PSIS Menyongsong Masa Depan

Laju PSIS di ajang Piala Menpora 2021 memang terhenti di babak perempatfinal. Mereka takluk di tangan PSM pada babak adu penalti. Walau ada perasaan kecewa, para penggawa PSIS maupun manajemen tetap puas dengan kiprah mereka pada turnamen pra-musim tersebut.

Terlebih, kegagalan itu tak membuat perhatian penggemar sepakbola nasional kepada PSIS surut seketika. Pasalnya, ada sejumlah penggawa Laskar Mahesa Jenar yang angkat nama selama gelaran Piala Menpora.

Di antaranya adalah Alfeandra Dewangga, Eka Febri Yogi, Farrel Arya dan Pratama Arhan. Keempat nama tersebut menghadirkan impresi yang cukup tinggi. Khalayak pun meyakini jika mereka siap menjadi tulang punggung PSIS di masa yang akan datang.

Keputusan manajemen PSIS menurunkan skuad yang banyak dihuni penggawa muda selama mentas di Piala Menpora diapresiasi banyak pihak. Termasuk pelatih Dragan Djukanovic.

Berkat keputusan itu pula, para pemain muda yang selama ini jarang beroleh kesempatan bermain di tim utama, sanggup membuktikan kemampuannya.

Di Indonesia sendiri, mendayagunakan pemain muda di tim utama bukanlah kultur yang mengakar kuat. Klub-klub di tanah air lebih suka memaksimalkan pemain jadi serta asing untuk bercokol sebagai starter.

Apa yang diperlihatkan Laskar Mahesa Jenar sejalan dengan kemauan mereka untuk mengembangkan sektor pembinaan usia dini. Baru-baru ini, klub yang berdiri tahun 1932 itu meresmikan PSIS Development.

Sesuai dengan namanya, PSIS Development berfokus pada pembinaan pesepakbola muda. Anak-anak pada rentang usia 6-18 tahun menjadi targetnya. Bisa dikatakan, PSIS Development adalah akademi klub.

Keseriusan tim dari ibu kota Jawa Tengah untuk mengembangkan sektor pembinaan pesepakbola muda terlihat dari diambilalihnya pengelolaan Stadion Citarum. Stadion ini sendiri dijadikan PSIS sebagai pusat pelatihan dan pengembangan pemain muda.

BACA JUGA:  Berjumpa dengan PSS di Lereng Ceremai

Selama ini, klub-klub Indonesia acap merekrut pemain dari Sekolah Sepak Bola (SSB), Diklat, maupun seleksi terbuka guna mengisi skuad tim junior bahkan seniornya. Keberadaan akademi, pada akhirnya diharapkan bisa menjawab kebutuhan tim akan pemain muda berkualitas.

Sehingga proses rekrutmen, terutama dari seleksi terbuka, tak lagi dilakukan pada masa yang akan datang. Promosi pemain dari tim junior ke senior menjadi salah satu visi manajemen dalam mereplikasi apa yang umumnya dilakukan kesebelasan profesional.

Lebih jauh, PSIS Development ini nantinya bisa menjadi tumpuan klub saat kompetisi nasional level junior seperti Elite Pro Academy (EPA) dan Liga TopSkor dihelat kembali. Laskar Mahesa Jenar pun takkan kekeringan talenta-talenta berbakat untuk mengisi armadanya.

Bagusnya lagi, PSIS Development diisi oleh sosok-sosok yang berpengalaman dan berlisensi. Seperti Muhammad Ridwan (lisensi A AFC), Imam Rohmawan (lisensi B AFC), Khusnul Yakin (lisensi B AFC), Rifqi Hadiyanto (lisensi B AFC), dan Riyadi (pelatih kiper lisensi C).

Presensi nama-nama di atas membuat para orang tua yang ingin memasukkan anak-anaknya ke PSIS Development tak perlu merasa ragu.

Keseriusan PSIS dalam mengelola pembinaan pesepakbola muda sungguh layak diapresiasi. Terlebih, cara yang mereka adopsi menjadi ciri dari sebuah klub profesional. Hal ini sendiri patut dicontoh oleh klub-klub Indonesia yang lain.

Tentu ada banyak sekali masalah yang bakal ditemui. Namun selama komitmen dari klub yang ada di bawah payung PT. Mahesa Jenar Semarang itu untuk mengembangkan sepakbola usia dini di tanah air selalu besar, segala masalah yang muncul pasti mampu dilewati.

Hasilnya memang takkan terlihat satu atau dua tahun ke depan, tetapi di masa yang akan datang, jebolan PSIS Development adalah mereka yang mengisi skuad utama Laskar Mahesa Jenar dalam mengarungi kompetisi sepakbola profesional di tanah air.

BACA JUGA:  Peran Penting Klub dalam Reformasi Sepakbola Indonesia

Persis seperti yang diungkapkan M. Ridwan selaku direktur PSIS Development.

“Terpenting, pemain muda dari PSIS Development disiapkan dan diprioritaskan menjadi penggawa tim senior Laskar Mahesa Jenar untuk kompetisi resmi dalam beberapa tahun mendatang sebagai implementasi dari program jangka panjang dari akademi”, terangnya seperti dikutip dari Radar Semarang.

Komentar
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang menyukai sepakbola dan tertarik dengan dunia jurnalistik.