Konteks: berlatih komunikasi, koneksi, pengembangan, serta pemanfaatan akses (diagonal) antara pemain belakang dengan tengah, dalam build-up dari lini belakang, dan pemain tengah dengan depan.
Latihan ini sendiri merupakan latihan inti dari sesi (harian) pemanasan sebagai bagian utuh dan terpadu dari latihan. Anda bisa membacanya di sini.
Latihan I: 6+2v4 dua area
Seperti yang dijelaskan di dalam artikel pemanasan, lapangan heksagonal, secara alami, memunculkan aspek diagonal; sebuah aspek yang sangat krusial dalam fase menguasai bola (fase menyerang). Mengenai pentingnya ke-diagonal-an, Anda dapat membacanya di tautan di atas.
Poin pelatihan:
Bentuk lapangan yang melebar di tengah memfasilitasi prinsip “bermain selebar mungkin ketika membangun serangan”. Perhatikan pengambilan posisi #8 dan #10 di area ungu terhadap #3 dan #4 di area hijau. Pemain #8 dan #10 berposisi lebih melebar.
Dengan menugaskan pemain untuk mengisi kedua tepi lapangan, compactness (kerapatan) horizontal lawan akan ikut melebar. Akibatnya, beberapa celah di area half-space dan tengah otomatis terbuka.
Bila didukung oleh pergerakan tanpa bola yang dinamis dan tepat, umpan dengan kecepatan serta waktu yang pas, dan komunikasi yang bagus, tim menyerang akan mendapatkan kesempatan mengeksploitasi celah ini dengan opsi-opsi yang “bersih”.
Fokus sesi latihan (untuk tim menyerang) adalah, menciptakan, mengembangkan, dan memanfaatkan akses (diagonal) untuk memperkuat koneksi menyerang.
Secara garis besar, poin pelatihan bagi tim menyerang adalah, komunikasi dan koneksi antarpemain dalam build-up; pemunculan dan pemanfaatan sebanyak mungkin akses diagonal; meningkatkan kemampuan tahan-tekan (pressure-resistant); progresi lintas lini; dan gegen (counter) pressing.
Untuk tim bertahan, aspek pertahanan dan serangan balik cepat menjadi fokus pelatihan. Dalam aspek bertahan, pemain harus memerhatikan bagaimana menggunakan tubuhnya untuk menutup akses langsung ke lawan (cover-shadow), berkomunikasi dalam melakukan pergeseran kolektif, melakukan penjagaan area (zonal-marking) ketika salah satu rekan melakukan pressing, dan lain-lain.
Peraturan:
Pemain merah di area hijau harus saling mengumpan sampai jumlah minimal tertentu (melatih tahan-tekan) untuk mendapatkan satu poin. Bila sebelum mencapai jumlah umpan yang ditentukan dan bola diumpankan ke salah satu pemain biru, perhitungan diulang lagi dari angka nol. Pemain biru hanya boleh menyentuh bola satu kali.
Untuk membantu tugas pemain merah di area hijau, salah satu dari #8 atau #10 diizinkan masuk ke area hijau. Bila merah berhasil mencapai jumlah minimal umpan, bola (harus) dipindahkan ke area ungu (progresi antarlini). Hanya pemain merah yang boleh melakukan perpindahan bola lintasarea.
Ketika bola sudah berada di area ungu, salah satu dari #3 atau #4 diizinkan untuk ikut bermain di area ungu. Mengizinkan salah satu dari #3 atau #4 untuk ikut bermain di area ungu bertujuan untuk melatih bek tengah agar berani lebih aktif untuk terlibat dalam fase penguasaan bola.
Tugas kuning adalah menghentikan merah menyelesaikan tugasnya. Apabila sukses merebut penguasaan bola, kuning bisa mendapatkan poin, dengan dua cara. Pertama, melakukan sejumlah umpan (melatih tahan-tekan) dalam jumlah minimal di dalam lapangan heksagonal dan tidak boleh melibatkan biru. Kedua, membawa bola keluar dari lapangan persegi.
Untuk mencegah kuning mendapatkan poin, merah harus melakukan pressure, segera setelah kehilangan bola, dan berkoordinasi untuk menghentikan serangan balik (gegenpressing) kuning.
Pemain kuning yang berada di area ungu tidak diizinkan melakukan press di area hijau. Tetapi, pemain kuning dari area hijau diijinkan untuk melakukan press di area ungu dengan syarat, salah satu #3 atau #4 merah ikut masuk ke area ungu.
Ketika pemain biru menerima umpan, baik di area hijau maupun ungu, semua pemain kuning bebas melakukan press lintas area.
Penerapan dalam latihan:
Di area hijau, struktur awal dimulai dari 3v2. Dalam situasi 3v2, sebagai tim yang memiliki jumlah pemain lebih banyak (superioritas jumlah), bentuk terbaik yang mungkin didapatkan adalah bentuk segitiga. Untuk melakukan progres kepada #6, adalah penting bagi pemegang bola (#3) untuk memiliki pressure-resistance demi dapat mengelabui pressing lawan.
Pemegang bola (#3) di-press oleh kuning.
Perhatikan. Sampai sebelum #6 bergerak horizontal, keluar dari bayang-bayang tubuh (cover-shadow) lawan, dan #3 melepaskan umpan (garis dot merah), praktis, #3 tidak memiliki opsi umpan orang ketiga (third-man pass).
Di sini, ketenangan (composure) #3 mengambil peranan. Dengan sikap tenang, #3 dapat memainkan la pausa. Ia menahan bola sesaat dan memainkan ritme untuk mengundang kuning melakukan press. Kemudian, di saat yang tepat, ia melepaskan bola (berprogres). Dalam situasi ini, waktu (timing) dan kecepatan umpan menjadi faktor penting.
Alternatifnya, bentuk berlian menjadi opsi lain. Untuk menciptakan bentuk berlian, pemain merah perlu bertranposisi dari bentuk “3” menjadi “4”. Komunikasi, kecepatan berpikir dan memutuskan, dan pergerakan tanpa bola menjadi poin utama. Perhatikan bentuk build-up Hoffenheim berikut ini.
Kevin Vogt (6) turun ke lini pertama (lini belakang) dan Sebastian Rudy (10) tetap berada di lini tengah untuk mempertahankan koneksi serangan dalam taktik build-up Hoffenheim. Ini merupakan salah satu prinsip dalam model permainan Hoffenheim.
Hubungannya dengan latihan 6+2v4 adalah, prinsip inilah yang menjadi salah satu dasar pengaturan latihan. Bagaimana melatih bek tengah dan para gelandang tengah dalam prinsip ini, bisa Anda lihat dalam infografik di bawah.
Merah #10 turun ke area hijau. Alternatif satu, #4 berperan libero, #6 dan #3 berposisi di pos half-back (bek tengah samping), dan #10 mengisi ruang #6. Alternatif dua, #6 berperan sebagai center-half (bek tengah tengah), #3 dan #4 sebagai half-back (bek tengah samping), dan #10 mengisi pos no. 6.
Bila merah berhasil menyelesaikan tugas di area hijau, kemudian memindahkan bola ke area ungu, dan menggunakan lima pemain untuk melakukan sirkulasi, penyesuaian struktural harus dilakukan. Keberadaan satu pivot di tengah, dalam bentuk 1-3-1, atau tanpa pivot, dalam bentuk 3-2, bisa menjadi alternatif.
Latihan II: 5v5+2
Dengan penekanan kepada permainan diagonal dan perlunya pergerakan tanpa bola yang “cair”, progresi latihan selanjutnya dilakukan menggunakan pola 5v5+2 dalam lapangan berukuran 27 x 37 meter2.
Lapangan dibagi menjadi enam koridor vertikal (dua koridor sayap, dua koridor half-space, dan dua koridor tengah) dan tiga koridor horizontal. Keberadaan dua garis horizontal dekat gawang dimaksudkan sebagai garis offside sekaligus batas terdekat tembakan ke gawang boleh dilakukan.
Peraturan:
- Setiap pemain dibatasi tiga sentuhan. Hanya pemain biru yang tidak dibatasi jumlah sentuhan.
- Gol menghasilkan satu poin.
- Bila tim yang menguasai bola mampu melakukan sejumlah umpan tanpa direbut atau keluar lapangan, walaupun tidak mencetak gol, tim tersebut mendapatkan 1 poin.
Poin latihan:
Meningkatkan kesadaran pemain akan pentingnya memanfaatkan area half-space dan area tengah, melatih kreativitas pemain terkait pengembangan akses progres serangan, pergerakan tanpa bola kontinu sebagai bagian penting dalam fase penguasaan bola dan progres serangan, dan akurasi umpan dalam jarak pendek (sasaran gawang kecil).
Pastikan struktur dasar tim yang menguasai bola membentuk koneksi berlian sebanyak mungkin. Salah satu alternatif bentuk dasar adalah, 2-3-2. Bentuk ini membentuk koneksi berlian kembar yang berdampingan.
Begitu juga dengan tim bertahan. Pastikan struktur pressing-nya menciptakan sebanyak mungkin koneksi berbentuk segi tiga. Dengan membentuk pola dasar 2-1-2, kuning membangun struktur yang menyediakan kemanan di empat titik ditambah satu pivot sebagai pusat dan penyeimbang pressing.
Penerapan:
Setelah permainan dilakukan, dalam perkembangannya, terlihat pemain biru terlalu nyaman memainkan bola dikarenakan keduanya bebas menyentuh bola sebanyak yang mereka pikir perlu. Oleh karenanya, jumlah sentuhan bola yang diijinkan untuk pemain biru dibatasi menjadi empat sentuhan.
Idealnya, latihan ini akan semakin lengkap apabila pelatih memiliki asisten yang mencukupi. Dengan asisten dalam jumlah yang cukup, Anda bisa menambah aturan bagi tim yang berhasil merebut bola kembali segera setelah kehilangan dalam waktu di bawah enam detik, akan mendapatkan 1 poin.
Atau, bila kemampuan pemain Anda memadai, buatlah peraturan yang mengharuskan tembakan ke gawang yang terletak di tengah hanya boleh dilakukan dari half-space atau sayap dan sebaliknya tembakan ke half-space hanya boleh dilakukan dari area tengah.
Penyesuaian lainnya? Anda bisa hilangkan gawang di tengah (menyisakan gawang di half-space) atau pasang satu gawang saja di tengah disertai kiper, bila jumlah pemain mencukupi. Alternatif lain adalah sedikit mengubah bentuk lapangan.
Latihan II (terakhir): 6v6.
Setelah pemain menyelesaikan latihan I, progres dilanjutkan ke latihan terakhir dengan menghilangkan dua pemain netral dalam 5v5+2 dan bermain dengan pola 6v6 menggunakan lapangan berbentuk oktagonal dengan ukuran yang sama.
Satu hal yang sangat perlu untuk terus dilakukan pelatih, seperti yang disebutkan di awal tulisan, ingatkan pemain akan konteks spesifik dan tujuan latihan!
Termasuk, ingatkan pemain akan komunikasi melalui umpan, bahasa tubuh, gerak tangan. Akan prinsip-prinsip dasar, seperti posisi tubuh saat menerima bola, saat mengumpan, saat melakukan press, saat tidak menguasai bola, dan lain-lain.
Juga, pentingnya pergerakan tanpa bola dan perlunya untuk terus menciptakan dan memelihara keberadaan bentuk segitiga dan berlian dalam struktur permainan.