Menurut saya, hanya ada dua kemungkinan reaksi yang akan muncul di benak sebagian besar dari kita apabila mendengar diskursus mengenai Bosnia-Herzegovina.
Pertama, bayangan akan konflik yang lama terjadi di sana. Kedua, pertanyaan mengenai entitas Bosnia-Herzegovina itu sendiri.
Sepasang reaksi tersebut sama-sama beralasan. Reaksi pertama berdasar pada fakta bahwa teritori tersebut pernah menjadi arena pertempuran antara tiga faksi yaitu Bosniak (etnis Bosnia dan kadang diasosiasikan pula dengan kaum Muslim), Serb (etnis Serbia), dan Kroat (etnis Kroasia) pada awal hingga pertengahan dekade 1990-an.
Sementara reaksi kedua pastinya diakibatkan karena minim serta jarangnya informasi mengenai Bosnia-Herzegovina yang kita bisa dapatkan.
Hal yang dapat dimaklumi karena mereka bukan merupakan negara poros yang akan membuatnya selalu terekspos.
Bosnia-Herzegovina sendiri memanglah negara multietnis. Berdasarkan sensus nasional yang diadakan pada tahun 2013, Bosnia-Herzegovina terdiri dari tiga kelompok besar yaitu Bosniak (50.12%), Serb (30.83%), dan Kroat (15.43%).
Negara ini juga dibagi menjadi tiga wilayah administrasi. Pertama, Federasi Bosnia-Herzegovina yang mayoritas penduduknya berisi etnis Bosniak dan hampir seluruh etnis Kroat tinggal di sini.
Kedua, Republik Srpska yang menjadi rumah bagi etnis Serb. Ketiga adalah Distrik Brčko, wilayah otonomi di antara Federasi Bosnia-Herzegovina dan Republik Srpska.
Pertikaian antaretnis yang terjadi di masa lalu belum bisa sepenuhnya dianggap berakhir.
Sebab, fragmen-fragmen sisa pertikaian tersebut masih ada dan tetap hidup hingga saat ini meski tidak seekstrem dan seradikal periode sebelumnya.
Pertikaian antaretnis tersebut salah satunya dimanifestasikan melalui persaingan di lapangan hijau.
Salah satu contohnya terjadi di Mostar yaitu persaingan antara FK Velež Mostar dengan HŠK Zrinjski Mostar. Salah satu derbi yang tak kalah sengit dari derbi ibu kota antara FK Željezničar Sarajevo dengan FK Sarajevo.
Etnisitas di Mostar
Etnis Kroat dan etnis Serb yang ada di Bosnia-Herzegovina dipercaya memiliki nenek moyang yang sama dengan etnis Bosniak (Malcolm, 1994).
Mereka secara etnisitas dan historis sebenarnya berbeda dengan etnis Kroat dan etnis Serb yang sesungguhnya. Kroat dan Serb yang ada di Bosnia-Herzegovina adalah mereka yang memilih untuk menjadi Katholik (Kroat) atau Ortodoks (Serb) karena tinggal dekat dengan wilayah Kroasia atau Serbia.
Berkembangnya nasionalisme di Eropa, membuat etnis Kroat dan etnis Serb yang ada di Bosnia-Herzegovina merasa memiliki rasa senasib sepenanggungan dengan etnis Kroat dan etnis Serb yang sebenarnya.
Akhirnya, mereka pun mengasosiasikan diri mereka sebagai Kroat maupun Serb. Sementara itu, etnis Bosniak sendiri diasosiasikan dengan kaum Muslim yang sejarahnya bisa dilacak dari penaklukan Ottoman ke wilayah Bosnia-Herzegovina.
Dari uraian sebelumnya, dapat dilihat bahwa agama merupakan penanda yang paling kentara untuk membedakan etnis yang satu dengan etnis lainnya. Hal seperti ini terjadi di seantero Bosnia-Herzegovina, tak terkecuali di Mostar.
Mostar sendiri adalah sebuah kota yang terletak di Herzegovina-Neretva yang merupakan bagian dari Federasi Bosnia-Herzegovina.
Etnis Bosniak dan etnis Kroat hidup berdampingan di kota ini dengan jumlah populasi yang hampir sama, etnis Bosniak sekitar 44.1%, etnis Kroat sekitar 48.4%, sementara etnis Serb menjadi minoritas dengan 4.1%.
Baik Bosniak dan Kroat yang hidup di Mostar memiliki sebuah representasi identitas mereka dalam wujud FK Velež Mostar dan HŠK Zrinjski Mostar.
Melalui dua klub ini, secara tidak langsung Bosniak dan Kroat melanjutkan perselisihannya. Kedua etnis ini sebenarnya pernah bersekutu untuk tujuan memisahkan diri dari Yugoslavia.
Namun persekutuan tersebut hanyalah upaya untuk mencapai tujuan yang lebih besar dari masing-masing pihak.
Kroat menginginkan pengintegrasian Bosnia & Herzegovina dengan Kroasia. Sedangkan Bosniak menghendaki Bosnia-Herzegovina menjadi negara kesatuan dan menentang pembagian Bosnia-Herzegovina ke dalam bentuk apapun. Perbedaan pandangan inilah yang akhirnya membuat mereka berselisih.
FK Velež Mostar dan HŠK Zrinjski Mostar
Rivalitas antara Velež dan Zrinjski sudah dimulai sejak awal abad ke-20 (Armstrong & Vest, 2013).
Keduanya pun mewakili ide dan identitas masing-masing pendukungnya. Zrinjski adalah klub etnis Kroat yang secara kultural sangat berpegang teguh dengan warisan budaya Kroat.
Sementara Velež adalah people’s club yang memiliki sejarah panjang dengan gerakan kiri. Keduanya pertama kali saling berhadapan pada 1922 pada era Kerajaan Yugoslavia.
Nama HŠK Zrinjski diilhami oleh nama keluarga aristokrat Kroasia-Hungaria, Zrinski/Zrínyi. HŠK sendiri adalah singkatan dari Hrvatski Športski Klub yang berarti klub olahraga Kroat.
Dari namanya saja klub ini sudah lekat dengan identitas Kroat. Klub ini didirikan tahun 1905 dengan dikomandoi oleh Professor Kuštreb.
Lewat bantuan kelompok budaya Hrvoje dibentuklah Đački Športski Klub (Klub Olahraga Pelajar). Pada 1912, mereka berevolusi menjadi Gimnazijski Nogometni Klub Zrinjski (Klub Sepak Bola Gimnasium Zrinjski).
Pada Perang Dunia I, klub ini dilarang berkompetisi. Kelak pada 1917, Zrinjski bersama Hrvatski Radnički Omladinski Športski Klub (HROŠK) membentuk klub baru bernama Hercegovac yang kelak mengubah identitas dengan kembali menggunakan nama Zrinjski pada 1922.
Velež didirikan pada 22 Juni 1922. Klub ini adalah klub paling sukses dalam sejarah Bosnia & Herzegovina. Velež awalnya didirikan dengan nama depan RŠD (Radnički Športski Klub) atau klub olah raga pekerja.
Klub ini memiliki julukan Rođeni yang bermakna milik kita. Sementara, sang rival, sang aristokrat, memiliki julukan Plemići yang bermakna bangsawan. Kedekatan Velež dengan gerakan kiri dapat dilihat jelas dari pemilihan Bintang Merah dalam logo mereka.
Pada Perang Dunia II, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Ustaša (kelompok nasionalis Kroat) yang didukung oleh Nazi dan membentuk Negara Merdeka Kroasia. Akhirnya, Serb dengan kelompok nasionalisnya (Četniks) ikut terpancing untuk memberontak dari Kerajaan Yugoslavia.
Sentimen nasionalis antara Kroat dan Serb membuat Bosniak menjadi gusar dan memilih ikut bergabung dengan kelompok multientik bernama Partisan yang dipimpin oleh Josip Broz Tito dan kelak Partisan akan membebaskan Beograd dan Sarajevo dari Nazi.
Akan tetapi, Bosniak tidak selamanya nyaman berada di bawah Sosialis Yugoslavia. Sebab, Partisan seringkali membatasi ekspresi keagamaan, terlebih mayoritas Bosniak adalah Muslim.
Pada masa tersebut, Velež sudah pasti bergabung dengan Partisan dan Zrinjski condong ke Negara Merdeka Kroasia. Setelah perang berakhir dan Republik Federal Sosialis Yugoslavia berdiri, Zrinjski dijatuhi sanksi.
Kecondongannya pada nasionalisme Kroasia yang juga diejawantahkan dengan šahovnica (motif catur khas Kroasia) pada logo mereka adalah penyebabnya. Akhirnya, Zrinjski dijatuhi hukuman dan kelak hidup kembali serta melakukan reformasi pada 1992.
Di saat Zrinjski mulai bangkit kembali setelah mati suri, Velež malah bernasib kurang baik. Pada 1993, aset dan barang-barang milik Velež disita oleh angkatan bersenjata Kroasia (HVO).
Situasi ini membuat Velež sempat sekarat dan harus memulai segalanya dari awal. Tahun 1994, Velež memutuskan bergabung dengan Liga Asosisasi Sepakbola Bosniak yang dijalankan dari Sarajevo.
Partisipasi Velež bersifat sporadis. Velež hanya bermain ketika para penggawanya memungkinkan untuk bermain atau ketika situasi memungkinkan untuk melaksanakan pertandingan.
Pada Mei, 1993. Perseteruan Bosniak dan Kroat mencapai zenitnya setelah keduanya bersekutu menggagalkan pengepungan Mostar yang dilakukan oleh Serb.
Perseturuan ini diakibatkan oleh maksud Kroat untuk menerapkan rencana perdamaian Vance-Owen yang akan membagi Bosnia-Herzegovina ke dalam 10 wilayah.
Terlebih tindakan brutal HVO pada April, 1993 termasuk upaya pembersihan etnis terhadap Bosniak di Lembah Laška akhirnya membuat disintegrasi antara Bosniak dan Kroat benar-benar terjadi.
Pada Mei 1993, sekitar 2.500 Bosniak di bawah laras panjang HVO digiring secara paksa menuju Stadion Bijeli Brijeg yang telah mereka sita dari Velež untuk ditahan.
Akhirnya, sekitar 200.000 Bosniak dan mereka yang ditahan oleh HVO terpaksa memilih meninggalkan sisi barat Mostar dan berbondong-bondong menuju sisi timur.
Para Kroat yang ada di timur otomatis diusir paksa oleh para pengungsi Bosniak yang bermigrasi dari sisi barat Mostar.
Peristiwa ini secara efektif telah membagi Mostar menjadi dua: Bosniak dan Velež di sebelah timur Sungai Neretva, sementara di sebelah barat didiami oleh Kroat, Zrinjski, dan Stadion Bijeli Brijeg, rumah Velež yang tak akan pernah kembali.
Setelah masa unifikasi liga, perkelahian antara suporter Zrinjski dengan suporter berbasis Bosniak sering dianggap sebagai pertarungan etno-politik.
Tak hanya suporter Zrinjski, perkelahian antara dua suporter yang memiliki basis etnis yang berbeda sering diberi label yang sama.
Tahun 2012, UNHCR (Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi) mencatat bahwa retorika nasionalis telah mengilhami kekerasan di stadion sepakbola antara Serb dan Bosniak di Banja Luka serta antara Kroat dan Bosniak di Mostar.