Usai lama vakum, sepakbola Indonesia kembali menggeliat ketika turnamen pra-musim bertajuk Piala Menpora 2021 diselenggarakan. ‘Kegaduhan’ pun mulai terasa, utamanya di media sosial.
Akan tetapi, sensasi dari kancah sepakbola Indonesia tak hanya muncul karena itu saja. Di tengah-tengah gelaran Piala Menpora, lahirlah satu kabar yang bikin geger.
Salah satu artis kondang tanah air, Raffi Ahmad, bareng rekannya, Rudy Salim, resmi mengakuisisi klub asal Banten, Cilegon United.
Entah siapa yang berperan sebagai pembisik Raffi sehingga ia mau terjun ke kancah sepakbola Indonesia yang penuh dengan teka-teki.
Usai diakuisisi, Raffi dan Rudy sepakat untuk mengganti nama klub menjadi RANS Cilegon FC.
Tak sampai di situ, mereka juga merekrut sosok kawakan, Bambang Nurdiansyah, sebagai pelatih. Sementara Hamka Hamzah yang juga pesepakbola kenamaan di Indonesia, didapuk sebagai manajer tim.
Klub yang saat ini berlaga di Liga 2 itu rencananya akan berpindah markas ke Jakarta.
Meski suara sumbang terus menggema dari suporter mereka yang asal Cilegon, tekad Raffi dan Rudy tampaknya sudah bulat untuk mengadu nasib di ibu kota.
Tak main-main, demi menjadi klub yang benar profesional dan mandiri, RANS Cilegon FC akan membuat pusat latihan di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Diharapkan, fasilitas tersebut bisa menunjang latihan tim utama maupun akademi yang juga segera dibentuk.
Walau bukan sebuah hal baru, setidaknya visi Raffi dan Rudy dalam mengembangkan RANS Cilegon FC tampak jelas.
Terlebih banyak gosip yang mengatakan bahwa dua lelaki yang masih tergolong muda tersebut akan mengelola RANS Cilegon FC seperti Bali United.
Bagaimana Bali United dikelola dengan sangat baik oleh pihak manajemen sehingga beroleh dukungan masif suporter, memiliki banyak sponsor, diminati pemain bintang, dan akhirnya memperoleh gelar juara liga, memang pantas dijadikan bahan pelajaran.
Mesti diakui, menyontek tata kelola ala Serdadu Tridatu jadi hal yang patut dilakukan oleh Raffi dan Rudy buat mengatrol popularitas dan performa RANS Cilegon FC.
Sedikit mengulas perjalanan Bali United, klub yang dimiliki Pieter Tanuri itu awalnya cuma ‘tim tamu’ di Pulau Dewata.
Sebelum mereka datang, Bali sudah lebih dahulu dikukuhkan oleh keberadaan Perseden dan Persegi.
Namun prestasi muram dari sepasang kesebelasan era Perserikatan itu bikin nama Bali United melambung dan akhirnya dicintai publik Pulau Dewata.
Hal itu pula yang mungkin jadi pertimbangan Raffi dan Rudy sampai akhirnya berani menghidupi RANS Cilegon FC.
Kendati di masa yang akan datang mereka takkan bermarkas di Cilegon, peluang untuk menggaet penikmat sepakbola di pesisir utara Jakarta tentulah besar.
Apalagi tim kebanggaan warga utara Jakarta selama ini, Persitara, sedang tak jelas nasibnya. Hidup segan, mati tak mau.
Disokong dana yang tidak sedikit, Bambang sebagai nakhoda tentu dapat dimanjakan oleh pihak maanjemen. Pemain-pemain incarannya bisa dengan mudah didatangkan.
Tak terkecuali para bintang lapangan hijau yang ingin mencicipi tantangan baru. Toh, ada Hamka juga di tubuh tim sehingga kans merayu pemain-pemain incaran agar mau merapat jadi kian besar.
Optimisme perihal masa depan cerah RANS Cilegon FC memang beralasan. Raffi walau seorang artis juga menekuni dunia bisnis. Paling tidak, ia memahami iklim dari bidang yang satu ini.
Sementara Rudy yang sejatinya pebisnis, tentu lebih mengerti lagi lika-liku dunia industri, kendati pemanahamannya tentang industri sepakbola Indonesia perlu diperdalam.
Satu-satunya hal yang belum teruji adalah kemampuan Raffi dan Rudy menghadapi atmosfer sepakbola Indonesia yang sarat masalah dan tak menentu.
Launching klub yang penuh kesan mewah dan menjanjikan, semoga saja tidak cuma muncul di permukaan.
Secara keseluruhan, Raffi dan Rudy memang tampak siap menjalankan kendaraan bisnisnya dalam industri sepakbola.
Semoga saja tidak akan ada kasus gaji pemain yang ditunggak manajemen RANS Cilegon FC pada masa depan.
Apalagi iklim Indonesia seringkali tak bersahabat bagi klub-klub yang banyak mendatangkan pemain mahal dan berstatus bintang lantaran di tengah jalan mereka acap pergi karena performa tim yang buruk serta gaji yang ditunggak pihak manajemen.
Tanpa ambisi kekuasaan seperti figur-figur yang selama ini keluar masuk manajemen sebuah klub, RANS Cilegon FC bersama Raffi dan Rudy bisa saja menempuh jalan lain yang lebih elok untuk bersinar sebagai kesebelasan profesional dan mandiri di kancah sepakbola Indonesia.