Muchlis Hadi Ning Syaifullah langsung mencetak gol perdana bagi PSM Makassar ketika menjalani debut di ajang Indonesia Super League (ISL). Muchlis yang masuk menggantikan Johan Yoga pada menit ke-62 mampu mencetak gol ke gawang Persiba Balikpapan pada menit ke-75.
Gol tersebut menutup kemenangan besar 4-0 sang tuan rumah atas Beruang Madu. Dengan hasil tersebut, untuk sementara Juku Eja berada di puncak klasemen QNB League – nama lain ISL.
Muchlis menunjukkan kualitasnya bersama timnas dan klub
Setelah sempat menurun performanya bersama timnas U-19 di ajang Piala Asia U-19 bulan Oktober tahun lalu, Muchlis mampu bangkit untuk menunjukkan kualitasnya. Penampilannya bersama timnas U-23 dan PSM jelas bisa jadi acuan bahwa dia siap untuk menjadi penyerang masa depan Indonesia.
Di ajang Kualifikasi Piala Asia U-23 lalu, Muchlis mampu mencetak dua gol dan empat asis dari tiga pertandingan yang dia jalani. Meski akhirnya timnas tidak lolos setelah kalah 0-4 dari Korea Selatan, catatan itu menjadikannya sebagai pemain yang paling bersinar di tim.
Dengan postur yang cukup ideal – tapi tetap perlu membesarkan badan – Muchlis berhasil menjadi penyerang yang cukup ditakuti lawannya. Dia bisa mencetak gol melalui situasi permainan terbuka dengan kaki maupun kepalanya. Pemain kelahiran Mojokerto, 26 Oktober 1996 ini juga memiliki kemampuan untuk memberikan umpan-umpan ciamik bagi rekannya. Itulah mengapa dia bisa mencatatkan dua gol dan empat umpan cantik yang mampu diselesaikan rekannya menjadi gol.
Berlatih bersama sang ayah
Kemampuan yang dia miliki sekarang tidak lepas dari polesan tangan dingin seorang Samsul Hadi. Pria tersebut tak lain adalah ayah dari Muchlis sendiri. Samsul Hadi merupakan pelatih pertama sekaligus orang paling berpengaruh terhadap perkembangan bakat sepak bolanya hingga menjadi seperti sekarang ini.
Putra pertama dari dua bersaudara pasangan Samsul Hadi dan Sulifah ini pada awalnya tidak mampu untuk masuk ke SSB berkualitas bagus yang berada di Malang ataupun Surabaya. Alhasil, Muchlis yang sudah mulai menyukai sepak bola sejak kelas 3 SD ini berlatih bersama sang ayah sembari bermain bersama dengan perkumpulan sepak bola di kampungnya, desa Blimbingsari, kecamatan Sooko, kabupaten Mojokerto.
“Sejak SD saya sudah melihat bahwa anak saya memang punya talenta bola. Saya yakin saat itu anak saya bakal menjadi pemain jadi (pemain bola dengan skill tinggi). Karena tak mampu di SSB Surabaya atau Malang, saya didik sendiri di kampung,” kata Samsul Hadi seperti dikutip dari Tribunnews.
Dilatih oleh ayahnya sendiri bukan berarti kalah kelas dengan yang berlatih di SSB. Samsul Hadi merupakan bekas pemain Persekap Pasuruan dan Assyabaab Surabaya era 1980 hingga 1990-an. Di Assyabaab dia bermain bersama dengan Mustakim dan Putut Wijanarko, dua pemain legendaris Persebaya. Samsul juga pernah ditunjuk menjadi pelatih Persebaya U-14. Dengan pengalamannya itulah, Samsul bisa memberi dasar bermain sepak bola yang baik untuk Muchlis mulai dari bagaimana caranya mengumpan yang benar, menggocek bola, menendang, juga melakukan sundulan.
Ketika memasuki SMP, Samsul mulai menyadari perlunya Muchlis masuk SSB. Di sini dia menyadari bahwa anaknya membutuhkan sepatu yang bagus. Sayangnya kondisi ekonomi tidak memungkinkan untuk membeli sepatu bermerk. Di rumahnya tertempel stiker Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang berarti keluarga mereka termasuk kategori keluarga miskin. Muchlis pun memakai sepatu hasil produksi keluarganya sendiri. Kebetulan, setelah keluar dari Asyabab, Samsul Hadi membuka usaha pembuatan sepatu bola bersama warga kampung yang dijual dari kampung ke kampung.
Tahun 2011, Samsul Hadi mendirikan SSB Sinar Mas. Di sinilah kemudian Muchlis berlatih. Sebelum latihan dengan rekannya dia berlatih fisik di sekitar rumah. Memasuki usia di bawah 13 tahun, Muchlis berhasil masuk seleksi Pengcab PSSI Mojokerto. Prestasi Muchlis kemudian berlanjut ke tingkat provinsi hingga menjadi juara Piala Yamaha U-13 di Vietnam. Di sinilah karirnya mulai terbuka.
Perjalanan karir
Berturut-turut Muchlis bergabung di Persebaya U-14 kemudian pindah ke klub Domhil Malang U-15 di mana dia kemudian lolos seleksi Pengcab PSSI Malang. Setelahnya, dia direkomendasikan untuk bergabung dengan Banteng Muda hingga U-16. Muchlis kemudian bergabung dengan Persekap Kota Pasuruan hingga akhirnya bisa bergabung bersama timnas U-17. Setelah tampil moncer, dia kemudian bergabung dengan timnas U-19 yang sama-sama ditangani oleh Indra Sjafri.
Setelah sukses bersama timnas U-19, pemain yang bersekolah di SMA Taman Siswa Mojokerto, sekolah yang sama dengan Hansamu Yama ini, membawa berkat bagi SSB Sinar Mas. Sejak keberhasilannya, SSB Sinar Mas kebanjiran pendaftar yang mencapai 100 anak lebih. Sebelumnya sejak 2011, SSB tersebut telah mendidik 200 anak dengan enam pelatih. Biaya di SSB ini cukup terjangkau dengan biaya pendaftarannya 80 ribu rupiah sudah termasuk seragam dengan biaya latihan 4000 rupiah sekali datang. Setiap minggunya, latihan digelar tiga kali dengan honor untuk pelatih hanya kebagian 30 ribu sekali memimpin latihan.
Muchlis kini sedang meretas jalan untuk menjadi pesepak bola profesional yang bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional seperti mimpi ayahnya. Mimpi tersebut salah satunya tercermin dari pemberian nama untuknya. Bagi banyak orang meyakini bahwa nama adalah doa, nama Ning Syaifullah dari nama Muchlis Hadi Ning Syaifullah yang diberikan oleh orang tuanya merupakan nama yang diambil dari mantan pemain terkenal Petrokimia Putra. Ia adalah seorang penyerang hebat di era Galatama dan awal Liga Indonesia terbentuk. Ia juga merupakan salah satu dari trio maut bersama Widodo Cahyono Putro dan Jacksen F. Tiago. Dengan segala doa dan harapan ini, semoga Muchlis berhasil menjadi pesepak bola hebat seperti doa kedua orang tuanya, bahkan melebihi kehebatan Ning Syaifullah sendiri.