Patah Hati karena Persikama

Bulan November ini, terhitung genap setahun saya tinggal di Kabupaten Magelang. Di November ini pula saya patah hati karena klub sepakbolanya, Persikama. Maka sebelumnya, izinkan saya bercerita.

Setahun lalu, saya hijrah ke Kabupaten Magelang. Setelah menjajal menjadi wartawan di kota Semarang sebulan lamanya.

Di Kabupaten Magelang, meski tidak menjadi wartawan olahraga, sebagai pencinta sepakbola, saya sering mempertanyakan keberadaan tim sepakbola di daerah ini, Persikama.

Menyusuri jejak digital, tidak banyak yang saya temukan soal Persikama. Mungkin karena prestasinya memang belum ada.

Mungkin karena klubnya seperti ada dan tiada. Sehingga tidak banyak wartawan atau media yang mengangkat namanya.

Saya baru bertemu pengurus Persikama pada Senin (6/9/2021). Ketika mereka melakukan seleksi pemain di Lapangan Tuksongo, Kecamatan Borobudur, untuk persiapan Liga 3 Jateng 2021.

Saya tiba di sana sekitar pukul 10 pagi dan bertemu Goodress Sukardiyono, manajer yang beberapa waktu sebelumnya sempat saya hubungi melalui WhatsApp.

Saya juga bertemu Yusuf Ekodono, legenda Persebaya sekaligus eks pemain Tim Nasional Indonesia. Rupanya, beliau dipercaya menjadi pelatih Persikama musim ini.

Saya berbincang-bincang dengan Goodress di tepi lapangan. Sembari mengamati para calon pemain, ia lalu menuturkan bahwa Persikama mengikuti Liga 3 Jawa Tengah setelah mendaftar pada menit-menit akhir.

Pihaknya mendaftarkan diri demi menyelamatkan Laskar Syailendra. Pasalnya, jika tidak ikut kompetisi, mereka akan kehilangan suara di PSSI. Selain itu juga tidak bisa mengikuti kompetisi musim berikutnya.

“Misinya hanya menyelamatkan. Namun mudah-mudahan lolos Liga 2,” ujar Goodress sembari tertawa ringan.

Saya melihat keseriusan Persikama saat itu. Melihat harapan begitu mendapati Yusuf menukangi tim ini. Ya, berharap ada sejarah baru yang tercipta di Kabupaten Magelang.

Usai bertemu klub, saya masih belum puas. Besoknya, saya mencari suporter Persikama. Menelusuri Instagram, akhirnya saya bisa berkenalan dengan beberapa Kamania. Kami lantas bertemu di Stadion Gemilang, Rabu (8/9/2021).

Abdurrahman Faya Ulya, Ketua Kamania, dan rekan-rekannya mengaku sempat khawatir Persikama tidak ikut kompetisi musim ini. Namun akhirnya lega setelah nama tim kesayangan mereka tercatat di daftar peserta pasca penutupan pendaftaran.

BACA JUGA:  Memilih Dalot atau Wan-Bissaka?

Liga 3 Jateng ini memang menjadi momen yang ditunggu Kamania. Sebab dengan adanya kompetisi Laskar Syailendra yang mati suri bisa bangun lagi.

“Kalau nggak ada kompetisi, ya kayak nggak ada Persikama,” ujar pemuda yang akrab disapa Fank ini.

Sadar akan kondisi timnya, Kamania tidak berharap banyak. Realistis. Mendulang prestasi bukan perkara mudah bagi Persikama.

Bahkan kata Fank, mendukung Persikama lebih banyak dukanya. Sebab jarang menang. Namun bukan sepak bola namanya, jika tidak melumpuhkan logika. Atas nama cinta, Kamania setia mengawal Laskar Syailendra.

Mereka tidak berharap Persikama bisa lolos ke Liga 2. Namun berharap banyak Persikama mau berbenah.

“Maunya Persikama dikelola secara profesional. Ada kompetisi atau nggak, tetap ada aktivitas,” harap Fank.

Hari demi hari berlalu. Sepak mula Liga 3 Jateng semakin dekat. Serangkaian pertandingan uji coba digelar Persikama dengan melawan Persika Karanganyar, Persak Kebumen, hingga PSIW Wonosobo.

Pada laga uji coba melawan PSIW di Lapangan Yon Armed 3 Magelang, Sabtu (16/10/2021), sejumlah Kamania turut mengawal. Mereka tiba saat babak kedua dimulai.

Satu hal yang membuat saya tersenyum sendiri yakni ketika manajer, pelatih, pengurus, menyambut mereka dengan semringah.

Baik Yusuf maupun Goodress bahkan tidak sungkan mengucapkan terima kasih atas dukungan Kamania. Meskipun jumlahnya tidak seberapa.

Bagi Persikama dan Kamania, mungkin itu hal biasa saja. Namun bagi saya, entah kenapa, tetap saja terasa romantis.

Saya berharap kelak ketika Persikama naik level, manajemen tidak melupakan suporternya. Sebab suporterlah yang selalu ada di belakang mereka. Setia mendukung, meski sesekali juga misuh-misuh.

Semangat Kamania semakin membara begitu kompetisi dimulai. Sejak laga pertama, mereka mengadakan nonton bareng (nobar).

Sembari menggalang dana sebagai bentuk dukungan secara finansial. Kata Fank, sudah menjadi kesepakatan anggota. Iuran minimal Rp 15.000, seperti harga tiket nonton Persikama di stadion sebelum pandemi Covid-19.

“Kalau ada yang mau nambah, ya boleh,” ujar Fank. Namun bagi anggota yang keuangannya tipis boleh iuran seikhlasnya. Ngasih 5 ribu Rupiah juga nggak apa-apa. Itu sudah menjadi kontribusi maksimal dari mereka,” imbuhnya.

BACA JUGA:  Piala Menpora Beres, Bagaimana Nasib Liga 1?

Di laga pertama melawan PSISa Salatiga, Persikama hanya meraih satu poin. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Bumi Phala Temanggung, Minggu (31/10/2021) itu berakhir dengan skor 1-1.

Persikama baru bisa mengamankan tiga poin di laga kedua. Setelah mengalahkan Ebod Jaya Kebumen dengan skor 2-1, Selasa (2/11/21) lalu.

Sayang, Persikama tumbang 0-1 di laga ketiga saat melawan Persebi Boyolali pada Kamis (4/11/21). Langkah untuk lolos ke babak selanjutnya pun semakin berat.

Persikama masih memiliki kesempatan di laga pamungkas melawan Persitema Temanggung, Senin (8/11/2021).

Harapan seolah menjadi kenyataan ketika mengungguli Persitema dengan 1 gol di babak pertama. Namun, Dewi Fortuna belum berpihak kepada Persikama.

Pada babak kedua, sang lawan bangkit dan laga justru berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan Persitema. Harapan itu sudah pupus. Persikama harus pulang lebih awal.

“Sudah diinstruksikan bermain tenang, tapi namanya situasi. Anak-anak seperti bingung harus berbuat apa,” ujar Yusuf ketika saya hubungi melalui sambungan telepon.

Akan tetapi, ayah dari Fandi Eko Utomo ini mengaku tetap puas terhadap penampilan anak asuhnya.

“Perjuangan kami selesai. Sedih. Tapi intinya sudah berusaha maksimal,” imbuhnya.

Kesedihan ini tidak hanya dirasakan Yusuf dan timnya, maupun Kamania. Saya juga turut sedih. Angan-angan mengawal Persikama naik level sudah pupus.

Atmosfer sepak bola Kabupaten Magelang terlalu singkat saya rasakan. Lha wong baru sekitar dua bulan.

Saat perjuangan di Liga 3 Jateng ini rampung, saya merasa tidak perlu berharap Laskar Syailendra memiliki episode khusus di luar kompetisi. Terlebih saat Yusuf mengatakan akan segera pulang ke Surabaya.

Selain itu, Goodress juga pernah mengatakan bahwa masalah finansial menjadi kendala selama ini. Tentu saya paham, uang yang dibutuhkan untuk mengelola klub sepakbola jumlahnya tidak sedikit.

Sebagai warga pendatang di Kabupaten Magelang, saya patah hati. Tapi, ya sudahlah. Saya tetap bersyukur melewati momen ini.

Setidaknya, saya bisa mengenal sepakbola Kabupaten Magelang yang sunyi.

Komentar
Saya adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sangat tertarik dengan sepakbola nasional, khususnya Persib Bandung. Walau demikian, bagi saya mendukung kesebelasan lokal tetaplah kewajiban. Saya aktif di Twitter @ririrahayu_