FIFA Laws of the Game menyatakan bahwa durasi dalam satu laga normal sepakbola adalah 90 menit. Peraturan ini berlaku dimanapun pertandingan sepakbola resmi digelar. Selama itu pula masing-masing 11 pemain dari kedua tim bermain di lapangan.
Pertandingan Manchester City melawan Liverpool di Liga Inggris dan pertandingan PS Sleman melawan Persikabo di Liga 1 sama-sama berlangsung selama 90 menit.
Walaupun secara durasi waktu sama, apakah kedua pertandingan tersebut menyajikan hal yang juga sama? Dalam hal kualitas aksi sepakbola para pemain tentu berbeda.
Pernyataan Shin Tae-yong mungkin bisa menjadi gambaran tentang perbedaan tersebut. Pelatih tim nasional Indonesia ini mengeluarkan pernyataan yang cukup berani setelah menggelar pemusatan latihan timnas Indonesia Februari lalu.
Pelatih asal Korea Selatan tersebut mengatakan bahwa pemain Indonesia secara fisik sudah kelelahan setelah bermain selama 20 menit. Sebuah pernyataan yang kemudian menimbulkan perdebatan. Ada yang setuju, tetapi tidak sedikit pula yang meragukan.
Seburuk apakah jika pemain Indonesia hanya mampu bermain maksimal selama 20 menit dalam pertandingan sepakbola yang berlangsung hingga 90 menit? Apa yang dilakukan pemain selama sisa waktu 70 menit?
Pertanyaan lanjutan yang kemudian harusnya muncul adalah mengenai pertandingan-pertandingan di kompetisi teratas sepakbola Indonesia, Liga 1. Bagaimana kualitas pertandingan Liga 1 Jika pemain yang berkompetisi ternyata kemampuan fisiknya sudah kelelahan setelah 20 menit?
Dari permasalahan di atas, studi ini dibuat. Bukan untuk menambah perdebatan soal pernyataan Shin Tae-Yong, tetapi untuk memberikan gambaran lain soal menit bermain. Akan dilakukan perhitungan waktu efektif bermain pada tiga pertandingan PS Sleman pada Shopee Liga 1 2020.
Waktu efektif bermain di sini adalah waktu bola dalam keadaan aktif di lapangan atau on play. Perhitungan sendiri dilakukan manual dengan menggunakan stopwatch. Setiap kali bola dalam keadaan tidak aktif atau off play perhitungan waktu akan dihentikan.
Perhitungan waktu efektif bermain ini dilakukan sebagai kajian awal untuk mengetahui kualitas Liga 1 dalam hubungannya dengan intensitas permainan. Intensitas pertandingan dalam sepakbola sering diartikan sebagai banyaknya aksi yang dilakukan pemain dalam kurun waktu 90 menit.
Aksi sepakbola sendiri hanya bisa dilakukan saat bola dalam keadaan aktif. Oleh karena itu, perhitungan ini dilakukan. Makin tinggi nilai waktu efektif bermain, seharusnya makin banyak aksi yang bisa dilakukan oleh pemain dalam pertandingan.
Studi Kasus Laga PSS dan Perbandingan dengan Kompetisi di Eropa
Di tiga pertandingan awal Shopee Liga 1 2020, PSS berhadapan dengan PSM, Persikabo, dan Persib. Dari laga itu, Laskar Sembada hanya mampu mendapatkan satu poin dari hasil imbang saat menjamu tamunya dari Bogor, sedangkan dua laga lain berakhir dengan kekalahan.
Gambar 1. Waktu Bermain Efektif PSS dalam tiga pertandingan di Shopee Liga 1 2020
Terlepas dari hasil akhir yang kurang memuaskan, perhitungan waktu efektif bermain dari anak asuh Dejan Antonic menjadi salah satu kasus yang bisa dikaji. Hasil pengambilan data dari tiga pertandingan tersebut disajikan pada Gambar 1.
Waktu efektif bermain paling tinggi terjadi pada laga PSS melawan PSM dengan nilai 47 menit 47 detik. Sementara itu, pertandingan PSS melawan Persib memiliki waktu efektif bermain paling , yakni 40 menit 10 detik.
Secara rata-rata, dari tiga pertandingan, Irfan Bachdim dan kolega memiliki nilai waktu bermain efektif selama 44 menit 44 detik. Bisa dikatakan bahwa pada tiga pertandingan awal Shopee Liga 1 ini, dalam tiap pertandingan selama 90 menit, bola dalam keadaan aktif hanya selama 44 menit 44 detik.
Kita tidak bisa menilai bagus atau tidaknya lama waktu bermain efektif di atas jika tidak ada komparasi. Sebagai pembanding, ada data Effective Playing Time (EPT) untuk Liga Inggris musim 2019/2020 yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Effective Playing Time Premier League 2019/2020 hingga bulan Juni
Hingga bulan Juni, rata-rata EPT untuk Liga Inggris adalah 55 menit 11 detik. Jadi terdapat selisih 10 menit 27 detik jika dibandingkan dengan pertandingan PSS di Shopee Liga 1 2020.
Sebab dan Akibat Rendahnya Effective Playing Time
Dari Gambar 1 dan Gambar 2, dapat disimpulkan bahwa waktu bermain efektif untuk Liga 1 lebih rendah dibandingkan dengan salah satu kompetsi elit Eropa tersebut.
Oleh karena itu, aksi sepakbola yang bisa dilakukan oleh para pemain di Liga Inggris lebih banyak dibandingkan dengan pesepakbola di Liga 1, meskipun waktu pertandingannya sama-sama 90 menit.
Namun, data tersebut hanya menunjukkan perbedaan waktu bola dalam keadaan aktif di lapangan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tempo dan intensitas permainan perlu dilakukan perhitungan lanjutan.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menghitung jumlah semua aksi pemain selama 90 menit. Intensitas pertandingan yang tinggi tentu akan membantu pemain terus berkembang.
Meski begitu dari pengamatan secara langsung, satu faktor yang menyebabkan nilai waktu efektif bermain di Liga 1 kecil adalah banyaknya permainan yang berlangsung kurang terstruktur dengan baik.
Akibatnya, momen transisi jadi banyak terjadi. Hal tersebut pernah dibahas oleh analis performa kawakan dalam ranah sepakbola Indonesia, Rochmat Setiawan.
Momen transisi itu membuat tempo permainan di Liga 1 sering berjalan cepat. Namun, hal ini justru menurunkan intensitas permainan.
Kondisi tersebut disebabkan karena aksi yang harus dilakukan umumnya adalah sprint jarak jauh yang kemudian membutuhkan waktu istirahat yang lebih lama. Untuk mendapatkan waktu istirahat itu, pemain sering melakukan pelanggaran, membuang bola keluar, hingga berpura-pura cedera.
Jadi intensitas jadi alat ukur cukup akurat buat tau di mana level sebuah tim, turnamen atau pemain.
Tadi kita sudah bahas soal lamanya bola dalam situasi on play jadi penunjuk awal intensitas, yang dengan mudah bisa kita liat di fase development pemain junior.
Kita lanjutkan.. https://t.co/mkumlMvbSM
— Rochmat Setiawan (@dribble9) October 25, 2019
Situasi yang berbeda terjadi di beberapa liga dengan kualitas sepakbola yang lebih baik. Dengan permainan yang lebih terstruktur, kerapatan aksi yang dilakukan oleh pemain menjadi lebih banyak.
Naiknya tempo permainan pun akhirnya disebabkan oleh banyaknya aksi yang dilakukan pemain, bukan karena besarnya aksi yang harus dilakukan, seperti pada Liga Indonesia.
Apa yang Bisa dilakukan PS Sleman?
Jadi, waktu bermain efektif ternyata bisa menjadi indikator awal mengenai intensitas pertandingan. Di tiga pertandingan yang sudah dijalani di Shopee Liga 1 2020, Super Elja mencatatkan waktu bermain efektif selama 44 menit 44 detik atau 49% dari total 90 menit di lapangan.
Secara pengamatan mata, hal ini disebabkan oleh gaya main yang dimainkan oleh klub-klub di Liga 1 yang mengharuskan pemain melakukan aksi besar sehingga membutuhkan waktu istirahat yang relatif lama.
Perhitungan lebih lanjut mengenai pertandingan-pertandingan lain di Liga 1 masih perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
Selain itu, faktor jumlah aksi dan tempo pertandingan juga perlu untuk dimasukkan ke dalam perhitungan waktu bermain efektif ini untuk mendapatkan gambaran mengenai intensitas pertandingan yang lebih detail.
Lebih lanjut, mungkin pernyataan Shin Tae-yong ada benarnya. Bisa jadi saat kita memperhitungkan jumlah, konsistensi, dan kualitas aksi pemain dalam jangka waktu 44 menit 44 detik tersebut masih bisa berkurang.
Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh PSS sebagai klub peserta Liga 1?
Langkah pertama adalah memastikan bahwa para penggawa Super Elja mampu secara konsisten melakukan aksi dengan kualitas yang baik, setidaknya selama nilai waktu bermain efektif yang dilakukan dalam tiga laga yang sudah dijalani. Setelahnya, perlahan mencoba menaikkan waktu bermain efektifnya.