Sekelumit Kisah Si Jalak Harupat dan Persikab Kabupaten Bandung

Si Jalak Harupat, adalah salah satu stadion di sudut Provinsi Jawa Barat. Tepatnya berada di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung.

Pembangunan stadion ini dimulai pada bulan Januari 2003 dan diresmikan tepat di hari jadi Kabupaten Bandung ke-364 tahun pada tanggal 26 April 2005. Pembangunan stadion ini menghabiskan biaya 67,5 milyar.

Nama stadion yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Bandung ini diambil dari julukan salah satu pahlawan yang berasal dari Kabupaten Bandung yaitu Otto Iskandardinata.

Satu hal yang terus dikenang hingga hari ini adalah dari Otto Iskandardinata adalah sifatnya yang pemberani, tidak suka berbasa-basi, dan tak ragu untuk menyampaiakan pendapat.

Karakter inilah yang menjadi alasan dibalik pemberian istilah Si Jalak Harupat sebagai julukan bagi Otto Iskandardinata. Si Jalak Harupat adalah sebutan untuk ayam jantan yang kuat, pemberani, bersuara nyaring saat berkokok, dan sebagai ayam aduan ia adalah ayam jago yang sangat sulit dikalahkan.

Kembali ke penghujung 1952, Kabupaten Bandung, Jawa Barat hingga negeri ini kehilangan seorang pejuang bernama Otto Iskandardinta.

Saat itu terdapat peti mati selayaknya pemakaman pada umumnya, sayangnya bukan jenazah yang berada pada peti itu, yang ada hanya pasir dan air laut yang berasal dari kawasan pesisir Mauk, Tangerang, Banten.

Jasad si Jalak Harupat, entah berada di mana, penyebab dan proses kematiannya pun masih menjadi misterius hingga hari ini. Tak ada yang tersisa dari Otto Iskandardinata, selain cerita heroik perjuangan dan jasa-jasanya. (Raditya, Iswara N. “Kematian Misterius Jagoan dari Bojongsoang,Tirto.id. 31 Maret 2017.

Menghilangnya keberadaan Otto Iskandardinata rasa-rasanya identik seperti klub yang sama-sama berasal dari Kabupaten Bandung, yaitu Persikab. Persikab yang lahir 30 tahun setelah Persib di tahun 1963 kini telah hilang dari radar persepakbolaan Indonesia.

BACA JUGA:  Mark Schwarzer dan Perihal Sunyinya Menjadi Kiper Cadangan

Tim yang berjuluk Laskar Dalem Bandung ini macam hilang ditelan bumi. Tak seperti beberapa tahun yang lalu, saat Persikab masih mampu bersaing meski hanya di level Divisi Utama.

Pembangunan Stadion Si Jalak Harupat oleh Pemerintah Kabupaten Bandung pun sebenarnya untuk dapat mendongkrak prestasi Persikab, yang masih saja kesulitan untuk mendekati level saudara tuanya Persib.

Prestasi terbaik Persikab pun hanya sebatas menjadi juara Divisi 1 pada tahun 1995. Selebihnya Persikab hanya mencoba untuk mempertahankan eksistensinya di persepakbolaan Indonesia.

Dalam sejarahnya Persikab menjadi tempat yang cukup nyaman untuk para pemain berkualitas macam Tantan, Gilang Angga, Alejandro Tobar, Pablo Frances, Andro Levandy, Rodrigo Santoni, Dadang Sudrajat, Yaris Riyadi, hingga Bakrie Umarella.

Tentunya, Tantan Dzalikha adalah nama yang paling diingat oleh Lulugu, sebutan suporter Persikab. Sebagai putra daerah yang lahir dan besar di Kabupaten Bandung, Tantan sempat menjadi harapan bagi para Lulugu untuk melihat Persikab di level tertinggi persepakbolaan Indonesia, walau memang harapan hanya tinggal kenangan.

Dicabutnya dana APBD begitu berdampak terhadap kelangsungan hidup Persikab, ketidakmampuan manajemen untuk menarik sponsor semakin memperparah keadaan Persikab saat itu.

Nihilnya sosok yang benar-benar tau cara mengelola sebuah klub menjadi katalisator kehancuran Persikab. Tak adanya basis supporter yang benar-benar solid di belakang Persikab membuat tim ini kesulitan untuk melangkah maju.

Stadion amat jarang bahkan tidak pernah terisi penuh oleh penonton, inilah alasan kuat kenapa Persikab selalu kesulitan mendapatkan sponsor. Para perusahaan sponsor pastinya tidak ingin mengiklankan produk mereka hanya kepada bangku-bangku kosong stadion.

Puncaknya pada tahun 2014, tepat ketika Persib mengakhiri puasa gelarnya selama 19 tahun, Persikab harus rela terdegradasi dari Divisi Utama.

BACA JUGA:  Relativitas Ruang dan Waktu dalam Sepak Bola Johan Cruyff

Terdegradasi ditambah tidak adanya kompetisi resmi saat itu membuat keberadaan Persikab terombang-ambing dalam ketidakjelasan situasi. Pada akhirnya pembubaran tim menjadi jalan keluar.

Aktivitas sepakbola di Kabupaten Bandung pun dengan segera sirna terkecuali saat menampung sang saudara tua bermain di Si Jalak Harupat.

Kini di tahun 2017, secercah harapan hadir di sudut Kabupaten Bandung. Sekelompok Lulugu mencoba untuk membangunkan Laskar Dalem Bandung dari tidur panjangnya.

Konsolidasi dengan pemerintah Kabupaten Bandung segera dilaksanakan demi melahirkan kembali tim Persikab. Segalanya akan dimulai kembali dari awal, Persikab kali ini sedang mempersiapkan diri menuju Liga Nusantara atau divisi terbawah Liga Indonesia.

Tim ini berisikan mayoritas pemain muda asli Kabupaten Bandung yang siap membawa Persikab bersaing di Liga Nusantara. Lulugu, pemerintah, masyarakat Kabupaten Bandung dan tentunya pemain Persikab sedang berusaha untuk mengembalikan tim ini di tempat sepantasnya mereka berada, dan tidak akan membiarkan tim ini hilang dan mati selayaknya Si Jalak Harupat, Otto Iskandardinata.

Komentar
Pencinta sepakbola.