Mungkin terdengar asing jika saya menyebut Persak Kebumen. Ya, nama kesebelasan asal kota Kebumen ini memang jarang terdengar di telinga para penikmat sepakbola Indonesia. Jujur, saya yang berasal dari Kebumen saja tidak terlalu tahu dengan Persak.
Saya malah lebih tahu klub-klub sepakbola nasional dari luar Kebumen, seperti Arema Malang, Persebaya Surabaya, Persib Bandung ataupun PSIS Semarang. Hal ini dikarenakan Persak yang jarang tampil di kompetisi Liga Indonesia.
Tim asli Kebumen ini lahir pada tahun 1967. Seperti klub sepakbola pada umumnya, Persak juga punya julukan yaitu Laskar Joko Sangkrip. Julukan itu diambil dari nama Joko Sangkrip, tokoh masyarakat Kebumen dengan karakter cerdas, bersemangat dan pantang menyerah. Persak sendiri bermarkas di Stadion Candradimuka.
Sudah 52 tahun Persak berdiri, tetapi masih belum bisa berbicara banyak di kompetisi sepakbola Indonesia. Persak mulai bermain di Divisi Tiga Liga Indonesia region Jawa Tengah pada tahun 2008. Namun, pada tahun 2009 hingga 2013, Persak vakum.
Hal ini dikarenakan PSSI Kebumen tidak dapat bekerja dengan baik. Begitu juga dengan Pemkab Kebumen yang kurang mendukung perkembangan klub sepakbola kebanggaan warganya.
Meskipun vakum, semangat pendukung Laskar Joko Sangkrip tak pernah pudar. Bumi Mania, julukan suporter Persak, selalu loyal dalam mendukung klub tanah kelahiran. Viva Lajoksa, begitulah kira-kira semboyan mereka.
Di tahun 2015 hingga tahun 2016, Persak kembali hadir. Bahkan sempat meraih beberapa prestasi. Antara lain sukses menahbiskan diri sebagai juara Piala Bupati Banyumas serta menduduki posisi runner up untuk turnamen Piala Bupati Banjarnegara, Piala Bupati Cilacap dan Piala Bupati Purbalingga.
Pada tahun 2019, Persak kembali mengikuti kompetisi Liga 3 Jateng. Persak menghuni Grup 4 bersama Persab Brebes, PPSM Sakti Magelang dan Persikaba Blora. Namun usaha Persak untuk bisa lolos fase grup harus kandas.
Enam kali bermain, Laskar Joko Sangkrip hanya bisa menang sekali, seri sekali dan takluk di empat pertandingan. Persak pun menduduki posisi juru kunci dan memupus harapan mereka untuk bisa lolos ke babak 8 besar Liga 3 Jateng.
Sepakbola dan Futsal yang Berbeda Nasib
Keadaan sepakbola Kebumen, berbanding terbalik dengan tim futsalnya, SKN FC Kebumen. SKN FC berdiri sebagai klub futsal profesional pada 5 Juli 2017 setelah mengakuisisi BJL 2000 Semarang.
Dua tahun berdiri, SKN FC mampu bersaing dengan klub-klub futsal papan atas Indonesia seperti Vamos Mataram dan Black Steel ManokwAri. Dalam debutnya berlaga di Profesional Futsal League (PFL) 2018, SKN berhasil masuk final four dan finis sebagai runner up PFL.
Pada tahun yang sama, SKN mewakili Indonesia untuk mengikuti ajang AFF Futsal Championship Club. Dalam kompetisi itu, SKN berhasil masuk ke semifinal dan mendapatkan peringkat empat.
Tahun 2019 ini, SKN FC Kebumen mendapat juara tiga PFL 2019. Prestasi-prestasi yang diraih SKN mampu membuat bangga warga Kebumen dan mengobati rindu tim kebanggaannya tampil di kompetisi teratas nasional.
Popularitas tim futsal Kebumen memang lebih tinggi dibanding tim sepakbola Kebumen, hal itu dikarenakan SKN FC yang sering beroleh prestasi dan tampil di layar kaca dibanding Persak yang jarang terdengar kabarnya.
Sebenarnya animo masyarakat Kebumen tentang sepakbola cukup besar. Di kampung-kampung sering diadakan kompetisi sepakbola antar kampong alias tarkam. Itu menandakan bahwa sepakbola menjadi olahraga yang digemari masyarakat.
Dari tahun ke tahun, harapan masyarakat terhadap Persak tak pernah padam. Bangkit dan kembali mengikuti kompetisi sepakbola nasional merupakan harapan mereka. Namun berbagai permasalahan menghambat kemajuan sepakbola di Kebumen.
Selain dukungan pemerintah Kebumen, masyarakat, suporter dan investor juga wajib hadir untuk membangun sebuah klub sepakbola yang profesional. Lebih jauh, manajemen dan stadion yang baik juga harus diperhatikan dalam membangun klub professional.
Prestasi yang dicapai SKN FC Kebumen bisa menjadi pemantik kemajuan sepakbola di Kebumen, khususnya Persak.
”Tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha”. Pepatah itu sungguh tepau untuk Persak.
Seburuk apapun kondisinya, klub sepakbola asal daerah kelahiran pasti mendapat tempat spesial di hati para penggemarnya. Termasuk Bumi Mania, suporter setia Persak.