarah untuk persepakbolaan Tangerang. Salah satu kesebelasan yang amat dicintai oleh masyarakat Tangerang, Persita, akhirnya kembali mentas di kasta tertinggi sepakbola Indonesia, Liga 1.

Persita berhak tampil di Liga 1 usai finis sebagai runner up Liga 2 musim 2019. Kala itu, tim asuhan Widodo Cahyono Putro mesti mengakui keunggulan Persik dalam partai final dengan skor akhir 2-3.

Lama tak mewarnai divisi teratas, perjalanan awal Persita di Liga 1 musim ini dimulai di Stadion Kapten I Wayan Dipta, markas sang juara bertahan, Bali United. Hebatnya, Hamka Hamzah dan kolega sukses menahan imbang sang empunya rumah dengan kedudukan 0-0. Mesti diakui kalau pencapaian itu sangat elok bagi tim promosi sekelas mereka.

Kegembiraan masyarakat Tangerang semakin menjadi-jadi saat Persita memainkan laga keduanya musim ini dengan menjamu PSM di Stadion Benteng Taruna, pada 6 Maret 2020 lalu. Dalam partai kontra PSM itu, Persita tampil penuh semangat dan determinasi. Alhasil, mereka sanggup menahan imbang Juku Eja setelah gol Asnawi Mangkualam bisa disamakan oleh Edo Febriansyah. Hingga pengadil lapangan meniup peluit panjang, skor memang tidak berubah.

Sebelum berkandang di Stadion Benteng Taruna, Persita terpaksa mengungsi ke sejumlah kota semisal Karawang, Kuningan, Purwakarta sampai Serang guna menghelat partai kandangnya lantaran markas lama, Stadion Benteng, tak representatif lagi buat digunakan. Status musafir itu sendiri dilakoni Pendekar Cisadane selama delapan tahun!

Beraksi di hadapan pendukung setianya di Liga 1 mendatangkan atmosfer yang sangat berbeda jika dikomparasi dengan pengalaman saat merumput di Liga 2 dahulu. Ada euforia yang melompat-lompat di langit Stadion Benteng Taruna. Stadion yang dibangun sejak 2014 hingga akhirnya selesai pada 2018 iniĀ terletak di Jalan Raya Legok, Kelurahan Bojong Nangka, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.

Menurut saya, lokasinya cukup strategis karena berada di antara Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Jarak dari gerbang tol karawaci hanya 4,4 kilometer. Sementara dari Stasiun Parung Panjang kurang lebih berjarak 11,5 kilometer. Setidaknya, akses menuju stadion ini bisa dikatakan cukup mudah.

BACA JUGA:  Fabio Grosso: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Selain lapangan sepakbola, layaknya stadion-stadion lain di Indonesia, ada juga beberapa sarana olahraga di sekitar area Stadion Benteng Taruna. Misalnya lapangan indoor (dapat digunakan untuk pertandingan basket, futsal atau voli), lapangan bisbol hingga wall climbing.

Dua partai awal tak terkalahkan, walau keduanya berujung seri, jadi catatan yang cukup bagus untuk Hamka dan kolega dalam menulis kisahnya di Liga 1. Namun sayang, rekor tak terkalahkan itu gagal dipertahankan Persita setelah tumbang 1-3 di tangan PS Tira Persikabo dalam lanjutan matchday ketiga Liga 1 hari Minggu (15/3) kemarin.

Sebelum berlaga di Liga 1 musim ini, terakhir kali Pendekar Cisadane berjibaku di kompetisi nomor wahid Indonesia adalah musim 2014 silam saat kompetisi masih bernama Indonesia Super League (ISL) atau Liga Super Indonesia.

Namun performa buruk yang diperlihatkan klub kesayangan Laskar Benteng Viola (LBV) ini, hanya mengoleksi 15 poin dari 20 pertandingan yang mereka jalani di Wilayah Barat, memaksa Pendekar Cisadane terdegradasi bersama Persijap (sesama penghuni Wilayah Barat), dan Persepam serta Persiba (dua tim terbawah di Wilayah Timur) ke Divisi Utama (kini setara Liga 2).

Penampilan buruk tersebut juga dinilai akibat krisis finansial yang mendera Persita. Pasalnya, muncul kasus tunggakan gaji pemain sehingga secara psikologis, pemain sulit tampil maksimal lantaran fokus mereka tidak sepenuhnya ada di atas lapangan.

Persepakbolaan Tangerang yang Disegani

Tangerang dianugerahi kesebelasan sepakbola yang melegenda yakni Persikota dan Persita. Pada era 1990-an hingga 2000-an, keduanya bersaing ketat di level teratas sepakbola Indonesia. Persita bahkan pernah menapak final Liga Indonesia musim 2002 sebelum akhirnya ditaklukkan Petrokimia Putra di final.

Persita lahir terlebih dahulu pada tahun 1953 sebagai representasi Kabupaten Tangerang. Sedangkan Persikota baru muncul di tahun 1994 seiring dengan hadirnya Kotamadya Tangerang setahun sebelumnya. Kota Tangerang sendiri merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Tangerang.

BACA JUGA:  Darah Pekanbaru dalam Nadi Herman Dzumafo

Baik Pendekar Cisadane maupun Bayi Ajaib, julukan Persikota, juga pernah dihuni nama-nama pesepakbola berkelas. Misalnya saja Firman Utina, Ilham Jayakesuma, dan Zaenal Arif (Persita) serta Aliyudin, Firmansyah dan Jendri Pitoy (Persikota). Wajar bila persepakbolaan Tangerang sempat disegani pada masanya.

Partai derbi yang melibatkan keduanya juga dikenal sangat intens dan panas. Tak heran kalau kerusuhan suporter, Laskar Benteng Viola dan Laskar Benteng Mania (pendukung Persikota) acap lahir saat derbi Tangerang.

Tatkala Persikota atau Persita menjamu lawannya masing-masing di Stadion Benteng, tawuran antar pendukung kedua kubu yang sebetulnya tidak melakoni derbi juga sering terjadi dan membuat warga sekitar stadion merasa resah.

Hal inilah yang kemudian memantik Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tangerang buat mengeluarkan fatwa haram terhadap sepakbola. Alasan MUI sederhana, sepakbola di Tangerang lebih banyak menghadirkan dampak negatif ketimbang riwayat positif.

Secercah Harapan

Momen getir berupa larangan memanggungkan pertandingan sepakbola di Tangerang, menjadi tim musafir, dan tak berlaga di divisi teratas sepakbola Indonesia memacu Persita untuk tampil sebaik-baiknya di Liga 1 musim 2020 usai semuanya terlewati.

Keberadaan Stadion Benteng Taruna, manajemen Persita yang lebih kompeten dibanding sebelumnya, dan barisan pemain yang punya kualitas, jadi secercah harapan baru bagi suporter fanatik Pendekar Cisadane.

Menjadi kampiun Liga 1 adalah kemustahilan. Namun selamat dari ancaman degradasi atau menembus 10 besar rasanya masih dapat diwujudkan, tentu dengan syarat anak asuh Widodo bisa tampil apik dan konsisten sepanjang musim.

Ada cukup banyak misi yang dibawa Persita sekembalinya mereka ke Liga 1. Tak sekadar memulihkan namanya sebagai salah satu kesebelasan ikonik, tapi juga menghadirkan harapan baru bagi persepakbolaan Tangerang yang sempat terasingkan.

Komentar