PSIS Harus Menemukan Konsistensinya

Seseorang ingin memiliki bangunan yang indah, besar, dan monumental. Hal apakah yang harus dipersiapkannya? Apakah cukup dengan konsep, bahan, tenaga kerja, dan waktu?

Semakin besar dan indah wujud bangunan, semakin banyak bahan yang harus disiapkan. Hal itulah yang mesti disiapkan oleh PSIS.

Seri kedua Liga 1 2021/2022 telah usai. Evaluasi sampai pembenahan akan menjadi fokus utama seluruh klub peserta mengingat pertandingan di seri ketiga akan semakin banyak.

Hal tersebut juga menjamin tingginya tekanan yang bakal dihadapi semua kesebelasan. Baik yang sedang bersaing di papan atas maupun papan bawah.

Perjalanan masing-masing klub di Liga 1 2021/2022 musim ini tidaklah mudah. Mereka bergantian tampil apik di pekan awal, kemudian mulai goyah karena tekanan dalam beberapa pekan berikutnya.

Alhasil, mereka diharapkan bangkit oleh penggemar setianya pada momen-momen pamungkas menjelang seri berakhir.

Sumber Gambar: Liga Indonesia

Gambar pada tabel di atas menampilkan 10 besar klasemen sementara sampai pekan kesebelas.

Dalam seri pertama Liga 1, PSIS yang merupakan tim kebanggaan warga Semarang nangkring di posisi dua klasemen. Namun pada seri berikutnya, Laskar Mahesa Jenar mengalami ketidakstabilan sehingga posisinya di papan klasemen melorot.

PSIS mengawali seri kedua dengan dua kemenangan usai menekuk Persik dan Barito Putera.

Nahas, pada tiga laga selanjutnya mereka hanya mendapatkan satu poin. Pratama Arhan dan kawan-kawan imbang saat bersua Bali United serta takluk di tangan Persib dan Borneo FC.

Hasil-hasil tersebut bikin posisi PSIS di papan klasemen turun ke peringkat empat dengan raihan 19 angka setelah seri kedua usai.

Meski asa untuk bersaing di papan atas terus meletup, tetapi banyak yang mengkhawatirkan konsistensi PSIS.

BACA JUGA:  Tak Ada Turnamen Pra-Musim di Indonesia

Sanggupkah anak asuh Ian Gillan menjaga penampilannya sehingga tak keburu kehabisan bensin di tengah perlombaan?

Suporter fanatik PSIS sendiri memiliki harapan besar jika timnya dapat segera bangkit dan memperbaiki performanya. Sanggupkah hal itu diwujudkan?

Melihat PSIS sejak digelarnya turnamen Piala Menpora 2021 yang lalu, saya merasa seperti tengah bernostalgia.

Ya, saya seperti kembali ke masa Ali Sunan dan Tugiyo merumput sampai ketika tim ini dihuni pemain asing semisal Emmanuel De Porras dan Gustavo Hernan Ortiz.

Pada turnamen tersebut, PSIS menjadi salah satu kubu yang disegani. Bagaimana tidak, meski tergabung dengan Arema FC, Barito Putera, dan PS Tira-Persikabo, mereka sanggup menjadi kampiun grup.

Hal tersebut bikin penggemar PSIS gembira bukan main. Apalagi skuad Laskar Mahesa Jenar saat itu juga dijejali banyak talenta lokal berpotensi.

Banyak yang meyakini jika penampilan selama Piala Menpora 2021 menjadi pertanda bahwa PSIS akan bangkit sebagai salah satu kekuatan utama dalam peta sepakbola nasional.

Dukungan buat Arhan dan kolega juga pasti didapatkan dari masyarakat Jawa Tengah mengingat mereka adalah satu-satunya kesebelasan dari provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo tersebut di divisi teratas.

Penampilan yang masih fluktuatif membuat Ian Gillan harus menemukan strategi terbaik agar konsistensi betul-betul melekat pada skuad PSIS guna bertarung pada seri-seri berikutnya.

Percayalah, andai modal yang satu ini tak dimiliki Laskar Mahesa Jenar, mereka akan semakin tertinggal oleh para rival seperti Bhayangkara Solo FC dan Persib yang sepanjang seri pertama dan kedua terus bermain apik.

Dalam seri ketiga mendatang, lawan-lawan yang mesti dihadapi Arhan dan kawan-kawan adalah Persikabo, PSM, Bhayangkara Solo FC, PSS, Persita, Persipura, Persija, dan Persiraja.

BACA JUGA:  Mencintai Persib Bukanlah Tradisi, Melainkan Takdir

Kombinasi pemain senior dan junior di tubuh PSIS seharusnya tak bikin sang pelatih kesulitan. Toh, kualitas mereka sudah diakui.

Ian Gillan pasti sudah mengetahui kelebihan dan kelemahan para pemainnya sehingga proses menemukan konsistensi tersebut takkan berjalan kelewat lama.

Melihat PSIS bersaing di papan atas tentu menyenangkan bagi para pendukung setia. Hal ini pun dianggap sebagai momentum yang dapat mendekatkan mereka dengan titel juara yang diraih terakhir kali pada tahun 1999 silam.

Apakah impian itu terlalu muluk? Pendapat suporter bisa saja berbeda-beda. Namun selama Laskar Mahesa Jenar memiliki ambisi, hal itu bukan tidak mungkin untuk diwujudkan.

Jika PSIS dapat tampil solid serta konsisten pada seri-seri berikutnya, pembicaraan tentang gelar juara bukanlah hal tabu.

Yoh Iso Yoh!

Komentar
Penggemar sepakbola yang dapat disapa via akun Twitter @ricoaditama