Mencari pemain Asia yang berlaga di Eropa kini tidaklah sulit. Pemain Asia kini bisa ditemui secara mudah di daftar line-up tim besar sekali pun. Jika pada akhir dekade 1990-an kita hanya bisa mendapati pemain Asia di klub sekelas Arminia Bielefeld, kini kita bisa mendapati pemain Asia di starting line-up klub sekelas Schalke 04 dan Internazionale. Di deretan pemain yang masuk skuat tim nasional Jepang untuk Piala Dunia 2014, misalnya, kita bisa mendapati sampai 12 pemain yang berlaga di kompetisi Eropa.
Menyinggung soal kiprah pemain Asia di kompetisi Eropa tentu tidak bisa dilepaskan dari sosok Yasuhiko Okudera. Pemain yang berposisi sebagai gelandang dan bek sayap ini adalah salah satu pionir eksodus pemain Asia ke kompetisi Eropa. Di saat rekan-rekannya masih belum mengenal sepak bola profesional, Okudera telah menjejakkan kakinya di Eropa.
Pada dekade 1970-an, saat karir Okudera sebagai pemain sepak bola dimulai, kompetisi tertinggi sepak bola Jepang masih berupa kompetisi amatir. Klub peserta kompetisi umumnya adalah klub dari korporasi-korporasi yang ada di Jepang. Ketika itu, Okudera bermain untuk Furukawa Electric, cikal bakal klub professional, JEF United Ichihara. Furukawa Electric sendiri kala itu merupakan salah satu klub top di liga Jepang.
Penampilannya bersama Furukawa Electric mengantarkannya masuk tim nasional (timnas) Jepang. Bersama tim nasional Jepang inilah Okudera berkenalan dengan sepak bola Jerman. Saat timnas Jepang mengadakan tur ke Jerman, Okudera menarik perhatian Hennes Weisweiler, pelatih FC Koln waktu itu.
Saat tawaran datang dari FC Koln, Okudera dihadapkan pada pilihan besar. Menjadi pemain profesional di Jerman jelas merupakan tawaran yang menggiurkan, apalagi jika tawaran datang dari FC Koln, yang ketika itu rutin menghuni papan atas Bundesliga. Namun, tak ada yang bisa menjamin kalau Okudera akan bisa bertahan sebagai pemain profesional di Jerman. Pihak Furukawa Electric bahkan bersedia menjamin pekerjaannya jika akhirnya ia gagal di Jerman.
Kepindahan Okudera terealisasi pada akhir awal musim kompetisi 1977/1978. Dengan biaya transfer sebesar 75 ribu poundsterling, laki-laki yang sebelumnya bekerja sebagai operator komputer ini resmi menjadi pemain Jepang pertama yang mengikat kontrak profesional di klub Eropa. Sebuah langkah besar bagi sepak bola Jepang dan Asia.
Debutnya di sepak bola profesional dijalaninya pada 5 oktober 1977 di kota Duisburg. Sebanyak 30.000 pasang mata di Wedaustadion hari itu menjadi saksi sejarah, ketika seorang pemain dari negeri timur jauh untuk pertama kalinya menendang si kulit bundar dalam pertandingan resmi Bundesliga. Pada pertandingan pertamanya, Okudera ikut andil membawa FC Koln menaklukkan tuan rumah MSV Duisburg dengan skor 2-1.
Pada musim perdananya, Okudera ikut andil membawa FC Koln merebut gelar Bundesliga dan DFB Pokal. Sepanjang musim, Okudera bermain sebanyak 20 kali dengan mencetak 4 gol. Gol pertamanya di Bundesliga dicetak pada spieltag 32 di Stadion Betzenberg, markas FC Kaiserslautern. Pada pertandingan itu, sundulan kepala Yasuhiko Okudera pada menit ke-82 membawa FC Koln menaklukkan tuan rumah FC Kaiserslautern dengan skor 2-0.
Musim pertama menjadi musim yang berat bagi Okudera. Dalam sebuah wawancara dengan FIFA.com, Okudera menyebut adaptasi lingkungan menjadi hal yang paling berat. “Musim pertama adalah perjuangan berat. Bukan soal gaya bermain, tetapi butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan gaya hidup,“ kenang Okudera.
11 April 1979, Okudera kembali mencatatkan namanya di buku sejarah sebagai pemain Jepang pertama yang mencetak gol di kompetisi antarklub Eropa. Pada laga semifinal Piala Champions 1978/1979, FC Koln bertandang ke stadion City Ground, markas Nottingham Forest. Okudera yang memulai pertandingan dari bangku cadangan berhasil menjadi pahlawan bagi klubnya. Masuk pada menit ke-80 menggantikan Juergen Glowacz, Okudera mencetak gol bersejarah.
Diawali sebuah serangan balik, Roger van Gool menggiring bola dari sayap kanan. Okudera yang melakukan sprint dari sayap kiri menyambut umpan silang Van Gool sembari menusuk ke tengah. Dengan sekali kontrol, Okudera melepaskan sebuah tendangan kaki kanan mendatar dari luar kotak penalti. Bola tendangan Okudera tak mampu diantisipasi penjaga gawang legendaris Inggris, Peter Shilton. Gol Okudera tersebut berhasil mengubah kedudukan menjadi 3-3 sekaligus mengakhiri rekor Nottingham Forest yang tak pernah kebobolan lebih dari tiga gol di partai kandang sejak September 1977.
Tiga musim memperkuat FC Koln, Okudera meneruskan kariernya ke divisi 2 bersama Hertha Berlin. Hanya satu musim ia bermain untuk klub ibukota Jerman bersatu tersebut, Okudera melanjutkan petualangannya ke kota Bremen. Di kota inilah ia menghabiskan lima tahun kariernya bersama klub setempat, Werder Bremen. Bagi Okudera, lima musim di Werder Bremen menjadi masa di mana penampilannya paling stabil dan konsisten. Ia menyebut keberhasilannya beradaptasi dengan lingkungan dan budaya baru sebagai faktor pemicu konsistensi penampilannya di Bremen. Sayangnya, prestasi tertingginya bersama Bremen hanyalah runner-up Bundesliga. Selama lima musim memperkuat Bremen, Okudera tiga kali menjadi runner-up, yakni pada tahun 1983, 1985, dan 1986.
Usai sembilan tahun melanglang buana di Jerman, Okudera memutuskan untuk kembali ke Jepang. Keluarga menjadi pertimbangan utamanya ketika memutuskan kembali ke Jepang. Sepulang dari Jerman, ia pun kembali ke klub pertamanya, Furukawa Electric. Terbiasa bermain di level tinggi, ia kembali bermain sepak bola amatir dan hal ini menyebabkan permainannya menjadi kurang berkembang. “Saya bukanlah seorang playmaker. Saya adalah pemain yang butuh pemain lain bermain baik untuk memaksimalkan permainan. Saat bermain bersama pemain amatir, saya tidak pernah bisa memaksimalkan potensi saya di lapangan,” sebut Okudera dalam wawancara yang sama.
Melihat deretan pemain Asia, khususnya Jepang, yang bermain di kompetisi Eropa, Okudera tentu merasa bangga. Sebuah keputusan besar yang diambilnya nyaris empat dekade lalu telah diikuti banyak anak muda yang bercita-cita menjadi pemain profesional. Kini, pemain Asia banyak tersebar di sejumlah kompetisi papan atas Eropa. Di antara mereka, banyak yang menjadi pemain kunci di klub dan bukan hanya menjadi sekedar marketing gimmick klub-klub Eropa untuk mengeruk keuntungan dan menjamah pasar Asia. Untuk itu, mereka layak melongok dan berterima kasih kepada Yasuhiko Okudera.
*) Tulisan ini sebelumnya pernah tayang di Fandomagz edisi Asia. Ditayangkan kembali setelah melewati proses penyuntingan dan ralat. Jika sebelumnya Yasuhiko Okudera disebut sebagai pionir pemain Asia di Eropa, maka kali ini kami tak lagi menyebutnya demikian lantaran sebelum Okudera, Paulino Alcantara, seorang pesepak bola asal Filipina, sudah terlebih dahulu bermain di Eropa bersama Barcelona.