Geliat Bhayangkara FC pada bursa transfer pertengahan musim Liga 1 2021/2022 terbilang kalem-kalem saja. Tercatat, hanya ada dua pemain baru yakni Herman Dzumafo dan Melvin Platje.
Keduanya didatangkan dengan alasan yang bisa dipahami. Dzumafo adalah striker veteran di Indonesia.
Usianya yang sudah 41 tahun tidak menutup kemungkinan ia masih bisa menjadi tambahan amunisi yang ganas. Buktinya, ia sukses membantu Dewa United promosi ke Liga 1 per musim depan.
Tidak hanya itu, ketajamannya masih teruji. Empat gol berhasil ia sarangkan dari 14 pertandingan bersama Dewa United. Catatan yang tidak buruk-buruk amat sebagai penyerang gaek.
Terlebih, Bhayangkara memang tidak punya sosok yang bisa melapisi sang bomber andalan, Ezechiel N’Douassel.
Pemain berpaspor Chad tersebut merupakan sosok dengan menit bermain terbanyak keempat di skuad The Guardians. Totalnya 1288 menit.
Kontribusinya pun terbilang signifikan. Selama 15 laga, ia telah mencatatkan sembilan gol dan dua asis. Ia berkontribusi sebanyak 40,7% dari total gol Bhayangkara sampai pekan ke-20.
Selama putaran pertama, nyaris tidak ada yang bisa menggantikan peran penting Ezechiel sebagai ujung tombak.
Dendy Sulistyawan yang biasa dipasang di depan terbilang kurang produktif karena baru mengepak dua gol dan dua asis dari 20 pertandingan.
Maka, keputusan mendatangkan Dzumafo sebagai deputi Ezechiel dinilai tepat. Keduanya punya postur menjulang, 186 sentimeter. Wajar kalau Paul Munster semringah.
Lalu bagaimana dengan Platje? Apakah ia didatangkan hanya karena kekosongan satu slot pemain asing usai Renan Silva dilepas ke Madura United?
Jawabannya, tidak. Malah, kedatangan Platje jauh lebih signifikan dan konkret ketimbang Dzumafo yang masih berbicara hitungan di atas kertas.
Kontribusi Platje bagi The Guardians sudah terlihat nyata. Ya, ia menyumbang tiga gol dari tiga pertandingan.
Padahal, Platje baru bermain selama 182 menit. Belum sekalipun ia bermain penuh 90 menit dalam suatu pertandingan bareng tim barunya ini.
Di pertandingan terakhirnya, Platje membantu Bhayangkara bangkit dari ketertinggalan dan menang via skor 2-1 atas Persebaya. Kala itu, ia merumput selama 88 menit.
Pemain dengan kewarganegaraan Belanda tersebut seolah melengkapi Bhayangkara yang sudah solid sejak awal musim. Bagaimana bisa?
Di tangan Munster, Platje dimainkan di posisi naturalnya, sayap kiri. Posisi yang sama bersama klubnya di putaran pertama, Bali United.
Perannya sangat vital bagi skema serangan Bhayangkara. Dengan pemahamannya akan posisi yang tepat untuk menerima bola, ditambah teknik umpan yang sangat akurat, serta visi bermain yang tinggi, ia menjelma jadi playmaker yang berada di sayap.
Begitu serangan berada di sisi kiri, Platje menjadi poros pergerakan pemain di sekitarnya. Entah bek kiri atau gelandang yang ikut naik menyerang.
Cara mainnya itu terlihat ketika Bhayangkara meladeni Madura United dan Persebaya. Ritme serangan tim tidak melulu diatur oleh Evan Dimas atau Lee Yu-Jun yang beroperasi di area tengah.
Selain itu, dua golnya ke gawang Madura United menunjukkan bahwa ia sangat nyaman bermain melawan tim dengan blok pertahanan tinggi.
Karena pemahaman posisinya yang tinggi, ia bisa mengeksploitasi ruang yang terbuka atau memberi umpan kepada rekannya yang sudah berlari menuju ruang terbuka.
Platje juga tidak kaku ketika harus menerima bola-bola atas di kotak penalti. Golnya ke gawang Persebaya menunjukkan ia bisa jadi tandem Ezechiel di depan.
Akibatnya, pemain bertahan lawan kian terbagi fokusnya. Mereka tak bisa fokus kepada Ezechiel seorang sebab ada Platje yang sangat berbahaya kalau dilepas sendirian.
Kemampuannya menyelesaikan peluang jadi aspek yang paling bisa melengkapi Bhayangkara.
Sampai pekan ke-20, The Guardians telah mencetak 27 gol. Raihan ini sama dengan Arema FC di posisi dua, Persib di posisi tiga, serta PSS di posisi sembilan.
Sebagai pemuncak klasemen, catatan gol tim asuhan Munster hanya kalah dari Persebaya, Persikabo 1973, dan Bali United.
Sayangnya, meski punya catatan gol cukup baik. Rasio konversi peluang mereka jauh dari kata ideal yakni 24,7 persen. Bhayangkara butuh 109 tembakan tepat sasaran untuk mencetak 27 gol. Angka tersebut jelas mubazir.
Bagaimana tidak, Persib hanya perlu 89 shot on target dan Arema hanya perlu 79 tembakan tepat sasaran buat mencetak gol dengan jumlah serupa.
Bahkan PSS yang sekarang masih terseok di papan tengah klasemen, punya koleksi gol yang sama dari 70 tembakan tepat sasaran.
Sementara Persebaya yang punya koleksi gol terbanyak sejauh ini, cuma butuh 77 tembakan tepat sasaran.
Bhayangkara sangat memerlukan pemain yang klinis di depan. Tanpa adanya pemain seperti itu, mereka kehilangan kesempatan mencetak gol. Tanpa mencetak gol, peluang mengais tiga poin mengabur.
Tengok saja pada pekan ke-13 dan ke-14 lalu. Bhayangkara hanya memperoleh dua poin saat bermain seri 0-0 dengan PSS dan PSIS.
Padahal, dalam dua partai tersebut, Ezechiel dan kawan-kawan membukukan masing-masing tujuh dan sembilan shot on target. Bukan jumlah yang sedikit, bukan?
Dengan kehadiran Platje di putaran kedua, bukan tidak mungkin lini serang Bhayangkara akan jauh lebih efektif. Kemampuan mereka mengkreasikan peluang kini dilengkapi pemain yang mampu mengonversi peluang.
Saat menang 3-2 atas Madura United, Bhayangkara hanya menciptakan lima shot on target. Ketika menang 2-1 atas Persebaya, mereka cuma menciptakan empat shot on target.
Platje sendiri menyumbang lebih dari setengah total gol yang diciptakan Bhayangkara dalam sepasang laga tersebut.
Saat ini, The Guardians duduk di puncak klasemen Liga 1. Maka menarik menanti kelanjutan kiprah Platje bersama tim barunya. Mungkinkah kehadirannya memuluskan jalan Bhayangkara menjadi juara?